"Kak, kenapa diam saja," tanya Becca yang merasa heran kenapa Freen tidak bereaksi apa-apa saat dia menyentuh hampir seluruh tubuhnya.
Ya, mereka sedang bercinta, Freen meminta Becca menyentuhnya namun sejak kegiatan itu dimulai Freen sama sekali tidak menunjukkan reaksi yang seharusnya. Wanita itu hanya seperti sedang di elus-elus.
"Memangnya harus apa?" tanya Freen polos.
Becca menarik kembali jarinya dari milik Freen. Dia menatap Freen dengan muka jengkel.
"Serius kak, tanganku sudah pegal tapi kakak diam saja, apa aku segitu buruknya," semburnya.
Perasaan Becca mendadak menjadi sensitif.
"Aku.." Freen memotong kalimatnya sendiri lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Dia sendiri juga merasa bingung kenapa dia tidak merasakan apa-apa padahal Becca sudah melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan kepada gadis itu.
Kedua wanita itu saling menatap mencari penjelasan, tidak lagi peduli bahwa mereka sama-sama sedang telanjang bulat dan tidak ada niatan untuk menutupinya.
"Aku tidak merasakan apa-apa, saat jarimu masuk, rasanya hanya seperti ketika aku memakai tampon," jujur Freen.
Becca mencelos mendengarnya. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
"Tidak berguna," desisnya kepada dirinya sendiri.
"Hei tak apa, jangan merasa bersalah." Freen menarik Becca kedalam pelukannya.
"Bagaimana aku tidak merasa bersalah, aku memang tidak berguna." Becca sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya.
"Bukan kamu yang tidak bisa tapi sepertinya disini aku yang bermasalah," kata Freen dengan tenang tapi pikirannya sibuk menerka-nerka.
"Kamu tahu kenapa aku menyuruhmu menyentuhku? Karena aku ingin membuktikannya sendiri."
Becca menatap Freen dengan ekspresi meminta penjelasan.
"Aku tidak tahu apa ini termasuk kelainan sexual atau tidak tapi seumur hidupku aku tidak pernah membayangkan diriku disentuh oleh siapapun, tidak pernah ada pikiran liar tentang bercinta dan ketika melakukannya aku tidak pernah sekalipun merasa penasaran."
Freen berhenti sejenak untuk mengambil nafas sembari menyugar rambut panjangnya belakang.
"Tapi aku bisa mendapatkan pelepasan dan merasakan seperti ledakan hebat ketika aku mendengar kamu kesakitan atau melihat kamu yang tersiksa," lanjutnya.
Becca tidak memberikan tangapan apapun karena dia sendiri juga bingung.
"Disini aku yang bermasalah jadi kamu tidak perlu merasa bersalah."
Freen menundukkam wajahnya untuk menatap gadis yang masih betah berada dalam dekapannya.
"Jadi apakah kamu tidak apa-apa harus selalu dibawah atau aku harus berobat?" Freen meminta pendapat meski dalam hati dia tidak ingin berobat.
Terlalu malu jika dia harus mengakui kepada dokter tentang kelainannya ini.
"Tidak perlu kak, selama masih dibatas wajar aku tidak masalah. Aku hanya merasa bersalah."
Freen merasa lega mendengar jawaban Becca.
Dia juga lega karena bisa membicarakan hal intim seperti ini dengan Becca karena menurut Freen, hubungan badan bukan hanya sekedar menyalurkan nafsu tapi juga cara untuk mengungkapkan perasaan dan juga cara untuk memperkuat hubungan mereka. Sangat penting membicarakan hal ini demi kenyamanan bersamaFreen lalu memberi kecupan kecil di kepala gadis kecilnya. Sementara Becca semakin mengeratkan pelukannya. Dia merasa sangat nyaman dalam posisi seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Things (Complete)
FanficPernikahan ini memang terjadi karena keterpaksaan tapi aku tidak pernah menganggapnya main-main, jadi aku mau kamu juga melakukan hal yang sama dan jangan pernah sekalipun kamu meminta untuk bercerai karena apa yang sudah menjadi milikku selamanya a...