"Paman jangan bercanda."
Freen Sarocha menyergah ucapan lelaki di hadapannya. Cukup terkejut dengan permintaan yang baru saja pria itu ucapan, yang terdengar konyol dan menggelikan."Aku tidak pernah seserius ini Freen," jawab pria tadi dengan ekpresi lebih serius.
Kedua alis Freen menukik tajam, merasa aneh dengan permintaan rekan bisnis yang sekaligus dianggapnya sebagai ayahnya karena kedekatan keduanya.
"Paman menyuruhku menikahi putrimu. Apakah itu bukan lelucon."
Freen mencoba berpura-pura tertawa meski dia sebenarnya tahu jika pria ini sedang tidak bercanda.
Pria bernama Paul Armstrong mendesah keras, sedikit frustasi bagaimana caranya menyakinkan gadis di hadapannya ini."Aku dan istriku bahkan sudah membicarakan ini dengan ibumu."
"Apa? Ayolah Paman, meskipun kalian bersahabat tapi tidak begini juga," protes Freen tidak terima.
"Aku membutuhkan seseorang untuk mengurus perusahaanku dan orang yang tepat adalah kamu."
"Kenapa harus dengan pernikahan dan kenapa tidak suruh Becca saja yang mengurusnya, kan dia anakmu," sanggahnya.
"Aku sudah melakukannya, ya Tuhan. Aku memaksanya sekolah bisnis tapi dia benar-benar tidak berbakat dalam bisnis. Aku benar-benar takut perusahaan yang sudah kurintis dari nol ini akan hancur di tangan Becca."
"Kau tahu kan, Freen, perusahaan ini aku rintis dengan darah dan keringat. Banyak hal yang kukorbankan, perusahaan yang aku bangun dengan air mata, dari hinaan orang-orang, dari perjuangan istriku yang tidak mudah hingga bisa sebesar ini. Aku sampai tidak bisa membandingkan seberapa penting perusahaan ini dengan nyawaku sendiri." Paul sedikit mendramatisir cara dia bercerita agar Freen mau mempertimbangkan permintaannya.
Terjadi keheningan untuk beberapa saat. Keduanya terlarut dengan pikiran masing-masing.
Freen cukup memahami apa yang dipikirkan Paul tentang perusahaannya karena dia pun mengalami hal yang sama. Tidak mudah merintis perusahaan dari awal maka akan sangat disayangkan jika tidak ada penerusnya."Paman aku akan mengurus perusahaanmu tanpa pernikahan, bagaimana," usul Freen kemudian.
"Tidak. Aku ingin ada hubungan yang mengikat dan satu-satunya cara adalah kamu menikahi putriku."
"Tapi Paman kan tahu aku tidak pernah ingin menikah, aku tidak pernah ingin memiliki pasangan dalam hidupku."
"Freen, semua orang membutuhkan pasangan, kamu hanya tidak mau mencoba. Lagi pula tidak semua pasangan akan berakhir seperti orang tuamu."
Kedua orang tua Freen memang telah bercerai sejak dia masih kecil, Freen kecil selalu melihat pertengkaran ayah ibunya setiap hari dan itu membuatnya trauma sehingga di usianya yang menginjak 28 tahun dia tidak pernah berpikir untuk memiliki sebuah hubungan romantis apalagi sampai menikah. Hidupnya hanya dihabiskan untuk bekerja.
Dan sejak orang tuanya bercerai Freen terbiasa membantu ibunya mencari uang apalagi insting bisnisnya begitu kuat. Sejak di sekolah menengah atas dia bahkan sudah memulai usahanya sendiri dengan memiliki toko online, bisnisnya berkembang pesat setelah dia selesai kuliah hingga saat ini perusahaannya merajai dunia bisnis yang bergerak dibidang fashion and beauty serta kuliner.
Freen tidak pernah merasa jenuh dengan aktivitasnya yang selalu menoton. Baginya dia akan memperkaya diri sehingga tidak ada satu orangpun yang bisa merendahkannya.
"Tapi kita sesama wanita pada akhirnya nanti tidak akan memiliki penerusnya juga." Freen masih mencoba untuk bernego.
"Jangan menggunakan alasan seperti alasan orang bodoh Freen. Aku tahu itu hanya alasan frustasimu. Ayolah Freen, paman tidak pernah memohon apapun kepadamu. Begitu kalian menikah perusahaan paman akan menjadi milikmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Things (Complete)
FanficPernikahan ini memang terjadi karena keterpaksaan tapi aku tidak pernah menganggapnya main-main, jadi aku mau kamu juga melakukan hal yang sama dan jangan pernah sekalipun kamu meminta untuk bercerai karena apa yang sudah menjadi milikku selamanya a...