bertemu kembali

13 11 3
                                    

Neta terdiam melihat Lia yang tengah makan.
Ia meneguk air ludah, seakan akan tak percaya jika Lia akan makan sebanyak itu.

Lia yang sadar diperhatikan Neta mendongak kepalanya. Melipat dahinya.
"Kenapa lo liat liat" ketusnya, menatap Neta dengan tatapan sinis.

Neta menopang dagu dengan kedua tangannya, tersenyum sembari menggeleng gemas dengan mimik Lia.

"Kaga. GR lo" jawab Neta singkat. Jujur saja, Ia sudah sangat sangat kenyang sekarang. Tapi lihatlah teman didepannya sangat lahap menghabiskan makanan itu.

"Wuihh, gak kebayang gue kalo lo udah punya laki". Ujar Neta membuat Lia berhenti mengunyah.

"Napa emang"

"Takut aja. Takut duitnya abis lo pakein beli makanan trus" Jawab Neta tertawa. Sebelah mata Lia sedikit menyipit sambil melipat dahinya. Jari telunjuknya menepuk nepuk pipinya. Seakan akan tengah memikirkan sesuatu.

"Eh he'eh lah. Tapi kan, gue bisa kerja sendiri. Nanti duitnya duit gue sendiri. Lagian napa sih lo sibuk meratiin gue makan?"

Neta menggeleng lagi, melihat sana sini. Sekarang sudah sore. Janjinya dengan Regan akan pulang sore bukan?

Neta memperhatikan jam tangannya. Lia yang tau gerak gerik Neta, bilang
"Udah lah, ntar aja balik nya, lagian kan bareng gue. Bukannya sendiri juga...tenang"

Neta menghela napas. Betullah yang dibilang Lia. Regan tak akan marah bila Ia bersama Lia atau Raqil ataupun Hazel.

"Yaudah. Lo selepas ini pengen kemana lagi hem?" Neta bertanya.

Lia memikirkan jawabannya. "Aha!"
"Eh. Gak tau deh" ujar Lia dan melanjutkan makanannya.

Neta ingin menyentil hidung Lia. "Jalan jalan aja dulu kita ke kota tua, gue suka banget main disana dulu".

Lia mengacungkan jempol. Ia setuju dengan ide Neta. Lia buru buru menghabiskan makanannya.
_________________________________________

"Mamah lo balik ya?" Tanya Lia sambil berjalan. Neta menjawab 'iya'. Lia menghadap kedepan. Menarik napas.

"Gue tau lo sekangen itu Net" ujar Lia tersenyum tipis.

Neta merangkul Lia dan tertawa singkat.
"Tapi, kangen itu ga berasa saat gue bisa ngerasain seneng bareng kalian" Neta tertawa senang. Mencubit hidung Lia.

Lia ikut senang mendengar itu. Neta banyak bercerita tentang orang tuanya. "Hissh, gue kalo jadi lo Net. Udah ga sanggup tau, gue ga bisa jauh dari bunda bapak gue"

Neta terkekeh. Sudah biasa baginya ditinggal. Neta tidak terlalu memikirkan orang tuanya. Pun, mereka sanggup meninggalkan ketiga anaknya demi menafkahi keluarga bukan?
Semua itu menguras keringat masing masing.

Neta menghirup udara malam. Hatinya tenaaaang sekali. Bulan terang... Bintang bertebaran... Hah? Bintang.

Matanya membulat sempurna. Langkahnya melambat. Lia menoleh ke Neta "eh? Kenapa?" Tanya Lia, heran tak mengerti.

Mereka sedang tidak berada di zoo, lantas mengapa Neta terlihat canggung sekarang? Atau terlihat takut. Tapi bukan raut wajah yang menunjukkan ketakutan.

Melainkan...

Lia melihat arah biji mata Neta. Pantas saja, didepan mereka ada Bintang. Tau lelaki itu?
Keponakan ibu ibu yang tadi siang ia bantu.

"Alah.... Lo phobia sama yang gantengg he?"
Cibir Lia menjitak kepala Neta.

Neta menutup mulut Lia, "bukan gitu"
Mata Neta melihat ke arah lain. "Kita kesana sekarang!" Neta menunjuk arah yang lumayan ramai dengan pedagang kaki lima. Cepat cepat Neta menarik tangan Lia.

Lia malas dengan Neta. Kemarin mati gila dengan orang itu. Bilang ini lah bilang itulah. Pas udah ketemu, cuih. Berpas pasan saja sudah kliweran.

"Lo kenapa sihhh hah?" Lia bertanya saat mereka sudah berhenti menghindar dari si Bintang.

Neta mengangkat bahu. "Lah? Truss kenapa lo nyeret nyeret gue kesini"

"Iihhh, lo yang ngikutin guee Lia!" Ujar Neta melotot. Lia tak habis fikir. Neta aneh. Sangat aneh!.

Neta menggaruk kepalanya. Ia pun tidak tau kenapa ia harus menghindar dari Bintang itu.
"Gue takut diculik aja" ucap Neta ringan.

Lia diam sebentar. Lalu tertawa. "Hah? Nyulik lo?" Tanya Lia memastikan.

Neta mengernyitkan dahinya. Melihat Lia yang tak henti henti tertawa. Orang orang yang lalu lalang menoleh kearah mereka. Neta menyengir lalu menutup mulut Lia, menyruhnya diam.

"Kaga ada malu malunya!"
"Lo tuh cewek! Aurat goblok"
Neta mencubit perut Lia. Memutar bola matanya lagi.

Lia menarik napas. Dadanya agak sesak karena berlebihan tertawa. Takut asmanya kambuh. Kasian Neta yang repot.

"Ga Net... Ngakak aja ama apa yang lo bilang tadi. Culik culik. Emang ada yang mau nyulik lo? Ginjal lo emang masih laku?"

"Entah, siapa tau masih bagus Lia..."

Neta menyuruh Lia berjalan, atau membeli satu dua macam makanan agar mereka tidak terlalu banyak obrol.

"Hai mang... Gue mesen 2 ya yang 10.000"
Lia memesan telur teluran dengan amang disana.

"Bungkus dek?"

Lia menoleh ke Neta, memanggilnya "stt stt. Oi bolot"

Neta menoleh ke Lia. "Kenapa?, Ohh bungkus aja bungkus. Nanti kita makannya"

Lia mengangkat sebelah bibirnya kesal, ekspresi nya seperti 🙄.
Setalah menunggu, Lia langsung membayar nya dan pergi. Lanjut mencari tempat yang nyaman untuk menggibah.

Kawan kawan, segini dulu ya buat chapter ini. Lain kali aku perpanjangin... Byeee sampai jumpa!


Sweet Promises (Vanta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang