arhan

4 1 0
                                    

Hari ini, Farah kembali beraktifitas seperti hari-hari biasanya, kembali ke meja kantor, bergelut dengan waktu melawan berkas-berkas perusahaan yang sudah menumpuk.

Ketrampilannya dalam mengetik sudah tidak dipertanyakan lagi.

Cukup dengan ditemani secangkir kopi panas, maka 1 berkas dengan 12 lembar dokumen siap diselesaikan dalam waktu 1 jam.

"Tok.. tok.. krieeett.." pintu ruangan Farah terbuka.

Pak Arhan masuk.

"Pagi pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Farah.

"Ngga, ngga ada apa-apa,Emmm.. nanti jam istirahat ke ruangan saya ya, ada yang mau saya bicarakan" Jawab pak Arhan.

"Baik pak" Farah setuju.

Pak Arhan segera keluar. Dan aktifitas pun kembali seperti biasa.

Jarum jam terus berputar hingga menunjukkan pukul 16.30
Suara sirine tanda jam pulang kantor pun berbunyi.

Inilah waktu yang dinantikan oleh seluruh karyawan.

Dengan rasa bahagia mereka bersama-sama meregangkan badan yang sudah seharian duduk di kursi, mengemas barang bawaannya, lalu secepat kilat menuju parkiran.

Tujuannya satu ; kembali rumahnya dan bersantai menikmati gorengan. Dengan secangkir kopi tentunya.

Bagaimana dengan teh? Ya. Boleh juga. Tapi yang panas ya dan sedikit manis.

Saat yang lain menuju pintu keluar, Farah malah menuju ke arah yg berbeda.

Ia berbelok menuju ruangan Pak Arhan.

"Tok tok"

"Permisi pak boleh saya masuk" suara lembut Farah terdengar dari luar pintu.

"Ya, masuk" sahut Pak Arhan dari dalam.

Farah masuk, dan Pak Arhan segera menyuruhnya duduk di kursi yang ada di depan mejanya.

"Gimana kabar dari si pria brengsek itu? apa dia masih memeras kamu?" Tanya Pak Arhan tanpa basa-basi.

"Tidak pak. Kali ini sepertinya keberuntungan akan berpihak kepada saya" Farah membalas dengan antusias.

"Apa? Gmn caranya? Saya ngga ngerti. Coba jelasin" Pak Arhan sedikit kebingungan. Dahinya mengernyit.

"Saya mau coba tes DNA pak" jelas Farah singkat.

"Apa?"

Perkataan farah membuat Pak Arhan terheran.

Tes DNA itu bukan perkara mudah. Banyak prosedur yang harus dilalui.

Lantas, rencana apa yang sedang disusun oleh gadis manis di depannya? Ah terserahlah.

Yang jelas, rencana itu pasti sudah dipersiapkan dengan matang. Dan Pak Arhan hanya perlu mewujudkannya saja.

"Baik kalau begitu nanti saya antar kamu ke RS". Sambungnya lagi.

"Jangan pak, nggak papa, saya bisa sendiri, gak usah dianter" Farah menolak halus.

"Gak, gak. saya yg antar aja ya. udah janji saya" balas Pak Arhan mantap.

"Kalo gitu, tolong antar saya ke RS ********** sekarang boleh pak?" tanya Farah.

"Bisa. Yuk." Ajak Pak Arhan.

Mereka berdua pun bergegas pergi.

Selama perjalanan, Farah merasa nyaman. Baru kali ini ia merasa dipedulikan dengan seseorang.

Sebenarnya ia sangat tidak suka masalahnya di campuri oleh orang lain. Tapi, untuk kali ini, ia harus membuang sifat buruknya itu.

Ia harus bersyukur saat ada seseorang yang menolongnya.

Hatinya tenang. Apalagi saat bos-nya menyetel lagu cinta. Farah tersenyum.

Ternyata dibalik sikap tegasnya, bos-nya ini diam-diam punya sifat romantis.

"I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, Princess, now when did you last

Let your heart decide?
I can open your eyes

Take you wonder by wonder
Over, sideways and under
On a magic carpet ride"...

Lagu dari Peabo Bryson dan Regina Belle.

Alunan musiknya yang indah dan damai, serta liriknya yang syahdu membuat Farah melirik sebentar ke arah Pak Arhan.

Ia heran, kenapa pria dengan kepribadian seperti ini justru masih menjomblo sampai sekarang? Ah entahlah.

Ia tidak mau berfikir jauh, karena rasa kantuk pun mulai menyelimuti matanya.

Sekejap kemudian, Farah pun terlelap.

Pak Arhan masih fokus mengemudi.

Beberapa kali ia melantunkan lirik lagu yang ia suka.

Sampai akhirnya mereka tiba di RS ternama. Pak Arhan melihat ke arah Farah.

"Far,," tegurnya.

"Loh... tidur?"

Gadis yg disapa ternyata sedang tertidur.

Segera pak Arhan memarkirkan mobilnya, lalu turun dan pergi ke pintu mobil sebelah kiri.

"Tok tok tok..."

"Far, bangun, bangun, kita udah sampe" Pak Arhan mengingatkan.

Farah terbangun. Dilihatnya Pak Arhan sedang berdiri diluar sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil.

"Iya pak, maaf saya ketiduran" Farah malu.
.
.
.
. Makasih>~<

Mawar keadilan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang