"Jangan gegabah.
Jangan bimbang.
Ambil keputusan yang tepat.
Jangan egois.
Jalannya akan di permudah.
Kabutnya akan menghilang dan tabir yang membatasinya akan terbuka.
Ketahuilah kebenarannya."
.
.
.
.
.Muichiro terbangun dari mimpinya. Ia bertanya-tanya apa maksud dari mimpinya itu. Sudah ketiga kalinya dalam hari yang sama. Sakitkah?? Ia bertanya-tanya dalam hati.
Ia mengambil hpnya dan menghubungi genya.
.
.
.
.
.
.
.
Genya sedang ada di halaman kala itu. Ia ingin memodifikasi sepada kayuh miliknya sesuai keinginan muichiro. Setelah dipikir panjang-panjang, ia akhirnya memutuskan untuk menambahkan keranjang. Baginya sudah tak menjadi masalah lagi ia yakin ia bisa menghadapinya kalau bersama muichiro.Tanpa disadari genya, Sanemi tengah mengamati adik kecilnya itu. Terdiam dan merenung. Sebesar itukah pengaruh Tokito itu dalam hidup, jarang sekali melihat ia melakukan hal-hal seperti ini. Batin Sanemi.
Kemudian mendapatkan ide cemerlang, apakah ia begitu hanya untuk muichiro atau juga di sekitarnya.
.
.
.
Angin berhembus kencang, membuat fokus genya hilang sejenak. Ia mengamati kamar kakaknya dari bawah.
*Belum tutup jendela tuh, nanti masuk angin baru tauu*Genya meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri kamar kakaknya.
Ternyata ide Sanemi adalah pura² tidur untuk melihat reaksi genya setelahnya.Sanemi merasakan genya yang menyelimutinya, menyingkirkan barang² disekitar kepala Sanemi agar tidak menghalangi kepalanya. Dan sentuhan terakhir membuat Sanemi terkejut bukan kepalang.
Genya menyibak rambut kakaknya itu pelan dan sangat hati².
"Hehehe aniki menggemaskan sekali jika sudah tidur."
Genya mencium kening Sanemi lembut.
"Sweet dream aniki."
Genya menutup jendela, mematikan lampu dan akhirnya pelan-pelan menutup pintu.
...
*Tes..tes..* bulir air mata mulai berjatuhan membasahi meja kayu milik Sanemi. Perasaan itu menjalar ke semua bagian dirinya. Membuat jantungnya sedikit kesakitan. Isak tangisnya tambah menjadi. Perasaannya jadi campur aduk. Antara sedih, terharu, bahagian dan mungkin sedikit rasa bersalah.
.
.
.
.
.
.
.
*Kringggg..kringgg*
Genya terkejut tenyata muichiro menelpon semalam ini. Belum sempat bertanya, yang disrang jalan sudah nyaut duluan.
"Aku baru bangun. Nggak bisa tidur lagi. Enaknya ngapain??*Genya terdiam lama dan akhirnya mematikan panggilan secara sepihak.
Genya cepet² pake sweater ungu dengan syal yang dililitkan ke lehernya itu. Ia juga membawa satu syal lagi untuk Mui karena diluar udaranya dingin sekali.
.
.
.
.
.
.
"Kok dimatikan.....marahkah??? Aku..salah apa ya??" Muichiro bertanya pada dirinya sendiri.
Ia terdiam beberapa saat memandangi langit-langit kamarnya.
Ketka rasa kantuk mulai menghampirinya kembali, ia mendengar suara lemparan. Ternyata ada seseorang yang melempari jendelanya dengan kerikil.
Mui membuka jendelanya dan kaget melihat siapa yang datang.Genya melambaikan tangannya ke arah Mui. Mui auto turun masih pake piyama gitu.
"Ngapain?"
"Keluar yuk. Siapa tahu bisa ngatuk lagi."
"Diluar dingin loh. Bisa kena hiportemia lohh. Bisa mati loh!" Ucap Mui santai.
"Nggak kok, nih pake." Genya melilitkan syal biru muda ke leher Mui. Sedikit bersemu Mui dibuatnya.
"Ya udah kalo gitu. Bentar ambil jaket dulu."
.
.
.
.
.
Mereka berdua bergandengan tangan. Berjalan tanpa tahu tujuan. Membuat Mui sedikit kelelahan.
"Kenapa nggak pake sepeda?"
"Nggak seru ah. Nggak bisa gandengan kayak gini."
"Oh...."
Sebenarnya bukan itu alasannya. Ia ingin menjadikannya suprise buat Mui besok.
"Mui.."
"Hmm?"
"Besok aku jemput yah"
"Hmm."
Kok responnya hmm doang, pikir genya. Ternyata Mui sedang menahan kantuknya. Genya tersenyum gemas. Ia berjongkok di depan Mui. Tanpa bertanya, Mui sudah mengerti apa maksudnya. Ia mengeratkan pelukannya dileher genya. Takut kalo-kalo ada yang berani ngerebut genya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tbc.............
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Peri kabut 💠Muichiro Tokito💠✔
Acak-maaf kalo ada typo- Pokoknya ini hanya Muigen🔆🔆🔆 Muichiro Tokito dan Shinazugawa Genya.