07

90 11 0
                                    

Happy Reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kata aku, seharusnya kamu itu bersyukur. "

Angkasa bingung dengan ucapan Aksara, ia jadi merasa aneh dengan segala ucapan sahabat nya itu.

"Bersyukur tentang apa? " tanya Angkasa

"Hidup mu, kamu itu udah berkecukupan. Hidup mu sudah baik-baik saja, tinggal kamu tata saja. Coba liat orang diluaran sana, mereka masih berusaha mencari kesuksesan yang sulit untuk mereka dapat kan dengan mudah seperti mu. "

"Tapi aku gak bahagia, kalau boleh aku mau jadi orang miskin aja daripada jadi orang kaya raya. " ucapan nyeleneh Angkasa membuat kedua alis Aksara menukik tajam

"Kenapa muka mu kaya gitu? Kamu gak suka aku ngomong kaya gitu? Apa jangan-jangan kalau aku miskin kamu gak mau sahabatan sama aku lagi? Kamu jauhin aku, mungkin malah hina aku, " ucap Angkasa

"Asaaa, aku bukan orang kaya gitu. Cuma kamu ini orang paling anehh yang pernah aku kenal, ada ya orang yang mau hidup susah padahal hidup nya udah enak. " kesal Aksara

"Aneh? Aneh gini kamu sayang kan?"

"Diam! Lama-lama aku lakban juga mulut mu, ngomong nya jangan aneh-aneh sayang ku,"

"Gak aneh kok, tapi jujur aku pengen banget jadi orang miskin. "

"Udah ah, mau pergi aja." Aksara pun beranjak dari duduk nya, perlahan berjalan menjauh dari Angkasa. Perlahan namun pasti, Angkasa menyadari sesuatu setelah Aksara tak terlihat lagi

"AKSA! KAMU MAU KEMANA? JANGAN TINGGALIN AKU! AKSA, KAMU MAU KEMANA HIKS! HIKSS!

Bulir bening itu mengalir dari kedua manik Angkasa yang tertutup, ruangan itu terasa begitu panas dan pengap.

"Aksa,jangan pergi. Kenapa kamu ninggalin aku? Aku masih mau ngobrol sama kamu, " gumam Angkasa dalam tidur nya

"Eeh ini anak ngigau apa? Nakutin banget, " ucap pemuda berkulit putih bersih itu

Kebetulan ia sedang berkunjung ke kediaman rumah teman lamanya, ia pun di minta untuk menjadi Angkasa yang tengah tidur.

Langit mulai menggelap, selain tanda-tanda akan turun hujan ini juga pertanda hari mulai sore. Angkasa terlihat sedang meregangkan otot-otot nya yang terlalu lama ia manjakan itu, perlahan netra nya menelisik ke seluruh sudut ruangan. Ia di buat terkejut kala ia melihat teman lamanya tengah duduk di sofa sambil bermain ponsel, Angkasa masih terdiam dan belum mampu memahami situasi.

"Lo kenapa dah? Kerasukan setan betina sampai melongo kaya gitu liat ketampanan gue,gue tau gue ganteng tapi jangan sampai laki-laki kepikat sama gue juga kali, " ucap nya saat ia sadar bahwa Angkasa sudah bangun dan sedang duduk terdiam memandang nya

"Kala? Kapan lo ke Jakarta? Kapan lo balik heyy? " tanya Angkasa lalu berjalan menghampiri pemuda bernama Kala itu.

"Iya ini gue, kemarin malem. Lo gak seneng gue balik, apa jangan-jangan lo seneng gue di Semarang terus? " ucap nya

"Ya gak lah, demi Allah lo makin-makin ya sekarang. Kala yang dulu gimana sekarang jadi makin gimana, gue sampai pangling hehe. "

"Gak usah bahas masa lalu, btw lo mimpi apa sih sampai ngigau gitu? Lo masih belum bisa ikhlasin Aksa?"

"Mimpi? Gue gak mimpi apa-apa tuh, perasaan lo aja kali. " Angkasa hanya cengegesan, sejujurnya ia juga bingung ia bermimpi apa

Akhirnya mereka berdua pun mengobrol bersama dan Angkasa dapat melupakan apa yang ia rasakan seharian ini.

Hari terus berganti, Angkasa saat ini tengah duduk diam di kelas dengan beberapa teman-teman nya.

"Angkasa, jangan kaya gini ya. Lo tega sama kita, lo jangan diam aja napa?" ucap Juan, ia sangat tidak suka dengan ke terdiaman sahabat nya itu

"Iya Sa, yuk kita ke kantin. Gue laper nih, biasanya juga lo yang traktir. " ucap Jeff

"Kalian kalo mau makan, pergi aja. Gue gak papa kok sendiri, gue juga mau ke perpustakaan. Mau belajar,ada tugas matkul yang belum selesai. " Angkasa memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kampus, ia sering ke perpustakaan.

Angkasa selalu menghitung setiap hari, hari dimana ia sendiri tanpa ada Aksara di samping nya. Memang sudah lama, sudah 4 bulan lamanya. Namun bagi Angkasa, 4 bulan adalah hari-hari yang begitu menyakitkan hingga seterusnya.

Sejujurnya Angkasa ingin sekali kembali ke Jogja untuk berkunjung ke rumah baru Aksara, namun ia belum memiliki waktu yang tepat ataupun mental yang kuat untuk menemui nya lagi.

Buku-buku itu selalu menjadi saksi kesendirian Angkasa, ia memang tidak sendiri karena ia memiliki teman dan keluarga yang sangat menyayangi nya. Namun hati nya itu sepi, kehilangan ini begitu menyisakan rasa sakit yang mendalam. Bukan karena ia terlalu lemah, melainkan ketulusan hatinya membuat semua nya terasa indah dan berakhir kehilangan atas kepergian nya.

"Aku tidak ingin menangis, Sa. Tapi aku sangat merindukan mu, Sekuat-kuatnya aku mencoba untuk perlahan memulai kehidupan baru. Semakin sakit rasa nya dan semakin membuat ku ingat akan dirimu, kenapa kamu pergi secepat ini dengan meninggal ku seperti ini?. " gumam Angkasa

Beruntung perpustakaan sepi, Angkasa jadi bisa dengan santai mengungkapkan segala isi hati nya.

"Kepergian mu membawa ku ke tempat yang paling menyakitkan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, tapi aku tidak pernah menyesal karena aku pernah bersama mu. Aku beruntung bisa memiliki mu menjadikan mu seseorang yang selalu aku ingat. "

Tangisan Angkasa pecah, ia dekap buku pemberian Aksara pada nya. Buku itu memiliki makna luas yang selalu membuat Angkasa ingat Tuhan dan selalu membuat Angkasa ingat akan Aksara yang tak pernah pergi meninggalkan nya walaupun raga nya sudah tak bisa lagi ia dekap seperti dulu.

Angkasa sudah pulang, setelah dari perpustakaan ia memutuskan untuk langsung pulang. Mood nya dalam kondisi yang kurang baik, ia sangat kesepian walaupun rumah selalu ramai dengan gelak tawa kedua orang tua nya bersama kakaknya itu.

Angkasa menatap jendela kamar nya dengan serius, ia berharap. Malam ini ia dapat bertemu dengan Aksara, dalam mimpi nya maupun dalam khayalan nya.

Ia sudah menutup pintu hati nya untuk siapa pun, ia hanya ingin ada nama Aksara yang selalu tersimpan indah di hatinya.

Angkasa pun memilih untuk tidur daripada melamun dan berakhir kembali tersadar bahwa sahabatnya telah berpulang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"𝐃𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐥𝐚𝐧𝐭𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐚𝐲𝐚𝐭 𝐬𝐮𝐜𝐢 𝐀𝐥-𝐐𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐬 𝐤𝐞𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐮, 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐝𝐨𝐚 𝐤𝐮 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐦𝐮 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐤𝐮 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐝𝐚 𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐨𝐚 𝐤𝐮 𝐦𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐤𝐮"

TBC

Can't Do Without You ||ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang