013

247 9 0
                                    

!!! Vote dan comment!

Awas gumoh.

Sorry for the typo

Let's go

Setelah menempuh berhari hari,Berjam jam, bermenit-menit, kini hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, hari dimana akan ada dua pasang insang yang akan mengucapkan ikrar janji suci di hadapan Tuhan dan bapak penghulu , hari di mana akan ada dua pasang muda mudi yang akan melepas masa lajangnya, dan hari dimana kedua mempelai pria wanita ini menempuh kehidupan baru, kehidupan yang sebenarnya dengan sang laki laki sebagai imam dan sang perempuan sebagai makmum.

Pagi pagi sekali di kediaman keluarga besar jenan - Jeff , tampak seorang wanita yang telah berumur namun masih terlihat sangat cantik tengah mengobrol dengan seorang laki laki paruh baya

"Anda pak Surya? Orang yang disuruh oleh Windy untuk mengambil makanan?" Tanyanya pada orang yang ada di hadapannya

"Benar, saya Surya Bu.."

"Syukurlah kau datang dengan tepat waktu- SAMUEL!!!!" Wanita itu berteriak kencang memanggil nama anaknya, yang mana teriakkan itu membuat pria paruh baya yang diketahui bernama 'surya' itu terlonjak kaget, tapi ia tak peduli, merasa yang dipanggil tak datang datang maka dia meneriakkan nama 'samuel' untuk yang ke dua kali nya.

"Nah baru muncul, kemana ajah si kamu?!, Mama panggil nggak dateng dateng"

"Ya maaf ma..., Ada apa sih?"

"Bantu pak Surya angkat kotak ini ke mobil depan!"

Setelah mendapat jawaban dari anaknya yang berupa anggukan singkat, ia pergi untuk mengurus kedua anak bujangnya yang mungkin sedang di make over oleh orang suruhannya atau mungkin sedang mandi

Dirinya melewati meja makan dan ia dibuat terkejut saat mendapati sang suami masih duduk anteng memakan sarapannya dan masih mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek belang belang, dan poin utamanya yaitu suaminya ternyata belum mandi. Tapi tetap tampan.

"Ya Allah, Mas! Kok kamu belum siap siap?!"

"Mas laper ma.., lagian masih agak lama, ini pun masih jam tujuh, santai dulu dong" jawabnya enteng. Apa apaan suaminya itu?! Minta di pukul pakai panci pink miliknya apa gimana?

"Tapi nanti jam delapan tamu udah pada Dateng mas!" Ia berjalan ke arah belakang suaminya, ia mengambil teflon pink kesayangannya dari gantungan panci, sang suami belum menyadarinya .

"Masih ada satu jam lagi ma..  tenang dulu nggak sie.."

"Cepet mandi!" Ujarnya 

"Nan-IYA IYA INI MAU MANDI!!!" Dirinya tergesa gesa berdiri dari kursinya saat menyadari istrinya tengah membawa teflon pink kesayangannya yang siap melayang kapan saja ke wajahnya.
.
.
.
.

Sedangkan di kediaman keluarga Windi - Chandra, semuanya tampak teratur dan tersusun rapi tak ada keributan sama sekali, tampak tenang sekali. Mungkin belum .

"Mas.. nanti kalau Denada sama Rena udah nikah rumah ini sepi dong?" Ujar Windi seraya menatap sang suami dengan ekspresi sedihnya.

"Ya... Mau bagaimana lagi ma? Kan yang ngide jodohin Rena kan mama sendiri-" jawabnya, tak jauh berbeda dengan raut wajah sang istri yang murung, dirinya juga merasakan hal yang sama

"Nggak papa ma.. nanti suruh salah satu dari mereka tinggal disini ajah, jangan semuanya tinggal di sana" lanjutnya seraya memeluk tubuh kecil sang istri.

"Loh...? Mama kenapa menangis?" Mereka berdua terlalut dengan kesedihan hingga tak sadar bahwa si bungsu mereka sudah ada di sana. Pertanyaan si bungsu mengejutkan mereka berdua, lantas sang mama segera menghapus air matanya, kegiatan itu tak luput dari perhatian si bungsu.

Melihat mamanya masih menghapus air matanya, di bungsu langsung menubruk kan dirinya ke tubuh sang mama dan menangis bersama membuat sang papa kelabakan.

"Loh?.. kok pada nangis? Papa apakan adek sama mamaku?!" Cerca si sulung saat dirinya baru sampai di dapur namun melihat sang adik dan mama tersayangnya menangis, tak berfikir panjang ia langsung melayangkan tuduhan kepada papa nya. Sang papa yang mendengar tuduhan itu membulatkan matanya, apa apan anak sulungnya menuduhnya yang tidak tidak?!.

"Papa nggak ngapa ngapain mereka kok!" Bantahnya seraya menenangkan sang istri dan anak yang masih menangis. Si sulung memicingkan matanya curiga ke arah sang papa, sang papa yang tahu arti tatapan itu pun memutar bola matanya malas

"Mama nggak papa sayang.. mama cuma sedih karena mau ditinggal kalian" mendengar ucapan sang mama entah kenapa membuatnya ingin menangis, dan ya. Mereka bertiga menangis bersama. Lagi.

Sang papa yang melihat drama mellow di hadapannya kini mengacak rambutnya frustasi.

"Udah dong! Nanti nggak jadi nikah gimana?! Bentar lagi tamu nya pada datang!" Ujar sang papa yang merasa jengah dengan drama yang mereka buat.

"Ya Allah.... Tabahkan hambamu ini..." Lanjutnya dengan dramatis.

Karena kasihan dengan sang suami, sang istri dengan perlahan melepaskan pelukannya dengan mereka, dan menenangkan ke dua putrinya yang masih sesenggukan.

"Sudah sudah, kakak sama adek jangan nangis lagi, kalian mandi terus siap siap, papa sama mama juga sama, mau siap siap."

"Tante kalian sudah di kamar kok tenang, selesai kalian mandi nanti Tante langsung make up in kalian" lanjutnya

.
.
.
.

Tepat pukul delapan pagi, dikediaman satria - irina sudah di penuhi oleh tamu undangan beserta keluarga besarnya. Namun yang akan mengikuti acara ijab dan qobul hanya sebagian keluarga besar saja. Pasangan irina-satria saat ini memakai batik couple yang sangat cantik nan menawan, dan jangan lupakan anak bungsu keluarga satria. Samuel. Samuel terlihat sangat tampan dan gagah saat menggunakan pakaian yang sama dengan orang tuanya

Mereka tengah menjamu beberapa tamu undangan dan bersenda gurau dengan mereka semua

"Ini nanti yang ke mempelai wanita nya semua?" Tanya rekan kerja satria

"Enggak, yang ikut ke sana cuma sebagian keluarga besar doang, kayak bapak ibu kita ajah" jawab satria

"Terus nanti yang disini sama siapa?"

"Sama budhe dan paman paman kami yang lain" jawab irina, rekan kerja satria itu menganggukkan kepalanya paham.

.
.
.
.

Sedangkan di kediaman Chandra - Windi, tampak hanya ada Chandra saja yang tengah menjamu tamu dan menyapa nya, sang istri dimana? Istrinya tengah menemani kedua anaknya di kamar yang tengah di make up.

"Yo What's up bro! Jiakh yang mau mantu" tepukan di punggungnya membuatnya tersentak kecil lalu membalikkan tubuhnya ke belakang, aah teman kuliahnya dulu sekaligus teman kerja nya ternyata.

"Yo Dimas! Apa kabar bro?!" Serunya seraya berjabat tangan dengan orang yang ia panggil Dimas tadi

"Gue baik kok, mana istri lo?" Tanya Dimas

"Istri gue lagi dikamar sama anak anak gue" jawab Chandra yang hanya dibalas dengan gumaman saja.

"Duduk dulu bro, gue mau ngecek bapak penghulunya udah sampe belum" lanjutnya seraya mempersilahkan temannya untuk duduk.

Chandra melangkahkan kakinya menuju depan rumahnya bermaksud ingin mencari tahu keberadaan bapak penghulunya.

"Pak.. sudah sampai.." sapanya

"Ah iya, maaf ya agak lama"

"Tidak apa apa, mari masuk.."
.
.
.
.

TBC

Ku potong ya..

Hello Mama!√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang