Part 13

8.2K 655 37
                                    

    "Aku buru-buru harus kembali ke kantor, apa kamu baik-baik saja kalau ikut aku ke kantor?" tanya Freen saat dia menjemput Becca dari kampus.

Gadis itu memang hanya memiliki satu kelas sehingga bisa pulang lebih cepat.

"Tidak apa-apa," jawabnya singkat.

Freen mengangguk lega karena bisa menghemat waktu.

"Kakak kalau sibuk aku bisa naik taxi."

"Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri."

Becca tidak berniat membantah lagi karena percuma. Lagi pula dia juga senang bisa diprioritaskan oleh Freen Sarocha. Diam-diam gadis itu menyunggingkan senyum, pipinya mendadak terasa panas dan hatinya menghangat. Perasaan apa ini? Kenapa dia seperti mengurung ratusan kupu-kupu di perutnya namun terasa menyenangkan.

Tidak ada percakapan setelah itu. Freen sibuk dengan kemudinya sementara Becca, gadis itu tidak bisa berhenti memperhatikan istrinya.
Becca mungkin bisa cedera leher karena dia berkali-kali menoleh ke arah Freen selama perjalanan menuju kantor. Beruntung Freen tidak menyadarinya. Bisa malu Becca jika tertangkap basah telah mengagumi Freen Sarocha.

Becca takjub dengan cara Freen memutar-mutarkan stir mobilnya, bagaimana wanita itu sesekali mengerutkan keningnya ketika ada sedikit gangguan atau helaan nafas panjangnya ketika mereka terjebak macet.
Dan cara Freen memainkan cincin pernikahan mereka menggunakan ibu jarinya telah mengambil alih atensi Becca dan tidak sadar gadis itu juga melakukan hal yang sama.

Semua yang dia lihat dari Freen Sarocha kenapa tampak begitu keren dan kenapa dia baru menyadarinya padahal setiap hari dia memiliki kesempatan seperti ini bersama Freen.

     Freen membukakan pintu untuk Becca begitu mereka sampai di tujuan, tidak lupa juga melindungi kepala gadis kecil itu.

"Terimakasih kasih," ucap Becca.

Freen langsung menggenggam erat jemari Becca selama mereka berjalan ke ruangan Freen.

Ini pertama kalinya Freen membawa istrinya ke kantor sehingga mereka menjadi pusat perhatian para staff terlebih melihat bagaimana cara Freen menggenggam tangan Becca membuat beberapa staff wanita menjerit iri.

"Istirahatlah di sini sementara aku mengurus pekerjaanku dulu," kata Freen sambil menunjuk sebuah sofa untuk Becca tempati.

"Iya kak."

"Kalau mau sesuatu pesan sendiri ya. Aku banyak pekerjaan," tambahnya.

Wanita itu langsung menempati kursinya dan langsung berkutat dengan kertas-kertas dokumen yang menumpuk.

Becca memperhatikan Freen yang terlihat begitu serius. Tangannya sesekali mencoret kertas yang dia baca.

"Kak Freen terlihat sangat keren," batin Becca.

Dia tidak pernah menyadari betapa kerennya Freen Sarocha sampai detik ini.
Becca melihat Freen meraih gagang telpon kemudian memencet tombolnya.

"Ke ruanganku sekarang," perintahnya dengan tetap fokus pada pekerjaannya.

Belum ada satu menit pintu ruangan terbuka tanpa diketuk.
Orn, wanita cantik dan sexy itu melenggang ke arah Freen tanpa memperhatikan sekitar.

Si cantik sexy itu mendorong kursi Freen lalu dengan santainya dia duduk di pangkuannya.
Freen yang tidak siap pun jadi kelabakan.
Dia sebenarnya sudah terbiasa dengan tingkah Orn yang seperti ini namun masalahnya saat ini ada Becca di sini membuat Freen lumayan takut.

"Aku memanggil Nam bukan kamu," sentak Freen.

"Aku tidak peduli, aku memiliki urusanku sendiri denganmu." Orn membelai pipi Freen dengan jari-jari lentiknya.

The Right Things (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang