Part 21

7.5K 587 27
                                    

Benar saja apa dipikirkan Becca akan sakit punggung. Pagi ini ketika dia bangun punggungnya memang sakit, tidak hanya punggung tapi perutnya tiba-tiba nyeri dan kram.

Mendudukkan dirinya untuk mengumpulkan nyawanya. Becca memijit pelan kepalanya yang ikut-ikutan berdenyut seakan seluruh tubuhnya sedang bekerja sama menyiksanya.

Dia menyesal merajuk yang membuat dirinya sendiri menderita sementara orang dia rajuki malah enak-enakan tidur.

Becca membekap mulutnya ketika dia merasa perutnya tiba-tiba mual. Dia tidak ingin muntah di lantai karena Becca yakin Freen tidak akan mau membersihkannya. Gadis itu segera berlari menuju wastafel.

Tidak ada yang keluar dari mulutnya selain air yang terasa pahit dan asam. Sepertinya dia masuk angin karena tidur tanpa selimut.

Becca meringis merasakan perutnya yang nyeri hebat. Gadis itu sampai membungkuk sembari meremas perutnya.
Hanya ada satu alasan kenapa Becca seperti itu. Haid.
Becca selalu mengalami kram perut dan nyeri hebat setiap bulannya membuatnya pucat dan lemas di hari pertama dan kedua.
Kadang-kadang dia sampai pingsan karena tidak sanggup menahan nyeri di perutnya.

Becca berjalan tertatih menuju kamar untuk memastikan dia mendapatkan haidnya atau tidak.

Melihat kondisi kasur  yang seperti kapal diserang tornado dengan posisi tidur Freen yang aneh namun terlihat nyaman membuat Becca merasa sangat kesal teringat dirinya semalam yang tidur dengan menderita.
Becca ingin sekali melempari wanita itu dengan batu untuk meredam kekesalannya namun perutnya memintanya untuk bersabar.
Sepertinya semesta tidak menginginkannya melakukan kekerasan kepada Freen, wanita paling tidak peka sedunia.

Tak ingin kepalanya tambah sakit, Becca bergegas ke toilet.
Benar saja, dia mendapatkan haidnya.
Namun dia baru ingat sejak dia pindah ke apartemen, ini kali pertama dia haid jadi dia tidak memiliki menstrual pad sedangkan Freen biasa menggunakan tampon. Becca tidak terbiasa menggunakan tampon karena tidak nyaman.

Terpaksa gadis itu membangunkan Freen untuk memintanya membeli menstrual pad.

"Kak, bangun." Becca menarik-narik lengan Freen agar wanita itu segera bangun mengingat membangunkan gampang-gampang sulit.

"Kak, bangun." Kali ini dia menepuk-nepuk pipi Freen.

"Apa sih," sahut Freen yang merasa terganggu.

"Bangun kak, tolong belikan menstrual pad," pinta Becca.

"Pakai saja milikku," kata Freen yang enggan untuk bangun.

"Kakak kan pakai tampon."

"Ya pakai saja."

"Tidak bisa kak, aku tidak terbiasa."

"Apa bedanya, sama-sama menampung darah." Freen menjawab tanpa membuka matanya.

"Kak tolonglah," rengek Becca, dia terus menarik-narik lengan Freen.

"Astaga, biarkan aku tidur dengan tenang." Freen berteriak jengkel.

Becca terduduk di lantai, nyeri perutnya semakin menjadi membuatnya tidak sanggup berdiri.
Becca meremas sprei sampai kuku-kukunya memutih.

"Sakit," ringisnya.

Biasanya jika sedang datang bulan ibunya yang merawatnya, mengompres dan mengelus-elus perutnya agar dia nyaman.
Tapi sekarang Becca harus berjuang sendiri karena tidak mungkin dia meminta ibunya datang lagi pula nanti apa kata mereka tentang Freen ya walaupun memang kenyataannya wanita itu sangat menyebalkan. Lihatlah, dia bahkan sudah kembali mendengkur.

Becca pasrah. Biar saja kalau Freen tidak mau membelikannya men's pad, dia tetap tidak akan memakai tampon. Dia juga tidak peduli jika nanti darahnya kemana-mana lagi pula biasanya hari pertama belum akan deras hanya berupa flek.
***

The Right Things (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang