"Tumben lo manggilin kita kerumah" Tanya Hazel saat dirinya sudah berada dikamar Neta.
Neta tak mengubris, ia duduk di kasur. Memeluk boneka besarnya. Raqil mengikut. Ia pun duduk disebelah Neta.
"Kangen" Neta menatap Raqil, mengerjap ngerjap mata. Raqil tertawa gemas, tangannya refleks mencubit pipi Neta.
Hazel, ia sedang berdiri di balkon. "Aelah rumah gue keliatan noh" serunya, Raqil dan Neta menoleh. Ikutan berdiri menghampiri Hazel.
Cuaca cukup sejuk. Daun pepohonan disebelah rumah Neta tertiup tiup angin. Juga menerpa wajah mungil Neta. Ia menutup mata disaat angin itu menerpa wajahnya lagi.
"Gue pengen kalian selalu ada disamping gue" Gumam Neta.
Pandangan ketiga orang itu tetap mengarah ke depan. Saling menghela napas.
"Walaupun masa depan misahin kita. Gue harap gak ada yang berkurang satu pun dari kita" Neta menyambung kalimatnya tadi.
"Dan kalian bisa tau gue kayak gimana sekarang. Suatu saat, gue gak tau nanti kalian yang ninggalin gue ataukah gue yang ninggalin kalian. Tapi yang pasti I always need you here".
Raqil dan Hazel yang berada di kiri kanan Neta sama sama menoleh ke gadis itu. Cukup terharu dengan kalimat Neta. Entah itu kalimat yang serius keluar dari hatinya. Tapi yang pasti. Mengharukan.
Hazel merangkul Neta "ya, gue jujur aja. Gue mau nangis dengerin kata kata lo tadi. Tapi gue agak geli geli gimana gitu Net" Hazel terkekeh.
"Gimana pun, kita stay buat lo, kawan. Lo tetep jadi Netanya kita. Ya gak Qil" Hazel menyenggol bahu Raqil.
Raqil mengangguk. Setuju dengan ucapan Hazel. "Jangan segan kalo pengen curhat. Kita mah sedia jadi senderan lo kok". Ketiganya saling menyenderkan kepala.
Sebentar. Kondisi sedikit hening. Neta baru sadar dengan keadaan nya. Melirik ke Hazel dan Raqil. "Kok pada awkward ya" Gumam Neta yang didengar oleh kedua temannya.
Neta mengajak mereka untuk ke lantai bawah. Mereka mau bersantai di taman belakang, disana lumayan untuk berfoto. Dekorasinya agak Instagram able.
Ketiga gadis itu sibuk dengan kerjaan masing masing. Ada yang berfoto, main hape, mendengar musik sambil bersantai.
Mamah datang membawa banyak makanan. Tersenyum ke teman teman Neta.
"Dimakan" ujarnya lalu pergi. Sedikit ada urusan pekerjaan yang ingin ia bincang dengan sutradara.Beberapa minggu lagi mamah akan pulang kembali melakukan aktivitas. Ayah pun begitu. Neta...pun ikut menyusul nantinya. Karena itu yang membuat Neta terpikir sepanjang waktu.
Masih belum menerima akan meninggalkan teman teman. Juga, ia belum sempat bertemu Bintang.
Kalo gue jadi model...masuk tipi, terus terkenal kan malah memudahkan gue buat nemuin Bintang. Barangkali dia sadar itu gue. Dan, nyamperin gue. Ketemu deh...
Tapi gimana kalo dia udah lupa sama gue dan gak akan balik ke gue dan parahnya pas ketemu gue, dia udah ngenggamin tangan orang lain. Udah bukan gue lagi.
Kenapa gue masih menunggu yang tidak akan balik ke gue. Dia masih hidup? Emang dia tau muka lo pas gede? Kalian cuma tau pas masih kecil. Dan pikir pikir, menemukan keluarga kecilnya cukup gak mudah.
Bahkan berkontak atau menghubungi keluarga gue juga gak pernah. Keberadaannya juga gak tau ada dimana. Ayah udah kewalahan nyari mereka. Katanya mau ngunjungin rumah ayahnya. Ish bullshit.
Lamunan Neta terbuyarkan saat Raqil tak sengaja menyenggolnya. Neta menatap sinis kearahnya.
Raqil menyengir. Berminta maaf, "sumpah Hazel dari tadi nyubitnya kenceng banget" dalilnya memohon maaf ke Neta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Promises (Vanta)
Teen FictionAda yang lebih basi dari roti jamuran. "Janjinya" pasal cinta, rasa dan kata hati. Perjuangan kisah seseorang. Yang kaya belum tentu bahagia. Yang kaya belum bisa mendapatkan keinginannya. Yang kaya belum bisa bebas semaunya. Apa yang kalian pikir...