"Jam berapa jadwal ku berakhir". Damar memecahkan kebekuan dari mobil Van yang biasa membawanya melewati aktivitas padat sebagai musisi pendatang baru.
"Pukul 19.00, hanya saja malam ini kamu di minta bang Bay menemuinya, dia tertarik dengan potongan kalimat yang kamu posting di Instagram. Sepertinya dia ingin kamu merilis singel baru untuk membuat posisi mu semakin kuat". Kak Pandu, pria Bali 28 tahun manajer yang setia menemani Damar tiap saat.
"Apa jadwal itu bisa di geser?". Pinta Damar, melirik handphonenya.
Pandu tersenyum.
"Apa gadis itu spesial? Aku jadi penasaran". Pandu menangkap keinginan Damar. Damar tidak menjawabnya, se spesial apapun Aruna sangat rumit untuk dijelaskan.
"Kamu tak perlu menghilang seperti tadi malam. Cukup bilang saja padaku, aku akan membantumu. Kamu bukan malaikat. Kamu punya hak menikmati masa muda mu. Hanya saja tidak boleh ketahuan, cuma itu yang harus kita jaga". Ungkapan Pandu di balas anggukan oleh Damar.
"Kenapa kak Pandu memilih meninggal artis sebelumnya yang jelas-jelas sudah mapan?". Dari awal Damar sedikit aneh dengan pilihan laki laki Bali ini. Dia memilih menjadi manajer Damar di tengah banyaknya tawaran karena keputusannya meninggalkan artis yang sudah mapan di dunia entertainment.
"Apa lagi, aku penggemar novel mu. Hahaha". Jawab Pandu tidak di respon Damar. Alasan semacam itu hanya formalitas.
"Aku capek dan tertekan, ketika mendampingi artis yang tidak memiliki bakat. Untuk mempertahankan popularitasnya mereka akan beralih dari satu skandal ke skandal yang lain. Dan itu menyiksa batin". Pria itu benar-benar berbicara dari hati.
"Sangat berbeda ketika aku mendampingi mu, kamu orang yang bahkan tidak berminat untuk terkenal. Awalnya aku sedikit terkejut bagaimana pemuda seperti mu bisa menjadi bagian dari dunia entertainment. Ternyata bakat mu melebihi ekspektasi ku. Bukan sekedar karya mu, kau memiliki aura dan pembawaan yang mudah membuat orang jatuh cinta". Pandu terlihat bersemangat. Berbeda dengan lawan bicaranya. Dan manajer itu mencoba memahami ekspresi Damar.
"Akan aku bantu menggeser jadwalnya". _Sepertinya ini yang di inginkan Damar_
"Iya, terimakasih kak". Damar sumringah kemudian merebahkan tubuhnya lebih santai.
_Ah' anak ini benar-benar bucin (butuh cinta)_.
***
Pria disampingnya memencet klakson mobil. Sengaja supaya gadis itu menoleh.
"A.duh!!". Aruna salah orang.
_Bagaimana bisa?! dia menyebutkan nama orang lain ketika bersama ku?!. Keterlaluan!!_ Hendra benar-benar kesal.
_Andai aku bisa, akan ku melempar dia dari mobil ku_. Mood Hendra menjadi demikian buruk. Tapi hal semacam itu tidak mungkin dia lakukan. Karena Hendra sedang berusaha menutupi kemarahannya sebaik mungkin.
Sayang caranya tampak sia-sia. Ekspresi wajah bisa dimodifikasi tenang, namun kelakuannya tidak terkendali. Aruna berpegangan serius pada sabuk pengaman di dada. Laju mobil yang dikendalikan Hendra tidak beraturan. Kasar dan semakin cepat.
CEO Djoyo Makmur Grup, terbiasa dominan dan tiba-tiba mendapati dirinya kalah dengan mahasiswa cuti kuliah. Jika disejajarkan secara normal terlihat jelas bukan lawan yang seimbang. Kecuali kata-kata Surya benar.
"Saingan mu aku rasa dia punya strategi diluar ekspektasi kita. Anak itu, ah.. karya-karyanya cukup menarik disimak". Tiba-tiba ungkapan Surya memenuhi otak Hendra.
_Strategi diluar ekspektasi? Seperti apa itu?_. Entah bagaimana Hendra semakin tidak tenang memikirkannya. Padahal secara pribadi dia belum mau menyadari hatinya telah di isi Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIUMAN PERTAMA ARUNA
Ficción GeneralBagaimanakah rasanya menjadi pengganti kakak sendiri untuk menikahi seorang lelaki tak dikenal hanya demi sebuah perjanjian? Itulah yang dirasakan Aruna, gadis 20 tahun mahasiswi jurusan desain ini. Ia harus menikahi Hendra, seorang CEO muda, pemil...