weird feeling

18 11 7
                                    

"kita nongkrong disini?"
Neta bertanya dan melihat lihat sekitarnya.

Takjub akan pemandangan yang bagus didepannya. Ya, disana ada jembatan yang dibawahnya terdapat telaga. Dan di airnya terdapat bulan purnama terang.

"Yok cepett" Lia menarik Neta agar tak menjadi orang udik disana. Menyuruhnya berjalan mengikuti mereka.

"WOAAA KEREN ABIS Qill LO BAWAIN KITA KESINI!!" Apresiasi dari Hazel sambil merangkul Raqil.

"Haii adik adik manis, selamat datang di resto kami. Adik adik mau pesan menu apa? silahkan pilih, ini dia menu yang tersedia dimalam cerah ini, semoga adik adik menikmati suasana di sini. Selamat malam"

"Iya... Terima kasih kak"

Sekarang, 4 gadis itu memilih milih makanan dan minuman.

"Udah? Gada yang mau nambah porsi gitu?" Tanya Raqil memastikan

"Nih biasanya nih si Lia" saut Hazel menunjuk Lia.

"Paan lo hah??"

"Hmm kalo gue sih udah deh keknya."
Ujar Neta memberi menu ke Raqil.

"Oke, gue pesen ya"

____________________________________

"Dek. Udah siap belum?"

"Bentar lagi bang, wait moment"

Huhhh, lama bangett udah nya

"Naaah, bang. Gimana? Gue ganteng bukan?" Tanya adiknya menunjukkan penampilan dia.

Sang kakak hanya memutar bola mata malas dan mengambil tas sandang lalu pergi meninggalkan adik.

Ish bang Bintang aneh.
Umpat adiknya. Lalu pergi mengejar abangnya.

"Bang, berapa taun sih kita ninggalin kota ini?"

Merasa dikacangin, adiknya makin kesal.
Sama seperti kemarin dan kemarin dan kemarinnya lagi lalu kemarin kemarin kemarinnya lagi, abangnya tetap saja tak peduli dengan apa yang di lontarkan adiknya itu.

Seandainya bunda masih hidup. Pasti bang Bintang bakal di cubit bibirnya kalo gak peduli sama orang yang bicara ama dia.

Dihati sang abang hanyalah rasa rindu yang selama ini dia simpan. Akhirnya, ia kembali ke kompleks dimana dulu ia bermain bersama kawan lama nya.

Walaupun sudah banyak berubah dari 12 tahun lalu. Bintang tetap masih mengingat jalannya dengan baik. Dari sulawesi, dia tinggal bersama bunda dan adiknya itu.

Karena sang bunda sudah lama pergi, Bintang dan adiknya kembali ke kampung halaman. Dan menempatkan kembali komplek yang dulu. Dan membuatnya kembali mengingat anak kecil yang selalu bermain dengannya. Huhhh, sudah berlalu, ia tak mau begitu memikirkannya.

Dan sekarang, malam ini tujuannya hanyalah menikmati malam kota bandung. Sepertinya, sangatlah ramai dibanding malam malam 12 tahun yang lalu. Ya ampun, sudah lama. Zaman semakin maju, semakin besar bangunan, semakin ramai kafe kafe, semakin lebar jalanan dan semakin bagus pemandangan.

Woa, sedikit lagi Bintang akan menabrak pemotor didepannya. Agak kaget. Tapi untungnya Bintang bisa mengerem.

Entah mengapa, pikirannya masih dengan gadis di Instagram kemarin. Hanya iseng iseng, Bintang mengirimi orang itu pesan.
Dan mengikuti akun itu.

Neta... Batinnya mengenang nama itu.

"Bang" panggil Sean (adiknya) dengan menyenggol sedikit siku Bintang.

"Hmm?"

"Tujuan kita kemana emang? Abang emang tau ama jalannya? Jangan ampe nyas-"

"Iye iye iye, kaga usah banyak omong lo ah, ikutin aja, gue tau kok. Mulut kek cewek lo!" Sergas Bintang tak kalah panjang.

Sweet Promises (Vanta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang