Akhir Dari Segalanya

9 4 0
                                    

Malam begitu pekat dengan kabut hitam yang tebal. Gerimis tipis mulai membasahi jalanan. Semakin deras, membuat perasaan semakin menyayat hati. Kejadian dan fakta yang baru saja kuterima membuat hidupku luluh lantah, berantakan tak berarah. Semua orang tidak ada yang peduli dengan hidupmu kecuali dirimu sendiri. Namun, bagaimana dengan kehidupanmu yang menderita sepertiku?

Baru saja sampai di kos. Kulihat beberapa penghuni lain berkumpul ramai di depan kamar kos ku. Suara Bibi nyaring terdengar dengan sahutan kak Rayhan. Ada apa lagi ini?

Aku berlari kecil menghampiri kerumunan. Kulihat semua barang-barangku sudah ada di depan kos.

"Bibi, kenapa barang Manda di luar semua? Kenapa?" tanya panik.

"Kamu harus segera pergi dari sini. Jangan pernah muncul di keluarga Bibi lagi!" sungutnya.

"Kenapa, Bi? Apa salah Manda. Kenapa kalian begitu jahat sama Manda. MEMANGNYA MANDA SALAH APA BI, KENAPA SEMUA ORANG JAHAT BANGET SAMA MANDA!!!" histeris ku.

"Kamu itu anak haram! Kamu anak yang lahir diluar pernikahan! Kamu nggak pantas ada di sini!"

Lagi-lagi, aku harus mendengarkan fakta yang begitu sangat menyakitkan. Lantas, mana yangn harus kupercayai? Mana fakta sebenarnya yang harus menjadi acuan ku?

"Tapi Manda harus ke mana, Bi. Bibi tolong jangan kayak gini sama Manda. Nanti Manda tinggal di mana, Bi. Manda mohon jangan kayak gini!" aku berlutut memohon pada Bibi. Dengan segala tangis yang benar-benar tidak bisa kutahan sejak tadi.

"CUKUP MANDA! Selama ini Bibi menahan diri, dan kamu tahu? Gara-gara kamu, paman tidak pernah lagi menyentuh bahkan memperhatikan Bibi dan anak-anak. Kehadiranmu memang membawa sial!”

Bibi mendorongku hingga terjatuh ke tanah. “K−kenapa? KENAPA KALIAN SELALU MENUTUPI HAL-HAL YANG MENYAKITKAN UNTUKKU!”

Aku menggeleng lemah tak berdaya. Masih tak percaya dengan apa yang diungkapkan Bibi. "Jangan bohong, Bi. Bukannya Bibi yang merencanakan semuanya sama ayah aku? Bukannya Bibi melakukan ini demi kelangsungan hidup kalian? Kenapa harus Manda yang kalian abaikan? Kenapa rasanya Manda benat-benar tidak diharapkan di dunia ini, kenapa?”

"Karena kamu anak pembawa sial! Kamu pantas mati karena kehadiranmu sangat tidak berguna!" hardik Bibi.

Aku bungkam. Hanya bisa tertunduk lemas mendapatkan fakta yang benar-benar membuat kehidupanku hancur. Fakta palsu tentang latar belakangku, fakta bahwa kebaikan Rani adalah palsu, fakta bahwa aku adalah orang yang tidak mereka inginkan di dunia ini, fakta bahwa hidupku akan terus mendapatkan penderitaan tiada akhir.

"Sekarang kamu pergi dari sini, jangan mengotori kota ini!"

Bibi mengusirku dengan kasar. Kulihat ibu kos menangis menatapku. Namun, ia memalingkan wajahnya seolah tidak tahan melihatku yang begitu menyedihkan. Teman-teman kos yang lain pun hanya diam dan memandang iba.

Hidupku hanya penuh dengan kepalsuan, penuh dengan kebohongan dan penuh dengan sandiwara. Kejadian yang kualami ternyata sudah mereka rencanakan bahkan ayah kak Satria ingin membunuhku. Bayangan tentang ayahku ternyata hanya sebuah ilusi. Dan, aku baru menyadari bahwa kehadiranku memang tidak mereka inginkan.

Duniaku benar-benar runtuh. Kebahagiaanku telah direnggut bahkan oleh orang-orang terdekatku. Kini, kemana harus ku langkahkan kakiku? Ke mana aku harus pergi? Di mana aku akan tinggal sekarang?

Aku berjalan lunglai di tengah derasnya hujan yang mengguyur kota. Aku tidak mungkin tinggal di kota ini lagi. Sekalipun tinggal aku pasti akan menemukan banyak luka yang lebih parah dari ini. Kehamilanku, tawaran pekerjaan, semua yang dulu terjadi mereka yang merencanakannya. Mengapa mereka Setega itu menghancurkan kehidupan yang selama ini aku anggap nyaman dan bahagia.

"MANDA!!!"

Suara keras itu berhasil menghentikan langkahku. Aku berbalik dan melihat kak Satria berdiri tegap dari kejauhan. Apa dia akan membatalkan pernikahannya dan kembali menjadi pelindungku?
Aku berlari dan langsung memeluknya dengan erat.

"Maafkan Kakak, Kakak harus melakukan ini. Kakak harap kamu menerima semua dengan lapang, Manda."

"Kenapa kalian jahat banget sama Manda? Kapan hidup Manda akan bahagia?"
Kak Satria melepas pelukanku dan memberikan sebuah gelang mutiara berwarna putih.

"Apa ini?"

"Pakai ini, Kakak harap kita bisa bertemu kembali suatu saat nanti."

“Kakak akan selalu mencintaimu, Manda.” Sambungnya.

“Untuk apa, Kak? Percuma Kakak mencintai Manda jika pada akhirnya kita akan berpisah, sakit hati Manda, Kak. Sakit!” Aku memegang dadaku kuat-kuat.

Kak Satria memelukku dengan erat, menangis bersama di bawah derasnya hujan yang menciptakan suasana yang begitu menyayat hati. Luka yang dirasakan benar-benar sakit, ditinggal keluarga, teman, bahkan orang yang kucintai, orang yang saat ini berdiri tegap memelukku dengan erat serta tangis yang begitu memilukan.

“Pakai gelang ini, jangan sampai dilepas,” dia mengingatkan.

Setelah memberikan gelang itu, kak Satria berlalu pergi. Dan, kini semua orang seakan menghilang entah ke mana. Aku sendirian, aku kesepian, tidak ada lagi orang yang bisa dipercaya dalam hidup ini.

Rasanya sudah sangat lelah. Aku tak sanggup lagi menahan derita yang sangat berat di dunia ini. Aku ingin mengakhiri semuanya. Kisah dari semua kepahitan hidup yang kujalani benar-benar sangat mengenaskan.

Tempat ini, akan menjadi saksi betapa beratnya aku menjalani kehidupan yang begitu berat. Air di depanku begitu tenang, satu kaki aku pijakan diatas jembatan yang menjulang tinggi.

Aku melihat kak Satria sudah melangkah jauh, dia tak mungkin kembali menemuiku, bahkan dia sendiri tidak membujukku untuk pulang bersamanya.

Kutinggalkan sebuah buku berwarna biru muda. Di sana tertulis Diary Amanda. Berharap yang menemukan itu, bisa membuat mereka hidup dalam ketenangan. Dan aku sangat berharap yang menemukan itu adalah kak Satria. Aku harap dia kembali dan menyimpan buku yang kutinggalkan di sini.

Terima kasih, Tuhan.
Terima kasih atas kehidupan yang Kau berikan.
Kini Kau berhasil membuatku mengakhiri semuanya sendiri.
Aku berharap setelah ini, hidupku tenang diakhirat sana.
Aku ingin pulang.
Aku ingin bertemu Ibu.
Aku ingin bertemu kak Satria
Dan aku ingin bertemu dengan orang-orang baik, penuh dengan ketulusan.

Kulihat gelang mutiara di lenganku bercahaya. Entah cahaya apa, yang jelas aku sudah memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Aku tidak akan lagi merasakan sakit hati, aku tidak akan lagi melihat orang-orang yang memberikan semua hal dengan kepalsuan, aku tidak akan lagi melihat takdir yang tak berpihak padaku akan kebahagiaan. Aku tak akan melihat diriku yang menderita lagi. Selamat tinggal dunia, selamat tinggal untuk kalian yang sudah menghancurkan kehidupanku. Kalian akan bahagia tanpa hadirku bukan? Yang kalian mau, aku wujudkan mala mini.

~SELESAI~

***

Alhamdulillah, nambah satu bab biar ada senengnya dikit. Tapi tetap sedih

Terima kasih buat temen-temen yang udah baca Diary Amanda.

Jangan lupa share dan voting ke temen-temen yaaa

Insyaallah ada sekuel dari cerita ini

Thankyou

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary Amanda [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang