mulai bisa

9 5 1
                                    

Kini hari berganti. Burung burung bercicit saut menyaut. Bulan memasuki musim panas. Saat orang orang sedang berangkat kerja, anak anak berangkat sekolah, ibu ibu berbelanja ke pasar, beberapa orang berjogging.

Neta dan Lia sepertinya masih menikmati tidurnya. Silau cahaya matahari mengenai setengah wajah Lia, ia menggerusuk, menutupi cayaha itu dengan guling.

Tersadarkan oleh suara ayam berkokok. Lia pelan pelan membuka matanya. Sesekali mengucek ngucek mata kirinya.

Melihat ke sebelahnya. Oh, Neta masih tidur. Jam dinding menunjukan pukul 06.40
Dengan sedikit lesu ia menggoyangkan badan Neta.

Neta tidak merespon. Sudah lah, ia berangkat dari kasur. Meregangkan otot ototnya. Sangat nyenyak ia tidur semalam. Entah mimpi apa saja.

Berjalan ke arah pintu besar transparan dan membukanya. Itu balkon kamar Neta, angin terasa sejuk pagi ini. Menghirup udara dan menyapa awan awan serta burung burung yang melewatinya.

Puas sekali ia bisa melihat pemandangan sekeren ini. Rasanya ia ingin setiap hari menginap dirumah mewah ini. Apapun ada, serba bisa. Enak menjadi Neta.

Merasakan ada cahaya yang menerangi kamarnya. Neta berusaha membuka matanya yang merasa silau. Dia membalik badannya, memastikan apakah Lia masih berada di sebelahnya.

Ternyata, gadis itu sudah bangun. Ia sedang berada di balkon. Neta duduk, merapikan rambutnya yang beracakan.

Neta membuka selimutnya. Turun menemui Lia. Ia meregangkan sebentar otot ototnya.

"Kapan lo bangun" Neta merangkul Lia, ikut ikutan melihat pemandangan.

"Barusan"

Ada suara ketukan dari pintu kamar Neta. Keduanya sama sama menoleh ke belakang. Neta berjalan ke pintu kamarnya dan membukanya. Ahh, Mamah ternyata.

Senyuman pertamanya dipagi hari ini. Menyapa anak gadisnya, menyuruhnya untuk mandi lalu sarapan bersama dibawah. Neta mengangguk berkata "oke" dan mencium singkat pipi mamah.
Kembali menutup pintu kamar.

Baiklah, mereka mandi. Memakai baju, skincare dulu baru turun melewati tangga berlapis marmer mahal serta pegangan yang kelihatannya mahal bagi Lia. Bagi Neta itu biasa saja.

Di dapur, mamah sedang menyiapkan sarapan. Bolak balik ke meja makan panjang sambil memindahkan lauk lauk. Dibantu beberapa bibi.

Lia dan Neta duduk di kursi masing masing. Ayah dan Regan sudah lama berada disana. Lubna sedang mandi kata mamah.

Ayah menyapa kedua gadis itu.

"Gimana rasanya bisa nginep bareng Neta?" Ayah bertanya ke Lia.

Lia menyengir. "Seru Om, pengen lagi rasanya, kalo bisa mah tiap hari juga gpp"

Ayah tertawa. Agak canggung bicara dengan ayah Neta. Wajah wajah tegasnya sangat terlihat. Lia beralih melihat pembantu pembantu yang tengah menyiapkan peralatan makan seperti piring, sendok, garpu, tissu, gelas dll.

Dirumahnya hanya dia dan bundanya yang menyiapkan semuanya. Tidak ada pembantu pembantu. Tapi dirumah Neta banyak sekali pembantu.

Lubna datang. Mencubit pipi Neta sambil berkata "selamat pagii masa depannya Bintang"
Neta mendengus kesal. Regan, ayah, mamah serta Lia tertawa bersama.

Merasa semuanya sudah siap. Bunda pun duduk bersama, ayah memimpin doa. "Aamiin" ucap mereka bersama sama dikala ayah menyudahi doa itu.

Neta menuangkan nasi ke piring Lia. Lia berterimakasih. Melihat dari ujung ujung meja, wahh full lauk pauk. Sangat sehat keluarga ini.

Sweet Promises (Vanta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang