ᵇᵉʳˢⁱᵃᵖ ⁻ ˢⁱᵃᵖ

1.2K 185 11
                                    

"Sayang . . . Beneran?!"

"Ya ampun, Hanbin-ah. Kamu udah nanya ini 8x hari ini."

Hanbin menggenggam kedua tangan Hao yang tadi sedang memotong sosis. "Tatap mata aku dalam - dalam. Jawab aku sekujur - jujurnya, besok kita berangkat ke Acropolis?"

Hao berdecak gemas. Ditangkupnya kedua pipi Hanbin "Iya, Binnie. Besok, kita akan ke Acropolis. Tapi, kamu harus urusin tanaman aku ya."

"AAAAAA . . . Iya, kamu tenang aja cantikku. Aku tidak sabar melihat perubahan fisikmu disana." bisik Hanbin diakhir.

Hao mengernyit "Maksud kamu apa, Bin?"

"Haha . . . Kamu tunggu saja." ucap Hanbin lalu melenggang pergi dengan hati riang dan senyuman yang sangat lebar.

"Kenapa sih?" Hao kembali melanjutkan lagi aktivitas memasaknya dengan jiwa penasaran yang tinggi.

Saat tengah asik menumis sayuran, telinganya menangkap suara ketukan pintu dari depan.

Sekitar dua puluh detik, ketukan itu masih terus terdengar. Ia pikir suaminya akan membukakan pintu, tapi entah kemana perginya Alpha itu. Mau tak mau, Hao yang harus keluar. Tak lupa, ia juga mematikan kompornya.

Sampai didepan pintu dan membukanya, Hao dikejutkan dengan kehadiran dua wanita yang sangat ia kenal.

Begitu melihat Hao, dua wanita itu langsung berlutut didepan kaki lelaki manis itu.

"Zhang Hao, maafkan aku. Aku minta ampun atas perbuatan ku selama ini kepadamu. Kesalahan yang begitu banyak aku perbuat padamu lebih dari lima tahun ini. Aku menyesal, sungguh menyesal." ucap Nyonya Geum, ia bersimpuh dan memegang kaki Hao.

"Maafkan aku juga Zhang Hao. Aku juga pernah memfitnah mu. Aku hampir mencelakai mu dengan menyuruh mu melepaskan sendal saat kau pergi ke hutan waktu itu." ucap Nyonya Do.

"Kami siap untuk menerima hukuman." ucap Geum dan Do berbarengan.

"Apa - apaan ini, Nyonya? Ayo, berdiri." Hao menarik dua orang itu agar berdiri dari berlututnya.

"Tidak, kami tidak akan berdiri sebelum kamu memberikan kami hukuman yang pantas." ucap Nyonya Do.

Hao menghela nafas pelan, matanya menyorot sedih, ada apa dengan mereka berdua?

"Ada apa dengan kalian? Kenapa juga aku harus memberikan kalian hukuman?"

Mau tak mau, Hao juga ikut berlutut. Ia menggenggam masing - masing tangan kedua orang yang ia panggil Nyonya itu.

"Kalian tidak perlu berlutut seperti itu. Aku sudah memaafkan kalian berdua. Dan untuk hukuman . . . itu berlebihan menurutku. Aku tidak ingin berbuat seperti itu. Lagipula, aku tidak mungkin menghukum kalian yang lebih tua dariku. Aku bukan orang yang setega itu pada orang lain." ucap Hao lembut.

"Tidak, Zhang Hao. Kamu pantas. Kami bersedia menerima apapun itu." ucap Nyonya Geum.

"Aku tidak tahu apa alasan kalian meminta maaf padaku tiba - tiba seperti ini. Sedari awal, aku sudah pasrah dan memang tidak pernah mengharapkan ada permohonan maaf dari kalian. Tapi, aku minta agar kalian tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Yaitu memperlakukan orang lain seperti kalian memperlakukanku."

"Hiduplah lebih baik setelah ini. Jangan ada kebencian dan dengki di hati kalian." tutup Hao.

"Terima kasih, Zhang Hao. Kau sungguh lelaki yang sangat baik hati." Nyonya Geum memegang erat tangan Hao dan meletakkan tangan putih itu didahinya.

"Terima kasih anak baik." ucap Nyonya Do dengan mata berkaca - kaca.

Hao tersenyum lembut seraya menarik kedua orang itu untuk berdiri. "Nyonya Geum, apa anda sudah tidak apa - apa? Waktu kejadian di hutan waktu itu . . ."

MAMA HAO | BOYS PLANET or ZB1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang