Setelah di kejutkan oleh kedatangan seperti orang mafioso Hyunjin merenungkan sesuatu demi mengetahui kode tersebut, Hyunjin tak tahu betul tentang kode untuk membuka leb tersebut, karena ia sama sekali tidak ingat kalau kakeknya menitipkan barang ataupun apalah itu yang berhubungan dengan leb yang tersembunyi di balik bukit yang pernah ia lihat beberapa tahun lalu.
Ia pernah sekali datang ke sana bersama dengan Yeji, dan Juga kakeknya untuk melihat isi leb yang di miliki kakek nya, yang nyata nya ia bekerja sebagai ilmuan untuk menciptakan berbagai obat bagi dokter yang membutuhkan, ada pula seperti robot-robot yang dibuat olehnya untuk membantu dirinya saat sedang mengerjakan sesuatu.
Mereka hanya di kenalkan berbagai alat untuk melakukan pratek sains, tidak dengan menitipkan leb padanya karena mereka sangatlah muda untuk mengelola laboratorium miliknya itu, kenapa hanya Hyunjin dan Yeji yang di ajak berkunjung kesana? Karena awalnya ia hanya di ajak jalan-jalan oleh kakeknya yang merengek ingin pergi ke taman hiburan, eh.... Tiba-tiba kakeknya berpikiran membawa mereka ke sini supaya bisa menyegarkan pikiran keduanya agar tidak menangis, pasalnya ibunya selalu saja tak memperbolehkan keduanya pergi di sore hari pada saat itu.
Kenangan itu masih tertanam dalam hati Hyunjin saat ia memikirkan tentang itu, yang membuatnya terkesan akan kenangan tersebut ia pernah mengacaukan laboratorium kakeknya dengan bermain bersama Yeji di dalamnya, sungguh itu tak bisa terlupakan karena awal ia bercanda dengannya ia berhasil mencium Yeji tepat di bibir manisnya, Yeji yang tak terima di cium seperti itu akhirnya berlari untuk mengejarnya, tadinya Hyunjin itu ingin mencium pipinya, namun Yeji berbalik menatapnya yang berakhir dengan mencium bibir itu.
No no no bukan itu yang harus ia ingat, Hyunjin pun menggeleng kepalanya kuat-kuat karena bukan itu tujuan ia mengingat laboratorium kakeknya, ia harus mengingat apa saja yang ia tekan saat membukanya.
Saat di pikir-pikir lagi, Hyunjin sepertinya masih tahu kalau ia menekan sebuah angka ganjil yang entah apa itu, buru-buru ia menulis angka itu, yang sudah tersedia di samping dirinya.
Angka tersebut adalah 3557, tapi ia belum yakin akan hal itu apakah ini bisa membantu, ia bingung.
Disaat sedang seperti itu tiba-tiba Ryujin melihat Hyunjin yang sepertinya tengah memikirkan sesuatu dengan pulpen yang di ketukan pada kepalanya, tapi ia tak berani untuk mendekatinya, ia hanya takut menggangu konsentrasinya, tapi mengingat kalau ia perlu bicara sesuatu tentang ia dengar serta lihat tadi akhirnya ia menghampirinya.
''Hyunjin'' panggilnya, dan dengan segera Hyunjin membalikkan kertas tersebut karena terkejut akan kedatangan Ryujin yang tiba-tiba seperti itu.
Melihat ekspresi itu Ryujin awalnya ingin tertawa karena melihat wajahnya yang lucu, tapi ia tahan dengan cara berdeham mengalihkan keadaan yang sedikit canggung itu.
''I-iya ada apa?'' gugup Hyunjin takut ketahuan kalau ia tengah memecahkan suatu kode.
''I-itu..... Aku ingin menanyakan sesuatu, apa boleh aku duduk bersamamu disini?'' jawabnya yang mana jawaban itu menambah kernyitan di dahi Hyunjin, sesuatu ada yang terjadi, tapi ia tak tahu.
''Ouh?! Silahkan, tapi apa yang membuatmu ingin menanyakan sesuatu?'' masih dengan mengernyit Hyunjin menatap Ryujin di sebelahnya.
''Tadi pagi aku mendengar kau berteriak pada orang yang tak ku kenali, dan ya..... Sedikit mendengar ucapan kalian, yang menjadi pertanyaannya, siapa mereka? Apa kau mengenalinya? Dan kenapa dia datang padamu untuk..... Sebuah...... Kode? Lalu untuk apa kode itu jika kau sudah memberikannya?....'' ucapan terhenti saat ia sempat melihat ia menuliskan sesuatu.
''Apa jangan-jangan kau.....'' lanjutnya, namun terpotong kala Hyunjin berujar.
''Maaf tapi aku tak bisa menjawab semua pertanyaan itu, yang jelas ini bahaya, kau tak perlu terlibat dengan ini'' jelasnya memasang wajah khawatir pada orang di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I HOPE YOUR LOVE ME (YeonJiHyun Shipper)
Historia CortaCinta bisa datang kapan saja tanpa tahu waktu, tempat bahkan siapa pun orangnya, seperti sekarang aku terlahir sebagai seorang pria yang menyukai saudaranya sendiri, entah sejak kapan perasaan itu muncul, yang jelas aku benar-benar menyukainya. Dari...