Sepasang calon pengantin keluar dari ruang kerja sang tetua dengan aura yang bertolak belakang. Si pria, merasa demikian lega telah mengambil keputusan. Sedangkan si perempuan menatap penuh ancaman.
"Lepaskan tanganku!!". Aruna melempar tangan Hendra. Gadis itu menghembuskan nafas panjang berkali-kali. Dia seolah sedang meredakan sesak nafas. Marah, karena lelaki bermata biru menyerobot penjelasannya.
"Hai.. harusnya aku yang marah. Lihat! kelakuan mu membuat jariku terluka". Hendra menunjukkan sudut jarinya memerah akibat kuku Aruna.
"Jika kau berani marah padaku, aku akan... ". Aruna mengintimidasi, mengacungkan jari telunjuknya di dada Hendra, meledakkan kekesalan.
Aneh??, Tiba-tiba ucapannya terhenti, secepat kilat menyembunyikan jari beraninya kebelakang punggung.
"Ehh.."
_Ada apa dengannya?_ Hendra menangkap senyuman manis Aruna. Ekspresi gadis unik ini berubah 180 derajat.
Ternyata dari balik lorong dibelakang punggung Hendra. Perempuan tua berjalan anggun di ikuti seorang perempuan muda berseragam.
_Anak ini?! Pandai sekali berubah ekspresi. Bahkan lebih pandai dari Tania_ (Tania berprofesi sebagai artis drama series) gumam Hendra.
"Aku mendengar kabar, nak Aruna datang. Senangnya Oma bisa menemui mu". Perempuan bernama Sukma tersenyum memegangi kedua tangan Aruna. Saling berbalas.
"Bagaimana kabar oma?, saya juga sangat senang bisa berjumpa Oma kembali". Sapa Aruna, ramah.
"Uuh.. manisnya.. Oma baik, walau terlihat tua, Oma tidak kalah sehatnya dari yang muda. Apalagi ada yang menyapa seperti ini. Lihat cucu Oma, dia bahkan tidak tahu cara menyapa Omanya". Sukma tersenyum anggun pada Aruna dan masam pada Hendra.
"Haaah". Hendra membuang nafas, merasa panas kena sindir.
"Oma berharap kamu segera menjadi bagian dari keluarga ini. Agar oma kembali muda, ayo sekarang ikut aku. Kita makan dulu". Oma Sukma menarik Aruna, membawanya menyusuri rumah Djoyodiningrat. Spontan Aruna menoleh pada Hendra. Pria itu tampak pasrah.
***
"Lesmana tunggu sebentar!". Lesmana yang mulai bangkit dan berniat keluar dari ruangan dihentikan Wiryo.
"Aku tidak mengerti dengan mu. Kali ini kamu dan putrimu bisa terlepas dari kami. Mengapa kamu serahkan putrimu kembali". Wiryo menegakkan tongkatnya berdiri. Mantan sekertarisnya berbalik, seraya memberi hormat. Kepala Lesmana menunduk lirih.
"Karena cucu anda membutuhkannya". Lesmana seolah mengerti sesuatu yang disembunyikan keluarga Djoyodiningrat.
"Sejauh mana kamu memahami kondisi Hendra?! Siapa yang memberi tahu mu??". Wiryo terkejut.
"Itu tidak penting tuan, yang terpenting ialah aku telah memenuhi janjiku. Aku ijinkan putri ku menjadi bagian dari keluarga ini dengan satu syarat". Lesmana mengajukan permintaan.
"Sebutkan!".
"Kelak jika Aruna sudah tidak sanggup menghadapi pernikahan ini. Aku minta anda mengijinkan dia pergi kapan saja".
"Baiklah aku terima". Wiryo memulai kesepakatan berikutnya.
"Tolong berhentilah berperilaku seperti sekertaris, kita akan menjadi besan". Pinta Wiryo keberatan.
"Bukankah ini kesepakatan kita, Lesmana adalah sekertaris Wiryo sampai dia menyerahkan putrinya. Ketika putriku telah menjadi menantu keluarga ini, saya akan memutuskan ikatan dengan anda dan saya akan berperilaku sebagai ayah yang sesungguhnya". Lesmana sedang menahan rasa remuk mendalam pada tiap kata yang dia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIUMAN PERTAMA ARUNA
General FictionBagaimanakah rasanya menjadi pengganti kakak sendiri untuk menikahi seorang lelaki tak dikenal hanya demi sebuah perjanjian? Itulah yang dirasakan Aruna, gadis 20 tahun mahasiswi jurusan desain ini. Ia harus menikahi Hendra, seorang CEO muda, pemil...