Makin rumit.

72 11 1
                                    

Uzui selaku guru seni memasuki kelas dan segera meng-absen muridnya satu-persatu.

"Shinazugawa' Genya"
"..."
Semuanya terdiam. Sosok berambut cepak itu sudah 4 hari tak masuk sekolah. Dengan polosnya uzui bertanya pada Mui.

"Bocah Tokito, apa kau tahu dimana genya??." Semuanya serentak melihat Mui.

Muichiro dengan wajah datarnya.
"Entahlah sensei, ia tak mengabariku sama sekali."
"Hmm, begitu ya..."

Lalu Uzui melanjutkan mengabsen muridnya.

Sedangkan dua murid di belakang, Tanjiro dan Zenitsu hanya berbisik-bisik saja. Sedangkan seseorang lagi menggigit ujung bibirnya kesal.
.
.
.
Saat istirahat, Mui memutuskan untuk pergi ke lantai atas ingin menjernihkan pikirannya, lalu seseorang menarik lengannya kasar dan membantingnya ke tembok.

"APA NYA YANG 'ENTAHLAH' HAH???"
"Apa maksudmu?"
"JANGAN PURA-PURA YA, PAGI INI SI CEPAK ITU MENJEMPUTMU BODOHH!!!!"
"Ah yang itu, aku menyuruhnya pergi."
Baru saja kepalan tangan akan mendarat di wajah Mui, seseorang menahannya.
"WOYY PAK UBANAN APA YANG KAU LAKUKAN HAH???? JANGAN MENAHANKUU!!!"
Yang ternyata Sanemi. Sanemi tersenyum lembut.
"Biar aku saja yang mengurusnya."
"HAH???? APA MAKS-"
*TUK*

Sanemi memukul leher lelaki tersebut, alhasil membuatnya pingsan. Sembari menggendong pemuda tersebut, Sanemi menatap tajam Mui.

"Apa yang kau katakan padanya?" Tanya Sanemi. Dapat dirasakan aura membunuh yang luar biasa menguar dari dalam diri Sanemi.
"Tidak ada, aku hanya memutuskan hubungan kami saja." Ucap Mui lagi.

Sanemi tertawa meremehkan.

"Hah, sokka..." Sanemi berjalan meninggalkan Mui.
"Ah iya, aku lupa mengatakan sesuatu.. menurutmu apa itu artinya, 'sumber kebahagiaan'?"
Mata Mui membulat kaget, dadanya mulai terasa sakit mengingat kejadian ketika ia meremehkan Sanemi.

Sanemi kembali tertawa remeh dan langsung pergi meninggalkan Mui disana seorang diri. Sanemi tahu hal yang bisa membuat Mui tersakiti bukanlah luka fisik tapi mentalnya.
.
.
.
.

Jauh dari yang mereka sadari, seorang pemuda tampan dengan Surai berwarna kuning sedang mendengar percakapan mereka.
.
.
.
.
.
"Sudahlah...tak usah menangis terus.."
".."
"Kau tahu...baru kali ini kaasan melihatmu menangis seperti ini?"

Jadi genya tak pergi ke sekolah, melainkan bolos dan pergi untuk menemui kaasannya. Kaasannya begitu terkejut ketika mendengar cerita anaknya itu.

"Kau tahu genya..." Ucap kaasannya lembut.
"Hubungan manusia itu merepotkan...terkadang kita melakukan sesuatu di luar nalar agar hubungan kita baik-baik saja meskipun harus merugikan salah satu pihak."

"Seperti halnya kaasan dan tousan mu..."
Genya yang mendengar nama ayahnya disebut langsung memerhatikan wajah ibunya.

"Saat itu kaasan benar-benar marah pada tousan. Biaya hidup, pola hidup tousan membuat kaasan stress. Pengaruh stress tersebut membuat tousan sering melakukan kekerasan dengan kalian. Membuat kaasan menjadi tambah tertekan. Pada suatu saat ketika kaasan benar-benar hilang kendali dan...yahh kalian tahu kan.."

"Tousan dilarikan ke rumah sakit, sementara kaasan harus diintrogasi oleh polisi setempat. Tapi sebenarnya...jauh di lubuk hati kami berdua, kami masih mencintai satu sama lain."

"Kondisi membuat kami sama-sama kehilangan arah. Membuat kami lupa tujuan mengapa kami mengikat janji sakral yang bernama pernikahan. Kaasan terlalu kekanak-kanakan untuk menyadari hal tersebut."

"Maka dari itu...melarikan diri adalah pilihan yang salah genya...bicarakanlah baik-baik pada Mui. Kau mencintainya bukan..??"

Genya bangkit dan mengusap wajahnya.
"Mochiron...."

Kaasan tersenyum lembut, mengusap Surai anak lelakinya. Mencium keningnya dan memeluknya erat.
.
.
.
.
.
Mui memjamkan matanya. Membiarkan rasa hangat menjalar ke setiap bagian tubuhnya.

Ia memutuskan pergi ke pemandian air panas untuk menjernihkan pikirannya. Sejenak terbayang kembali reaksi wajah Genya ketika Mui mengatakan kalinya tersebut. Wajah Genya pucat seketika, air mata yang seharusnya menjadi tangisan haru berubah menjadi tangisan kesedihan.

Mui menutup matanya menggunakan lengan kekarnya, menahan Isak tangisnya.
"Maafkan aku ....hontouni gomennasai...."
.
.
.
.
.
Tbc.....
Jan lupa vote yaaa🔅🔅🔅🔅🔅

Sang Peri kabut 💠Muichiro Tokito💠✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang