Happy Reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Angkasa, kabar lo gimana? Udah lama gak ketemu? " tanya Sandi ketika melihat Angkasa sudah berjalan mendekat ke arah nya dan Juan
"Baik, kita gak ketemu 3 hari kalo lo ingat, San. " jawab Angkasa ketus
"Ya kan namanya basa-basi, lo kesini jadi sama bang Kautsar? "
"Jadi, cuma dia udah pergi, " ucap Angkasa sambil menonton Juan yang tengah bermain game itu
"Kenapa gak disuruh mampir? " tanya Sandi
"Suruh sendiri aja, lagian dia ada urusan. Eey Yan,gantian dong. Lo yang main bisa kalah tuh, Robi mana sih? Lama banget, kalau ada dia kan gampang menang nya, "
"Berisik lo, lagi seru juga. " walaupun Juan mengatakan seperti itu ia tetap memberikan handphone nya pada Angkasa
"Astaghfirullah panas banget dah handphone lo, bisa meledak ini. " Angkasa terkejut dengan suhu handphone Juan yang sangat panas, handphone itu bahkan dapat melelehkan permen gummy.
"Baru pake sebentar udah demam, lemah banget emang handphone gue, " cibir Juan pada handphone nya sendiri
"Handphone elit tapi gampang demam, lain kali lo beli handphone yang murahan dikit. Biar berguna uang lo itu, kaya boleh tapi jangan songong." setelah mengatakan itu Sandi berjalan menuju dapur
"HALLO SEMUA, KALA YANG GANTENG DATANG!! " teriak seseorang dari arah depan membuat tiga pemuda yang tengah asik bermain ular tangga jadi terhenti
"Lo bertiga lama banget datang nya? Emang macet? Rumah nya aja gak sejauh itu sampai kejebak macet, " ucap Juan
"Kita gak kejebak macet tapi kejebak mang bakso, tadi kita sempat mampir beli bakso dulu. Nih buat kalian bertiga, kaya biasa Angkasa baksonya gak pake bawang goreng, " ucap Kala lalu memberikan sekantong plastik bakso yang di beli tadi
"Makasih, eeeh itu jidat Robi kenapa? Kok di plester? " ucap Angkasa
"Oh ini tadi dia kepentok gerobak bakso nya, ketinggian sih dia jadi kepentok deh, " jawab Jeff sambil cengegesan, mungkin ia mengingat bagaimana lucu nya Robi ketika kesakitan
Mereka semua pun berakhir bermain bersama sambil mengobrol, kalau dipikir-pikir sejujurnya Angkasa dapat perlahan ikhlas asalkan ia tidak terlalu menutup diri.
"Sa, kalau gue liat-liat lo makin kesini makin tambah pendiam deh. Jadi gak banyak omong, lo baik-baik aja kan?" ucap Sandi tiba-tiba membuat keheningan melanda mereka berenam
"Biasa aja tuh, perasaan lo aja kali, " jawab Angkasa dengan santai
"Gue gak bakal ngomong kalo emang gak ketara, lo bukan Angkasa yang ceria kaya dulu. Kalau ada masalah itu setidaknya cerita, temen lo itu bukan cuma Aksa. " Sandi terlihat ingin sekali menyelesaikan segala permasalahan ataupun kecanggungan yang selama ini mereka rasakan
"Mau lo apa?" Angkasa mulai tak menyukai jalan bicara Sandi, ia perlahan risih
"Setidaknya lo cerita, gue gini, tadi gini, apalah. Jangan diam aja, lo tau gak apa yang lo lakuin ini bisa merusak psikis lo secara perlahan-lahan. "
"San, udah jangan dilanjut. Kita lagi kumpul buat seru-seruan, bukan buat beradu argumen, " ucap Jeff yang merasa bahwa ini tidak akan berakhir baik
"Gak papa, Jeff. Gue ngerti, emang gak seharusnya gue kaya gini. Harusnya gue bisa ikhlasin Aksa lebih cepat, tapi itu gak gampang. Gue tau, gak seharusnya gue nge posisi in diri gue sendiri sebagai orang yang paling kehilangan. Seharusnya gue sadar, kalau gue gak pantas buat ngerasa kehilangan kalau emang dari awal gue udah kehilangan........
" makasih semua nya, gak seharusnya kalian ada di dekat gue. Gue cuma buat kalian gak nyaman, gue cuma buat kalian ngerasa buruk jadi teman. Gue pamit pulang dulu ya, bang Kautsar udah ngajak pulang bareng. Udah nunggu di depan, makasih ya untuk malam ini, "ucap Angkasa lalu ia segera pergi tak lupa kembali memakai jaket nya
Sesampainya di depan hal pertama yang ia lihat adalah Kautsar yang tengah duduk di motor sambil memainkan ponsel nya.
" Bang, "panggil Angkasa dan seketika ia pun menoleh
" eeh udah selesai, Sa. Abang gak kecepetan kan jemput nya, takut nya kecepatan terus buat kamu jadi keganggu, "tanya Kautsar
" gak kok bang, malah tepat waktu. Yuk pulang, bang Arga udah pulang kayaknya. Kasihan dirumah sendiri, apa abang mau mampir nanti? "
"Gak ah, mau pulang langsung aja." setelah mengatakan itu kedua nya pun perlahan menjauh dari rumah mewah itu
"Lo apa-apaan sih, San? Gak seharusnya lo ngomong begitu, " ucap Kala dengan ekspresi kesal
"Kita ini teman dia, jadi gue ada hak buat ngomong begitu. Lagian gue udah muak, selama ini dia kaya cuma anggap Aksa sebagai temennya. Kita apa? Cuma sebatas kenal gitu, gak ada pertemanan yang nyakitin kaya gini, Kal. "
"Lo gak tau seberapa tertekan nya Angkasa, lo gak tahu. Gue yang liat bagaimana dia mati-matian buat baik-baik aja ketika emang dia lagi gak baik-baik aja, lo gak liat seberapa berusaha nya dia buat bisa tidur tanpa ngigau ataupun mimpi buruk. Lo gak tau, gak sepantasnya lo mojokin dia kaya tadi, " ucap Kala, ia semakin kesal dengan ini
"Kenapa lo jadi nyalahin gue? Gue gak salah ya, gue cuma mau dia jadi Asa yang dulu, "Sandi masih terus berbicara
"Kala, Sandi. Kalian jangan berantem, gak baik kalian berantem, " ucap Robi
"Dia duluan, Bin. Kalau dia bisa diam dan gak buat Asa tertekan gue bakal diam, tapi dia keterlaluan, " jawab Kala
"Tapi gak gini juga, lo juga Sandi. Gak seharusnya lo ngomong begitu ke Angkasa, dia pasti sakit hati cuma dia tahan aja. Kita gak tau gimana ada diposisi dia, lo gak ngerasain gimana kehilangan orang yang lo sayang kan? Lain kali lo harus lebih selektif sebelum lo tanya sesuatu ke Angkasa, " ucap Juan
"Oke, gue ngaku gue salah. Gue emang salah, gue bakal minta maaf sama Asa besok. " akhirnya Sandi memilih mengalah, lagipula ia tidak ingin persahabatan mereka terpecah belah
Sesampainya dirumah Angkasa memilih langsung kekamar nya, bukan untuk tidur melainkan hanya untuk duduk saja. Ia duduk di hadapan pintu kaca balkon nya, ia duduk memeluk kedua lutut nya sambil menatap langit gelap itu.
"Apa aku salah, Sa? Apa aku egois? Kenapa Sandi ngomong begitu? Apa selama ini aku terlalu menutup diri buat mereka?"
Angkasa menatap figura Aksara yang terpajang di atas meja, ia berharap apa yang selama ini ia rasakan hanya mimpi. Namun itu mustahil, ini semua adalah nyata.
"Capek banget, Sa. Kalau aku bisa memilih, maka aku lebih memilih untuk menemui mu daripada hidup seperti ini. Dunia ini terlalu kejam padaku, dunia ini tau kalo kelemahan ku adalah kamu. Dunia mengambil mu karena ingin membuat ku hancur, aku capek. "
Malam ini menjadi saksi bagaimana Angkasa menahan segala rasa sakit nya untuk kesekian kali nya, malam melihat bagaimana seorang Angkasa dapat menahan kembali rasa sakit nya. Bahkan malam ini, semua alam semesta bersaksi bagaimana bulir bening yang biasa nya Angkasa jatuhkan malam ini ia tak jatuhkan.
Namun dibalik kuat nya Angkasa, ia mati-matian menahan gemuruh rasa sesak di dadanya karena menahan tangis nya. Dunia bukan kejam padanya, tapi dunia tahu bila Angkasa lah orang yang tepat. Ia adalah orang yang kuat, bukan orang lemah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Menurut kalian sandi bener apa salah kaya gitu ke Angkasa?Jawab dong, jangan lupa vote dan komen. Jangan malu buat ngomong, karena pasti aku jawab.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Do Without You ||ENHYPEN
Short StoryTentang sebuah kehilangan, seorang pemuda yang harus berusaha merelakan yang dicintai dan mencoba untuk mengikhlaskan walaupun sangat sulit. "𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙖𝙢𝙗𝙞𝙡 𝙙𝙞𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙠𝙪. 𝘼𝙠𝙪 𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙣�...