"Hai". Sapa perempuan berparas cantik dengan make up sempurna dibalut gaun setengah terbuka. Hendra meliriknya malas tidak peduli.
Tania memutar kursinya mengarah kepada Hendra. Memiringkan kepala sedikit agar dia terlihat makin cantik dengan rambut terurai menyentuh meja, memastikan wajahnya tertangkap bola mata pria itu.
"Oh, ya tuhan... Sobat ku yang tampan ada apa dengan mu". Tania mencoba membuat ungkapan semenarik mungkin agar Hendra menoleh padanya, ternyata tidak.
"Kali ini apa lagi? Bahkan sekertaris mu tidak ada bersama mu?". Tambah Tania menangkap suasana muram dalam diri Hendra.
Pria itu meneguk minumannya.
"Pergilah.. kau menggangu ku".
Tania tersenyum manis, menahan kesabaran. mungkin sudah ribuan kali pria ini melempar ucapan serupa. Dan sebanyak itu pula perempuan ini mengabaikannya.
Anak SMA yang dia temui di atap sekolah, saat dirinya berada pada titik terendah dalam hidup. Suatu titik yang mendorongnya mengumpulkan keberanian untuk melompat dari sana.
"Tunggu, jika kamu berniat mengakhiri hidup. Aku pergi dulu dari sini". Bocah itu sama sekali tidak tertarik dengan dirinya yang bersiap melompat dari atap gedung, bahkan tidak membujuknya untuk berhenti.
"Mengapa kamu malah pergi".
_Mengapa tidak membujuk ku, aku benar-benar sedang butuh dukungan_
"Apa lagi?! Tentu saja aku tidak mau menjadi saksi perilaku bodoh, kau yang mati aku yang akan di interogasi berjam-jam". Entah mengapa berbicara dengan Hendra kala itu membuat Tania kehilangan tekat. Dia melirik kebawah. Tepian atap menjadi begitu menakutkan. Dia bergerak menjauh.
"Kau tidak ingin membujuk ku". Tania merasa butuh pertolongan, minimal sedikit bujukan.
"Hah, Kau sudah kehilangan keberanian?!". Timpal Hendra dengan ekspresi merendahkan.
"Pastikan kau melompat setelah aku selesai menuruni tangga". Pemuda itu sama sekali tidak peduli, pergi begitu saja meninggal Tania. Tania yang mulai takut dengan dirinya sendiri, berlari membuntuti Hendra.
Bersama langkah kakinya yang secara spontan seirama dengan langkah kaki Hendra, Tania bertekad akan selalu berada di dekat bocah itu. Seseorang yang benar-benar jujur, tidak seperti teman-temannya, mengaku peduli nyatanya sekedar pura-pura.
Tania lahir dari keluarga selebriti, kedua orangtuanya adalah artis. Sehari-hari mengisi acara di berbagai stasiun televisi. Ketika perceraian orangtuanya berlangsung, seluruh media menjadikan hal tersebut sebagai topik utama, ditambah bumbu-bumbu pemanas suasana. Termasuk KDRT yang diterima ibunya dan perselingkuhan ayahnya.
Tania sang bintang sekolah berubah drastis menjadi aib sekolah. Semua orang berbicara tentang keluarganya. Bahkan teman-teman yang selalu manis, menjadi kasar dan berani mengungkapkan kebencian terhadap Tania.
Semenjak bertemu Hendra dan mulai membuntutinya, tidak ada lagi yang berani mencibir Tania terang-terangan. Mereka bahkan dianggap sebagai couple goal sekolah seiring kasus perceraian orangtuanya mereda.
"Ah, lain kali kau harus menggunakan ungkapan pria dewasa". Tania harus berhasil kali ini. Bagaimana pun caranya, atau Hendra akan menjadi mangsa yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
CIUMAN PERTAMA ARUNA
General FictionBagaimanakah rasanya menjadi pengganti kakak sendiri untuk menikahi seorang lelaki tak dikenal hanya demi sebuah perjanjian? Itulah yang dirasakan Aruna, gadis 20 tahun mahasiswi jurusan desain ini. Ia harus menikahi Hendra, seorang CEO muda, pemil...