Kekuatan Dari Sahabat

23 4 0
                                    

“Persahabatan yang disertai dengan ketulusan memanglah sangat menyenangkan dan semoga akan selamanya seperti itu.”

***

"Mandaaaaa!" panggil seseorang. Kutahu siapa pemilik suara itu.

Aku membuka pintu dan terlihat Rani berdiri mematung di sana. Wajah dan mata merah sembabnya sama sepertiku. Aku memintanya masuk dan kututup pintu dengan rapat.

Aku langsung memeluk Rani dengan tangisan. Dia pun ikut menangis. Entah apa yang akan kulakukan saat ini. Hamil di saat usia masih belia dan parahnya masih sekolah. Kenapa ujian begitu banyak menghampiri kehidupanku?

"Apa yang terjadi sama lo Man? Cerita ke gue, ada apa?" Rani tak sabar. Ia menangis sembari menatapku dengan lekat.

"A-aku diperkosa sama sepupu aku, Ran. Aku gak tahu harus gimana, sekarang aku hamil, aku takut Ran."

Rani diam. Merasa tak percaya apa yang terjadi padaku. Awalnya tak ingin kuceritakan, tapi hanya Rani yang kumiliki saat ini. Tidak ada manusia yang kujadikan tempat berkeluh kesah kecuali Rani. Sahabat yang sudah menemaniku selama bertahun-tahun.

"Kok bisa, Man?"

Akhirnya aku menceritakan semuanya secara detail. Rani terkejut dengan apa yang terjadi padaku. Ia juga menggenggam tanganku dengan erat, memberi kekuatan agar aku merasa lebih baik. Pekerjaan dengan Diana pun kuceritakan, hanya saja tidak membocorkan tentang Diana. Aku takut dia menjadi bahan ejekan teman-temannya walau kutahu Rani bukan orang yang membuka aib orang lain, tapi dengan sikapnya yang asal ceplos membuatku memilih untuk tidak menceritakannya.

Rani kembali memelukku. Ia menangis mendengarkan semua penuturannku.

"Gue minta maaf karena gak menyadari sikap lo selama ini di sekolah, Man. Harusnya gue peka sama sikap lo dari minggu-minggu kemarin, gue minta maaf." Rani merasa bersalah.

Aku menggeleng lemah. "Bukan salah kamu, Ran. Aku yang terlalu diam dan bingung harus bercerita ke siapa. Aku takut kamu kecewa sama aku, Ran."

"Lo sahabat gue Man, apa pun yang terjadi sama lo, gue bakal tetep ada di deket lo, dan gue gak akan benci sama lo!" tegas Rani.

"Makasih banyak ya, Ran. Aku minta maaf semua harus terjadi sama aku, aku gak tahu harus gimana," ucapku bingung. Menatap kosong ke arah lantai dan memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya.

"Ini musibah, Man. Bukan salah lo. Kakak sepupu lo aja yang biadab! Tega banget nyakitin saudara sendiri!"

Aku tersenyum getir. "Gak apa-apa, Ran. Mungkin ini juga salahku, dia merasa bahwa kasih sayang bibi semuanya beralih ke aku, Ran. Padahal dari awal dia memang nakal dan bibi udah gak tahan sama sikapnya dia."

"Gue masih gak percaya kenapa dia lakuin itu ke lo." Rani melenguh.

Memang benar, sebagai saudara harusnya bisa saling melindungi satu sama lain walaupun hanya sepupu. Karena mereka masih satu saudara dan keluarga. Tidak sepantasnya jika melakukan hal menjijikan seperti ini. Tapi balik lagi, musibah tidak ada yang tahu dan kita tidak bisa melakukan apa pun selain berdoa yang terbaik atas musibah yang terjadi pada kita. Belajar menerimanya dan menjalani hidup sebaik mungkin.

Diary Amanda [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang