ranjang

5 1 0
                                    

Tubuhnya masih terbaring lemas di ranjang. Namun matanya yang mulai terbuka perlahan-lahan dengan cepat melihat sekeliling ruangan, seakan sedang mencoba mencocokkan semua benda yang ada disitu dgn ingatannya.

"Selamat datang kembali sayang" sahut Ikhman yang sedang duduk di sofa.

Farah terperanjat. Ia kenal dengan suara itu. Dan ia juga ingat betul dengan situasi seperti ini.

Ia melihat si pria brengsek itu sedang santai merokok.

Dengan cepat ia bangun dari tempat tidurnya untuk segera meninggalkan ruangan.

Namun langkahnya terhentikan oleh suara Isak tangis seorang gadis dari sebuah video yang diputar Ikhman di laptopnya.

"Apa yang kamu mau?" tanya Farah dengan amarah .

Ikhman tersenyum penuh kemenangan.

"Sesuatu yang sama seperti 5 tahun lalu" ucapnya santai.

"Maaf! Saya bukan orang yang sama setelah kejadian itu" balas Farah.

"Oh ya? kalau begitu video ini bisa beredar ke situs umum dan selanjutnya hidup kamu akan hancur" ancam Ikhman sambil mendekati Farah.

Farah hanya bisa terdiam. Ini sudah yang ke-sekian kalinya pikirannya membeku dalam 2 hari ini.

Pikirannya yg sedang kacau membuatnya tidak bisa mencerna ancaman yang sedang mendekatinya.

Dan tragedi itu pun terulang kembali.

Farah kembali terlentang lemas dengan hanya tertutup selimut.

Sementara Ikhman duduk di pinggir ranjang dengan masih bertelanjang dada, sambil memperlihatkan video seorang gadis kecil cantik yang sedang bermain-main.

Kesadaran Farah masih belum stabil. Tapi ia berusaha mencerna kalimat demi kalimat yang di ucapkan Ikhman.

"Lihat gadis kecil itu. Dia adalah putrimu yang aku tukar 4 tahun lalu" ucapnya datar.

"Dan putrimu yang telah tiada, sebenarnya adalah anakku". Sambungnya lagi sambil menghembuskan asap rokok.

"Bila kamu ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, maka patuhilah aku".

Darrrr.......

Hati Farah hancur lebur persis seperti bangunan yang runtuh.

Ia hanya bisa termenung dan menangis tanpa suara dibalik selimut.

Sudah tidak ada lagi keinginan dihatinya untuk melawan.

Sementara Ikhman segera berpakaian, membereskan semua perlengkapannya, lalu pergi begitu saja meninggalkan Farah sendirian dikamar hotel.

"Tolong..."
Dengan sangat lemah Farah mengucapkan satu kalimat permohonan itu.

Entah untuk siapa dia tujukan. Namun sorot matanya yang kosong seakan mengatakan bahwa itu mungkin doa terakhir utk hari ini.
.
.

.
.
Kepoin yu>~<

Mawar keadilan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang