Mamah menunggu Neta di rooftop rumah. Sesuai janji, ia ingin berbincang sesuatu dengan anak gadisnya. Sengaja ia memilih di rooftop. Ada angin sepoy sepoy. Lebih nikmat saja.
"Mah" Neta datang. Berjalan mendekati mamah. Duduk dikursi sebelah mamah. Mereka berdua menghadap ke depan. Sambil menonton motor mobil yang berlalu lalang.
"Kak, mamah mau nanya ke kakak boleh?"
Neta melihat mata mamah. Bertanya melalui ekspresi wajah, pembahasan kali ini sepertinya serius.
"Oke. Sok nanya apaan mah" Neta memperbaiki posisi duduknya agar bisa melihat wajah mamahnya dengan baik.
Mamah menarik napas dulu. "Kamu, semenjak ditinggalin mamah ayah, ada rasa gimana gimananya gak?"
Neta melipat dahi. "Gimana gimana apanya mah? Suer Neta gak paham sumpah"
Mamah terkekeh, "sedih? Marah?"
Neta menggeleng, "sedikit aja sih" Jawab Neta.
Mamah mengangguk. Tapi bukan ini topik obrolan mereka. Ini hanya termasuk basa basi.
Neta meneguk ludah, wajah mamah agak serius.
"Emang mamah mau bahas apa sama Neta sampe harus berdua, disini lagi, terus tuh muka mamah kaya-" kalimat Neta terpotong."Haih....mamah tiba tiba kepikiran sama sahabat kamu dulu. Apa masih di Sulawesi?"
Neta mengangkat bahu. Kembali menoleh ke pemandangan depannya.
"Kenapa mamah kepikiran sama dia" Neta kembali bertanya. Nadanya agak jengkel dengan mamah, kenapa menjadi membahas 'sahabat lama' nya.
"Gak kenapa napa. Pengen tau aja"
Mamah meminum teh, Neta baru tau ternyata disebelah mamah ada dua gelas teh hangat.
Ishh gak dari tadi gue ditawarin."Mah. Bagi teh noh satu aja" Neta menunjuk nunjuk gelas teh.
Mamah tertawa. "Orang gelasnya cuma dua. Mamah satu kamu satu" ujar mamahnya memberi gelas itu.
"Kak, kalo kakak ikut mamah kerja mau gak"
Neta tersedak teh. Sedikit terkejut dengan pertanyaan mamah. Batuk batuk ringan.
Mamah pun ikut panik, menggosok gosokkan dada anaknya. "Lahh kak, kenapa?"
"Gak mah, gak apa apa. Panas ya ternyata teh nya... Neta kira udah agak dinginan gitu" Neta menyengir. Mengelap sisa teh di mulutnya.
"Ati ati atuh kalo minum mah. Pelan pelan, tunggu dingin dulu" tutur mamahnya.
"Terus si mamah mah nanya begituan ke Neta. Ya refleks kaget dong"
"Mamah serius nanya gitu ke Neta. Kalo Neta jawab mau gimana?"
Mamah tersenyum. "Ya bagus dong. Daripada kamu mondar mandir dirumah gak karuan mending kerja cari uang".
"Emang Neta harus pinter akting kayak mamah?"
Lagi lagi mamah menggeleng, Neta bingung. Kan kerja mamah terus berakting. Lalu??
"Gak usah akting akting. Jadi model mau gak?"
Neta makin membesarkan matanya. Mulutnya terbata bata. "M-model?"
Mamah mengangguk. "Temen mamah setuju, gpp kamu langsung masuk aja. Mereka kenal kamu. Bilang aja kamu anaknya mamah"
Neta ragu ragu. Berarti Ia akan meninggalkan kota ini?
"Neta mau kok mah, tapi jangan cepet cepet yah Neta kesana nya. Kasih Neta waktu 6 bulanan buat ngabisin waktu disini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Promises (Vanta)
Ficção AdolescenteAda yang lebih basi dari roti jamuran. "Janjinya" pasal cinta, rasa dan kata hati. Perjuangan kisah seseorang. Yang kaya belum tentu bahagia. Yang kaya belum bisa mendapatkan keinginannya. Yang kaya belum bisa bebas semaunya. Apa yang kalian pikir...