Tak tok tak tok.."
Pagi ini, suara sepatu pak Arhan terdengar cepat.
Terlihat jelas kecemasan di wajahnya. Tujuannya satu; Ruangan Farah.
Dengan tergesa2 ia membuka pintu, namun Farah tidak berada di ruangan.
"Hm? Masih kosong. Apa telat ya?" Ia bergumam.
Lalu mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Farah.
"Tuuut.. nomer yang anda tuju se.."
TAP!
Pak Arhan langsung memutus sambungan teleponnya.
Ia sudah hapal.
Mending ditutup aja dari pada dengerin sampe habis semua yang di dengarnya barusan.
Sudah pasti suara perempuan itu menandakan hp Farah sedang tidak aktìf.
Lalu ia segera pergi menuju area parkir sepeda motor.
"Loh.. loh... motornya ada. Tapi orangnya kok ngga ada. Kemana dia?" Pak Arhan berbisik kepada dirinya sendiri.
"Permisi pak Ar, ada apa ya pak tumben ke parkir motor? Kan bapak bawa mobil." Pak Nas, salah satu satpam dikantor tiba-tiba muncul dan bertanya. Membuat pak Arhan kaget.
"Oh ini pak Nas, saya sedang nyari Farah. Udah jam segini dia belum absen. Padahal motornya ada. Kemana ya dia?" Tanya pak Arhan.
" Oh mbak Farah mungkin masih sakit pak, kemarin siang saya liat mbak Farah jalan ke parkir sempoyongan, katanya sedang ga enak badan, mau pulang." Jawab pak Nas.
"Lah trus kenapa motornya masih disitu?" Pak Arhan bertanya lagi.
"Oh.. setau saya kemarin mbak Farah kayaknya pulang naik mobil pacarnya". Jawab pak Nas.
"Pacar?" Tanya pak Arhan mengernyitkan dahinya.
"Iya. Yang belakangan sering markirin mobilnya disamping parkiran motor" timpal pak Nas.
"Yang mobil item?" Tanya pak Arhan memastikan.
"Iya. Kemarin pas mbak Farah pulang kan cowoknya markir disitu lagi. Ya saya pikir pasti dia pulang minta di jemput. Soalnya mbak farah keliatan lagi pusing." jelas pak Nas.
"Pak Nas liat Farah naik mobil itu?" Pak Arhan masih belum puas dgn penjelasan satpamnya.
"Ngga pak" jawab pak Nas polos.
"Gimana sih kamu ini?!" Jawab pak Arhan ketus.
"Maaf pak" jawab pak Nas seadanya.
Entah kenapa, penjelasan pak Nas malah semakin membuat hati pak Arhan cemas.
Rasa gelisah dan khawatir terus menghantuinya. Untuk pertama kalinya pak Arhan bertingkah seperti ini.
Dari semula yang sikapnya terkenal jaim pada wanita, kini berbanding terbalik apalagi jika mengenai Farah.
"Ya sudah kalau begitu" pak Arhan pun langsung pergi.
Tanpa pikir lama, pak Arhan langsung menuju mobilnya dan buru-buru mengemudikan mobilnya bergegas menuju ke rumah Farah.
Sampai di lokasi, dari dalam mobilnya pak Arhan melihat rumah Farah seperti tidak berpenghuni.
Pintu dan jendela tertutup rapat. Beberapa helai daun mangga milik tetangga yang terbawa angin dan jatuh di lantai terasnya seolah menegaskan bahwa perkiraan pak Arhan itu benar.
Tapi tetap saja pak Arhan lenih mengutamakan rasa khawatirnya ketimbang perkiraannya.
Ia segera memarkirkan mobilnya di bahu jalan, turun, lalu membuka pintu pagar.
"Clak, cklak.."
Pintu pagar terbuka. Aneh, rumahnya sepi, tapi pintu pagarnya tidak terkunci.
Tak ada waktu untuk berfikir. Pak Arhan segera menuju pintu rumah.
"Tok tok tok"
"Assalamu'alaikum. Farah, ini saya, pak Arhan".
Hening.
Tak ada jawaban.
Pak Arhan mencoba sekali lagi.
"Farah,,, assalamu'alaikum, ini
saya pak Arhan"Sama.
Tak ada jawaban.
Pak Arhan mendekatkan telinganya pada pintu rumah untuk memastikan pendengarannya.
Nihil. Bahkan tak terdengar juga langkah kaki dari dalam.
"tok tok tok tok tok"
"Farah, ini saya. Saya datang kemari karena khawatir dengan kamu...."
"Farah, faraaah,,
assalamu'alaikum"
Pak Arhan tetap berusaha. Ia yakin Farah ada di dalam."Sreek sreek sreek..."
Terdengar suara langkah kaki yang pelan dari dalam rumah.
"Iya, wa'alaikumsalam. ini saya" jawab Farah."Cklak cklak krieeet.."
Pintu pun terbuka. Farah terlihat lesu dengan wajahnya yang sedikit pucat.
Namun ia masih berusaha untuk tersenyum.
"Farah...." ucap pak Arhan.
"Iya pak..."jawab Farah pelan."Maaf saya hari ini bolos kerja " sambungnya lagi.
"Kamu kenapa? Motor kamu ada di parkir. Tapi kamu tidak ada di kantor.
Saya coba hubungi tapi nomer kamu ngga aktif.
Ada apa Far? Apa kamu masih marah dengan saya karena kejadian kemarin?" Pak Arhan bertanya dengan hati-hati.
berharap jawaban baik akan diberikan Farah..
Tapi... Tiba tiba saja tangis Farah pecah dengan sendirinya.
Wajah yang tadi lesu, kini berubah memerah. Bibir yang tadi berusaha tersenyum, kini hanya mengeluarkan suara isakan.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Deg! Jantung pak Arhan berdetak.
Seketika pak Arhan langsung memeluk tubuh Farah.
Ia paham. Hati kecilnya sudah bisa menebak.
Kalau semua ini, pasti ada kaitannya dengan kejadian kemarin!
.
.
.Makaciw>~<
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar keadilan
RomanceKeadilan. Sebuah kalimat sederhana yang arti dan penerapannya tidak sesuai ada pun orang orang mengabaikannya. Sebagian lainnya hanya mampu memahaminya. Dan hanya sedikit orang yg benar-benar berjuang mengharapkan kehadirannya. Dan dunia? Keindahan...