13

66 8 0
                                    

Happy Reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah telponan berakhir, Angkasa kembali meletakkan handphone nya tepat di samping nya. Sungguh ia marah dengan diri sendiri, ingin rasanya ia mencaci-maki dirinya lebih jauh lagi.

"Pecundang! Lo gila! Dasar gila Angkasa Regal Hardian! Gue benci sama lo! Benci sama pembohong kaya lo, " ucap Angkasa pada diri nya sendiri

"Lo dengan tega bohong sama semua orang ketika lo tau kalo lo gak baik-baik aja, bahkan ketika lo sendiri tau kalo temen-temen lo gak suka lo bohong. Lo pembohong, lo gila, Asaaa."

Segala ucapan kebencian yang dilayangkan Angkasa kepada diri nya sendiri mampu membuat hati nya tersayat, namun apa daya nya. Ia merasa bahwa dirinya lah yang patut disalahkan, ia memang salah.

Selama ini ia selalu berbohong akan kondisi nya yang 𝙠𝙖𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 baik-baik saja itu, padahal ia selalu menangis ketika malam hari tanpa orang lain tahu. Merasa kehilangan itu wajar, namun bagi Angkasa mengikhlaskan dengan sangat cepat itu yang tidak wajar padahal ia ditinggal pergi oleh sahabat nya yang sudah bersamanya sejak ia bayi.

"Kalau pun gue minta buat kembaliin Aksara, itu gak bakal terjadi. Semua nya sudah terjadi seperti ini, tidak akan mampu untuk diubah kembali walaupun berusaha sekalipun, "

"Sejujurnya gue cuma kangen sama Aksara, gak lebih. "

Angin sore ini terasa lebih menusuk dan dingin dari biasanya, ia merasa angin nya mampu untuk membekukan nya sekarang juga.

"Apa kamu datang, Aksa? Kenapa udaranya berubah menjadi dingin sekali? " tanya Angkasa

Tolong katakan pada Angkasa bahwa sahabat nya sudah tiada, ia tidak mungkin dapat kembali lagi dan menemuinya. Tolong katakan juga pada Angkasa bahwa dunia tidak sedang menghukum nya atas apa yang terjadi, tolong katakan pada nya dengan keras bahwa Aksara tidak akan kembali dalam sosok ataupun wujud apapun.

Lelehan bening itu kembali membasahi kedua pipi putih Angkasa, bagai hujan badai yang mengguncang dunia. Hati Angkasa sedang seperti itu, ia bukan egois namun hati nya masih belum belajar untuk dapat merelakan sosok nya.

"Sesek banget ya Allah, " ucap Angkasa sambil memukul pelan dadanya

Terlalu lama menangis membuat dada nya sesak dan sakit, ia tidak bisa bernapas dengan baik. Jangan kan untuk bernapas dengan baik, melihat saja sulit karena penglihatan nya menjadi suram akibat air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Lo kenapa, Asa? " tanya seseorang tiba-tiba membuat Angkasa yang tadi sedang menangis menjadi beralih menatap orang itu

Bukan nya berhenti menangis, Angkasa malam semakin terisak. Air matanya tak dapat terbendung, ia pun menangis tersedu-sedu membuat orang itu terkejut.

"Gue tanya , Asa. Lo kenapa? " ucap orang itu lagi

"Hikss! Hikss s-ssakit hikss! Hikss Hikss!

" Mana yang sakit? Jawab cepet, jangan buat gue khawatir, Asa. "

Angkasa menunjuk dada bagian kanannya dimana organ hati berada, ia menangis tersedu-sedu tanpa memperdulikan apapun.

"Ini yang gue liat setelah sekian lama gue gak liat lagi, kenapa ini terjadi sama lo, Asa? " benak nya

"J-jjeff g-ggue c-ccapek h-hiks hikss hikss, m-mmau m-mati a-jja r-rrasanya hikss. "

Ya orang yang ada dihadapan Angkasa adalah Jeff, entah ada apa ia datang ke rumah Angkasa.

"Sstttt lo gak boleh ngomong begitu, kalau orang tua lo denger gimana? Mereka bakal sedih, lo mau nge lukai hati mereka. Lo mau buat mereka sedih, lo mau buat bang Arga sedih juga. "

Can't Do Without You ||ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang