11. Rice and Chic

4 2 0
                                    

"Gue pengen ke Korea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue pengen ke Korea."

"Korea? Korea Utara maksud lu?" Steve menatap Viens dengan tatapan jengkel.

"Heh! Tuh otak lu dipake ya, babi. Ngapain juga gue ke Korea Utara? Ngerakit rudal?" Viens mengangguk.

"Ya, menurut lu apa lagi coba kalo kesana. Gue juga pengen kesana soalnya."

"Ngapain?"

"Jadi selingkuhannya Kim Jong Un. Gue bujuk dia biar ga main rudal-rudalan. Abis itu gue racunin dia, terus gw ambil tahta dia. Gimana? Mulia kan impian gue?" Steve tertawa mendengar jawaban Viens.

"Sial! Ahahahaha!"

Mereka berdua sedang bersantai di dalam kamar. Kamar dengan nuansa penuh dengan pernak-pernik kpop. Dengan banyaknya poster tertempel di dinding. Serta lampu kelap-kelip yang dibiarkan hidup, walau mereka tahu waktu sekarang masih menunjukkan pukul 1 siang.

"Mama belom balik?" Viens menggeleng.

"Masih di rumah sakit. Jam enam baru balik, kenapa?"

"Laper, cuk. Lo gada niatan masak gitu? Dari tadi kita ngemil kacang mulu. Kenyang kaga, capek iya."

Apa yang dikatakan Steve, sepenuhnya disetujui oleh Viens. Mereka sedari pagi hanya makan kacang dan sesekali meneguk soda.

"Masuk akal. Mau masak gak?"

"Lo bisa?" Tanya Steve.

"Dih, meremehkan. Ayo beli bahannya dulu." Viens mulai membuka lemari pakaiannya. Ia mengambil kaus dan celana warna biru. Viens bersiap berganti baju.

"Woy, asuk! Jangan disini jugalah tai!" Teriakan Steve menghentikan aktivitas Viens. Ia kembali menurunkan kaus yang ia pakai.

"Emang nape si ah!"

"Lu pake nanya kenapa! Gue laki, lho! Gue bisa sange kapan aja!" Viens tak peduli dan tetap meneruskan kegiatannya. Sementara Steve mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Buruan!"

Steve membalikkan badannya perlahan sembari membuka matanya lalu mendapati Viens hanya memakai bra.

"Astaga! Ya Tuhan, lindungi aku dari iblis di dunia ini." Steve mencoba merapalkan segala doa agar Viens kembali ke jalan yang benar dan tidak ugal-ugalan.

ˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇˇ

Dapur rumah Viens sudah tak berbentuk lagi. Perkakas dapur sudah tak lagi di tempat asalnya. Serta sampah rumah tangga yang berserakan di lantai. Membuat nuansa dapur tampak suram.

Dua remaja sedang menggoreng beberapa bagian ayam. Siapa lagi jika bukan Viens dan Steve. Mereka tak histeris ketika menggoreng ayam tersebut.

Mereka mengantisipasinya dengan melakukan social distancing. Tak lupa dengan atribut kepala yang bernama helm serta sarung tangan panjang sampai siku.

BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang