"Menuju lautan lepas.
Kabut lebat mengeliling pulau tersebut.
Luruslah, berlayarlah.
Terus ke Utara, sampai kau merasakan dirimu yang menyatu dengan kabut.
Uap nan tebal tersebut akan membawamu.
Ketahuilah kebenarannya.""Arah Utara, lautan lepas.....apa maksudnya pulau terlarang itu ya?? Pulau yang di kerangkeng itu lhoo, yang deket rumahnya nitsu??" Tebak genya.
Muichiro tetap menuliskannya di dalam bukunya meskipun itu hanya tebakan.
"Desiran angin itu akan menjadi sebuah musik indah di telingamu.
Ikuti alunannya, ikuti arah perginya daun yang berterbangan, ikutilah kerang-kerang berwarna putih-kebiruan tersebut.
Bawalah pusaka bersamamu.
Hati-hatilah.
Dan ketahuilah kebenarannya.""Sepertinya memang iya, disana kan banyak kerang-kerang cantik sebelum pada akhirnya ditutup karena banyak orang hilang." Ucap genya yakin.
"Tapi maksudnya pusaka ini apa ya??" Tanya Muichiro.
"Mungkin barang berharga, atau mungkin sesuatu yang penting untuk menjagamu??" Tebak genya.
"Hmm...mungkin. kutulis sajalah.."
"Jangan gegabah.
Jangan bimbang.
Ambil keputusan yang tepat.
Jangan egois.
Jalannya akan di permudah.
Kabutnya akan menghilang dan tabir yang membatasinya akan terbuka.
Ketahuilah kebenarannya.""Jangan gegabah...maksudnya jangan buru-buru kan?? Kamu harus yakin Mui.." ucap genya. Mui menelaah ludahnya kasar.
"kehampaan itu menyedihkan.
Kekosongan itu membosankan.
Hidup dalam kehampaan dan kekosongan itu melelahkan.
Mati dalam kehampaan dan kekosongan itu sangat menyakitkan.
Setidaknya...
Setidaknya...
Bawalah lentera. Cukup satu tak perlu banyak. Tapi dapat menerangi semua lingkup pikirku, lingkup hidupmu.
Genggamlah..
Yakinlah...
Dan ketahuilah kebenarannya.""Yang ini kok seram ya....lentera...maksudnya..senter kah??" Tanya Genya. Mui menggelengkan kepala, agak takut.
"Yaudah, kita lewatin aja dulu yang ini." Jelas Genya."Menenangkan.
Air yang terjatuh tersebut berisik, namun menenangkan bukan??
Jauh di Utara, akan ada lembah kecil.
Perahunya akan menuntunmu.
Lentera nya akan menerangi jalan mu.
Dan ketahuilah kebenarannya.""Sepertinya memang benar tempatnya disana. Tapi mungkin mengunjunginya saat hujan ya?? "
"Mungkin...setelah hujan tapi masih sedikit gerimis. Sebelumnya dia bilang 'daun yang berterbangan' kan??"
"Bisa jadi sih,, catat aja lah Mui.."
"Hmm. Hmm""Hati-hati dengan apa yang kau lihat.
Salah sedikit, maka kau akan terjatuh.
Cerna baik-baik.
Dan ketahuilah kebenarannya.""Hmm....hati-hati Mui, kau harus dalam keadaan sehat. Agar penglihatanmu baik." Tegas Genya.
"Tanaman tanpa air dan matahari akan layu.
Makanan tanpa ada air, kau akan tersedak.""Begini saja??" Tanya genya bingung.
"Hmm, iya..."
"Tidak ada clue yang lain??"
"Nggak..."Mui tampak cemberut. Tak lama setelahnya, Genya mengelus pelan kepala Mui.
"Tenanglah!! Aku akan menemanimu!!"
"Hontou??!!!!" Mata Mui berbinar senang.
"Mochiron!!! Lagian kenapa pula aku membantu menafsirkan mimpimu?? Ya karena aku ingin membantumu!!!" Balas genya sembari tersenyum lebar.*Inilah alasan mengapa aku begitu mencintaimu...*
Mui membalas senyuman hangat tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc......Jan lupa vote yaa🔅🔅🔅
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Peri kabut 💠Muichiro Tokito💠✔
عشوائي-maaf kalo ada typo- Pokoknya ini hanya Muigen🔆🔆🔆 Muichiro Tokito dan Shinazugawa Genya.