Becca terbangun saat sinar matahari menyorot melalui celah-celah gorden.
Gadis itu agak kesulitan membuka mata karena merasakan perih. Mungkin efek menangis semalam. Dia bahkan tidak ingat jam berapa dia tertidur.Melihat sekelilingnya, dia tidak mendapati keberadaan Freen.
Becca hendak turun dari ranjang namun matanya mendelik terkejut melihat tubuhnya yang telanjang. Ingatannya memutar kejadian semalam. Becca jadi bersyukur Freen tidak ada di kamar. Gadis itu buru-buru memungut pakaiannya lalu memakainya secepat mungkin.Becca menghirup nafas sebanyak yang dia bisa merasa bingung bagaimana dia akan menghadapi Freen setelah ini mengingat semalam Freen begitu sangat marah.
Becca menggelung rambut panjangnya dengan asal, sebaiknya dia tidak berpikir berlebihan. Dia harus segera keluar dari kamar untuk menjalani peran sebagai istri yang baik.Tapi istri yang baik tidak akan menolak sentuhan pasanganmu, monolog batinnya.
Becca menggelengkan kepalanya.
Dia menatap matanya yang bengkak melalui pantulan cermin. Kondisinya sangat buruk. Gadis itu lantas membasuhnya kemudian menggosok giginya.
Dia harus bergegas melihat kondisi diluar.Becca menemukan Freen yang meringkuk di sofa dengan posisi yang tidak nyaman. Mendadak dia merasa bersalah atas kejadian semalam. Apa dia terlalu jahat? Tapi dia takut. Becca tidak siap.
Becca ingin sekali membangunkan Freen namun takut jika Freen malah akan marah tapi melihat posisi Freen pasti wanita galak itu akan sakit leher, sakit punggung dan juga sakit kaki.
Akhirnya Becca memberanikan diri untuk membangunkannya."Kak, bangun," panggilnya pelan supaya tidak mengagetkan wanita itu.
"Kakak," panggil Becca lirih sembari mengguncang pelan bahu Freen.
Freen mengerjapkan kedua matanya lalu sedikit menggeliat.
Dia membuka kelopak matanya namun hanya bayangan kabur yang dia lihat.
Kepalanya berdenyut hebat kemudian disusul gejolak dari dalam perutnya yang memaksa untuk keluar.
Freen ingin bangun namun terlalu lemah untuk melakukannya.
Dia membiarkan dirinya mengeluarkan semua isi dalam perutnya di lantai.
Becca yang melihat itu menjerit sembari menghindari muntahan Freen.
Dia mengernyit jijik. Perutnya tiba-tiba seperti diaduk-aduk dan ingin ikut muntah.
Becca menahan mulutnya dan memilih memejamkan mata supaya tidak melihat muntahan Freen.Gadis itu pergi ke dapur untuk mengambil apa saja yang bisa dia gunakan untuk membersihkan lantai.
Becca menahan nafasnya selama membersihkan lantai. Perutnya jadi mual dan rasanya ingin menangis, tapi jika bukan dirinya yang membersihkan mau siapa lagi. Sementara itu Freen sudah terbaring di sofa dengan mata terpejam.Becca membawakan air hangat untuk Freen begitu selesai membersihkan lantai.
"Kak, minum dulu," panggilnya.
Freen tidak memberikan respon apapun.Becca menyentuh dahi Freen dan merasakan panas pada telapak tangannya.
"Kakak demam," gumamnya cemas.
"Kakak harus pindah, jangan tidur disini," kata Becca.
"Kak," panggil Becca lagi.
"Aku tidak bisa. Kepalaku pusing rasanya berputar-putar," jawab Freen lemah, wajahnya tampak sangat pucat.
"Ayo aku bantu kak, Kakak tidak mungkin tidur disini."
Freen terpaksa membuka matanya namun dia buru-buru memejamkannya lagi. Pandangannya berputar-putar membuat perutnya kembali mual, dia tidak ingin muntah lagi. Kasihan Becca jika harus kembali membersihkan kotorannya. Tapi dia berusaha untuk bangun meski dengan menutup mata. Becca segera memeluk tubuh Freen dan memapahnya pelan-pelan menuju kamar. Beruntung semua ruangan di unit yang mereka tinggali berada dalam satu lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Things (Complete)
FanficPernikahan ini memang terjadi karena keterpaksaan tapi aku tidak pernah menganggapnya main-main, jadi aku mau kamu juga melakukan hal yang sama dan jangan pernah sekalipun kamu meminta untuk bercerai karena apa yang sudah menjadi milikku selamanya a...