10

92 10 3
                                    

Happy Reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ini sudah 2 hari sejak perdebatan antara Angkasa dan Sandi terjadi, mereka tidak saling sapa ataupun hanya sekadar bertemu. Memang kedua nya berada di Universitas yang berbeda sehingga jarang bertemu, namun mereka sering nongkrong bersama jika ada waktu senggang.

Seperti saat ini, Sandi tengah nongkrong bersama dengan Juan dan Jeff. Dimana Kala dan Robi?

"Lo kenapa sih? Jangan gengsi buat minta maaf, lo itu salah disini. Seharusnya lo minta maaf bukan nya lari dari masalah, gue muak liat nya, " ucap Jeff

"Berisik lo, bukannya bantuin malah mojokin gue, " ucap Sandi kesal

"Gue gak mojokin lo, pokoknya lo harus ketemu Asa hari ini juga. Ini masih sore, jadi Asa masih mau buat diajak ketemuan. Kalau malem tau sendiri dia kaya apa, cepat telpon dia. "

"Maksa banget sih lo, coba lo rasain diposisi gue. Pasti lo kesel kan di pojokin kaya gini? Gue masih mending daripada lo yang langsung emosi, " kesal Sandi

"Eeh harus nya lo itu intropeksi diri, lo juga harus nya paham posisi Asa waktu itu. Bukan nya mojokin dia, sekarang lo tau kan gimana perasaan nya Asa waktu itu kan? Ini rasanya, "

"Udah, kenapa jadi berantem sih kalian berdua, " ucap Juan yang mulai merasa kesal dengan sikap dua orang yang ada di hadapan nya

Suasana pun menjadi hening sejenak, ketiga nya tak ada yang kembali membuka suara setelah Juan bicara.

"Gue pergi, gue mau bantuin Robi sama Kala buat benerin rumah anjingnya Kala sama Robi, " ucap Jeff tiba-tiba lalu pergi begitu saja

"Alasan! " kesal Sandi

Juan menghela nafas nya pelan mendengar ucapan Sandi, ia sudah tahu bagaimana sifat Sandi.

"Sandi, lo jangan kaya gitu. Sana samperin Angkasa, ajak dia ngobrol berdua sama lo. Selesaiin masalah nya secepatnya, gue mohon. Lo gak mau kan persahabatan kita hancur, lo gak mau kan Jeff benci sama lo. Lo gak mau kan Kala sama Robi jauhin lo, lo juga gak mau kan dianggap jahat sama Asa. Ini kesepakatan lo buat perbaiki ini semua, sana pergi, " ucap Juan

"Gue takut, gue takut Asa gak mau maafin gue. "

Juan tersenyum walaupun terbesit dalam hatinya perasaan khawatir.

"Lo ingat gak apa kata Aksa waktu itu, dimana dia bilang Asa kalo marah itu cuma sebentar, seterusnya dia cuma ngerasa gengsi aja buat minta maaf ataupun merasa baikan. "

"Ya gue ingat, makasih ya. Lo udah ngasih gue saran kaya gini, lo emang sahabat terbaik, Yan. "

"Iya, udah sana pergi. "

Sandi pun segera pergi menuju rumah Angkasa, ia ingin segera mendapatkan maaf dari pemuda Desember itu.

"Permisi, apa Angkasa dirumah? " tanya Sandi pada seorang maid di rumah Angkasa

"Maaf mas, tuan muda sedang pergi. Apa ada yang perlu disampaikan? " ucap maid tersebut

"Tidak, tapi dia pergi kemana ya? "

"Tuan muda pergi ke rumah nya Mas Kala, katanya mau nganterin mainan anjing kerumah mas Kala, "

"Oh, kalau dia pulang bilangin ya buat ke taman pukul 7 malem nanti. "

"Iy__ooh itu tuan muda sudah pulang, mas. Apa tetap saya sampaikan? "

"Tidak usah, ibu bisa kembali saja bila sedang bekerja. "

"Ooh ya, kalau begitu saya masuk dulu ya mas. "

Sandi pun menghampiri Angkasa yang sedang berdiri di dekat gerbang, sejujurnya Sandi merasa takut. Namun ia harus lawan rasa takut itu percuma saja ia datang bila ia tak jadi mengatakan apapun.

"Ngapain? " tanya Angkasa dengan nada super ketus nya

"Gue kesini mau m__

"Gak perlu, lupain aja masalah itu. Gue ngerti kok, emang gue harus nya bisa ngehargai kalian. Gak seharusnya gue menutup diri dari kalian, udah sana pergi. Gue mau istirahat, capek, " sela Angkasa

"Gue waktu itu gak bermaksud buat ngomong begitu, gue gak sengaja. "

Angkasa memejamkan mata nya, ia mengelus dada nya perlahan. Ia ingin marah, namun ini bukan saat nya. Ia sedang lelah, tubuh nya butuh istirahat.

"Udah kan, intinya gak ada yang perlu minta maaf ataupun dimaafin. Gue gak mempermasalahkan, gue capek jadi jangan ajak gue ngomong. " setelah mengatakan itu Angkasa pun meninggalkan Sandi yang masih diam

Menatap punggung tegap itu yang perlahan menghilang ditelan pintu, Sandi pun juga ikut pergi. Ia merasa kecewa, ia merasa ia tak ada usahanya sama sekali untuk meminta maaf pada Angkasa.

Angkasa tengah bersandar pada headboard, ia hanya diam sambil menatap ke arah depan.

"Setidaknya aku sudah melakukan nya bukan, ini yang kamu mau kan, Sa? Maaf bila aku terkesan kurang ikhlas, namun aku kecewa atas ucapan Sandi."

Sejujurnya Angkasa bukan tipe orang yang gampang marah ataupun jengkel terhadap seseorang, namun ucapan Sandi kemarin terlalu menyakiti nya. Ia tidak bisa terima,walaupun ujung-ujungnya ia tetap memaafkan nya seperti sekarang ini.

"Aku bukan gak bisa ikhlas atas kepergian mu, tapi aku masih butuh kamu, " gumam Angkasa

Angkasa beralih menatap jam dinding itu, sudah pukul setelah lima. Ia ternyata hanya sebentar pergi ke rumah Kala,ia pikir lama makanya ia cepat pulang.

"Liat Sa, bagus kan? " tanya seorang pemuda berambut hitam kecoklatan itu

Sedangkan pemuda yang ada dihadapan nya hanya tersenyum.

"Andai aja ya aku masih punya banyak waktu, aku bakal buat ini spesial buat kamu. "

"Buat aja, nanti aku bantu, " ucap Angkasa

"Iih Asa,buat gantungan kunci kaya gini itu susah, apalagi ini kucing nya lucu banget? Susah buat detail nya. " bibir Aksara mencebik lucu, mata menyendu tanda ia sedih

"Apapun kalau dikerjakan bareng-bareng pasti cepat selesai terus pasti bisa ngerjain nya, percaya sama aku deh. "

"Percaya sama kamu itu musrik, percaya itu sama Tuhan. "

"Maksudnya itu__iih kamu nyebelin ya, kalau kamu gak gemesin udah aku tonjok mukamu. Untung gemesin jadi aku gak mau muka lucu mu ini ternodai, selamat kamu sekarang. " Angkasa sedikit kesal karena ia tidak bisa menjawab ucapan Aksara

Suara tawa terdengar membuat netra Angkasa yang sedaritadi menatap ke arah buku-buku di hadapan nya jadi teralihkan, ia bahagia mendengar suara tawa Aksara.

"Kangen kamu Sa, " ucap Angkasa

"Lah, ngigau lagi dia? Kenapa kalo gue kesini pasti dia lagi ngigau? " ucap seseorang yang tengah duduk tak jauh dari Angkasa

"Gak tau, kasian ya liat dia kaya gini, " jawab nya

"Emang, andai dunia sedikit lebih adil ke Asa. Pasti dia gak bakal kehilangan kaya gini, rasanya gue pengen banget meluk dia terus ngomong kalo kita selalu ada sama dia. Lo pernah pengen meluk Asa terus ngomong begitu apa gak, Bin? "

"Pernah, waktu hari dimana gue gak bisa ikut ke pemakaman nya Aksara. Gue ada presentasi, mana pas ngasih tau gue lagi presentasi. Gue jadi gak bisa kesena,detik itu juga gue pengen meluk Angkasa. Kal, kenapa dunia sedikit kurang adil sama Angkasa? "

Kedua nya mengobrol dengan suara yang pelan, takutnya Angkasa bangun.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Nih si Sandi mau minta maaf, jangan ada yang benci Sandi ya. Dia anak baik, cuma emang agak blak-blakan aja orang nya.

TBC

Can't Do Without You ||ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang