10 part.2

238 17 0
                                    

Selamat datang di cerita ku ini, maaf ya kalo bosenin, jujur aku kehilangan banyak ide di kepalaku.

Sorry for typo nya and happy reading

Oh iya, TOLONG VOTE AND COMMENT NYA YA ALLAH GITU AJAH YG AKU MAUU!:v

Happy reading guys 🙌🏽

Ini masih part 10 yaaaa.....

Di kediaman keluarga Chandra dan Wendy , sepasang adik kakak tengah duduk lesehan di lantai berkarpet bulu warna hitam di depan televisi rumahnya seraya menonton animasi 'kotak kuning' (ini si adek yang menyarankan) dan ada 4 toples makanan ringan di hadapannya.

"Dek" panggil sang kakak seraya menepuk pelan bahu si adek yang tengah santai memakan roti kering nya

"Kenapa kak?"

"Besok fitting bajunya  jam berapa sih?"

"Hm... Kata mama Irina jam 8 pagi tapi kalau kata mama Wen jam 9 ajah "

"Oooo ya udah jam 9 ajah gimana?"

"Iya! Adek setuju, biar nggak kesiangan atau kepagian ya kak?"

"Betul!"

Setelahnya mereka kembali hening, Denada yang tengah melamun entah memikirkan apa sedangkan Renasya tengah anteng memakan cemilannya dan matanya fokus ke layar kaca yang menampilkan animasi 'kotak kuning' di depannya.

"Dek"

"Apa lagi?"

"Kamu nyangka nggak sih, kamu bakal nikah di usia yang terbilang masih sangat muda banget? Maksudnya tuh, kamu kaget nggak?"

"Hmmm, kalau kaget sih tentu kaget ya kak waktu mama bilang mau jodohin aku sama mas jenan"

"Kamu.....nggak papa kan..?"

Alis Renasya mengerut mendengar kakak nya berbicara, apanya yang nggak papa?

"Apanya kak yang nggak papa?" Tanya nya bingung seraya menatap sang kakak yang tengah menunjukkan ekspresi wajah yang serius. Okey ini pembicaraan serius.

Huuufffttt

"Itu... Kamu nerima semuanya dengan ikhlas kan dek? Nggak terpaksa?" Tanya sang kakak setelah menghela nafas panjang

" Enggak.."

"Serius? Kamu masih muda dek"

"Ya... Itu sih emang iya masih 17 tahun tapi kalau mama udah bilang nggak bisa nolak, adek bisa apa kak selain nurut? Adek nggak mau sebenarnya kak, tapi adek kasihan sama mama kalau nggak diturutin nanti mama sedih" ucapnya lesu. Sungguh sebenarnya ia tak ingin menikah sejak dini tapi mau bagaimana lagi? Menolak pun tak bisa...

Denada yang mendengar suara lemas dan bergetar adik nya langsung memeluk dan menenangkannya, aduuh Denada merasa bersalah menanyakan hal kaya gini. Setelah tenang Denada melepaskan pelukannya dan menangkup pipi bulat sang adik dan tersenyum lembut.

"Maaf ya dek... Gara gara kakak- gara gara kakak kamu jadi gini" ujarnya

"Kakak nggak usah minta maaf, adek nggak papa kok demi mama bahagia, kata mama juga setelah nikah nanti adek masih bisa kuliah kok, terus juga emm anu-..." Ucapannya terpotong dengan sendirinya, tanpa sadar pipi bulat nya merona, dan sang kakak yang melihat itu tergelak, lucu sekali adiknya.

" Terus apa dek?..."

"Em... Terus anu... Aduh apa itu.. enggg anuuu... Kata mama nanti jangan melakukan malam pertama dulu, mama udah rundingan sama mas jenan kalau mas jenan juga setuju nggak malam pertama dulu karena adek masih kecil" ujarnya seraya menunduk

"Mama bener dek, kamu jangan mau kalau diajak buat dedek bayi sama mas mu itu, kalau perlu tendang ajah perutnya"

Keduanya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan dirinya sendiri

" Mama kapan pulangnya ya kak , kok lama banget?" Tanya nya. Iya orang tuanya nggak tau kemana, bilangnya sebentar tapi ini udah 2 jam mereka pergi nggak pulang pulang.

"Sabar dek, bentar lagi juga sampe" bersamaan dengan itu, terdengar suara mobil dari luar yang menandakan bahwa mama dan papa nya telah pulang.

"Mama pulang..."

"Nah itu pulang mamanya" ujar sang kakak seraya menunjuk ke arah dimana ada mama dan papa nya berada

"Kenapa kak?"  Tanya Windi saat sudah berada di soffa dan mendudukkan dirinya di sebelah si bungsu yg tengah memakan kembali cemilannya

"Itu ma... Si adek nanyain terus kapan mama sama papa pulang " Renasya mendelik kearah sang kakak yang tengah memasang raut wajah yang seakan akan bilang 'loh emang bener kan?'

"Dih orang baru tanya satu kali doang kok" balasnya tak terima. Windi yang mendengar anaknya berdebat hanya memutarkan bola matanya jengah

"Udah udah dek, kakak juga jangan godain adeknya dong!" Kata mama Windi

Mereka berdua mengangguk pasrah,namun dihati dan pikiran Denada menentang keras perintah mamanya

"Gue? Berenti gangguin adek? Ohooo... Tidak bisa Ferguson!"- ucapnya dalam hati

Karena... Denada sangat suka dengan ekspresi wajah sang adik yang tengah marah soalnya menggemaskan katanya. Mata sipitnya yang menahan dikala marah, alisnya yang menukik dikala marah, pipi gembilnya yang secara langsung menggembung lucu layaknya ikan buntal dikala tengah marah bahkan merajuk, dan jangan lupakan bibir Semerah Cherry nya yang selalu ia pout kan menambah kesan menggemaskan berkali kali lipat.

TBC

Hello Mama!√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang