Keluarga Birawa [Part 50] ✔️

6.3K 958 95
                                    

Maaf, kalau fellnya enggak nyampe atau ceritanya enggak nyambung. Binggung banget ngerangkai katanya gimana. Nanti kalau ada waktu luang baru direvisi, ya.

 Nanti kalau ada waktu luang baru direvisi, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Awas lo!"

Dasya menarik kasar tubuh Ferdi sehingga pria itu terhuyung kebelakang. Saat mendapat kabar jika Levitra kecelakaan dan meninggal dunia, Wanita itu laangsung bergegas datang ke rumah sakit.

Ia tidak peduli dengan kematian suaminya! Yang terpenting sekarang adalah Levitra, orang yang akhir-akhir ini selalu bersamanya.

Suaminya? Ah, ia masih bisa melihatnya belakangan.

Sedangkan Ferdi hanya bisa menatap punggung wanita itu dengan wajah kesal bercampur binggung. Pasalnya ia seperti tidak asing dengan wajah wanita itu.

Hanya tatapan datar yang ia tampilkan. "Bangun," titah Dasya dengan menggoyangkan lengan levitra kasar dan tentunya tidak ada tanggapan dari gadis yang ia ganggu itu.

Dasya menggigit kecil pipi bagian dalamnya. "Gue bilang bangun anjing!" teriak Dasya kencang seraya melemparkan tasnya kasar ke sembarang arah dan hampir mengenai Ferdi. Untung saja pria itu sempat mengelaknya.

Hei! Dasya itu emosian! Jadi jangan kaget dengan tingkahnya.

"Lo enggak boleh pergi sekarang! Lo belum penuhin janji lo buat nikahin gue sama tu duda!"

"Liat." Dasya menunjuk dirinya menggunakan kedua tangannya. "Gue udah janda! Laki gue udah mati," beritahunya.

"Jadi sekarang lo bangun, pertemukan gue sama duda itu. Sekarang!" teriaknya seraya menunjuk ke arah pintu keluar.

"Lo cuma ketabrak truk! Enggak usah lemah, orang lain aja masih bisa bernafas sampai sekarang walaupun cacat."

Melihat gadis yang selama ini selalu berceloteh dan kini hanya diam tak bersuara membuat Dasya semakin terpancing emosinya.

Ia menghempaskan seluruh barang yang ada di dalam ruangan. Ia sama sekali tidak perduli jika ia harus membayar semua kerugian itu. Yang terpenting ia meluapkan emosinya.

"Lo pembohong, Lev!" pekiknya seraya menunjuk-nunjuk kasar ke arah Levitra.

"Lo seorang yang ingkar janji!"

"Lo lemah!"

"Lo jahat!"

"Lo ninggalin gue saat gue udah nyaman di dekat lo." Pecah sudah tangisan Dasya, ia terduduk lemas di bagian pinggir bawah ranjang Levitra.

"Gue cuma punya lo, Lev," bisiknya lirih.

"Cuma lo yang bisa bikin gue bahagia."

Kedua tangan Dasya tertangkup dengan kepala yang tertunduk ke bawah. "Bangun, Lev, gue mohon ... gue masih butuh lo di sisi gue," isaknya pelan.

Keluarga Birawa [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang