⋆ me, you and the room

3K 118 8
                                    

Jihoon memandang sebuah kotak yang ada di hadapannya dengan tatapan bingungnya. Seingatnya, kotak ini ada di salah satu dorm 1, tepatnya di kamar pemuda koala. Lalu, kenapa kotak itu beralih kembali pada dirinya?

— me, you and the room —

Hari ini jadwal member berbeda-beda, Jihoon saat ini sedang berkutat di studionya. Kembali meneliti lagu buatannya dengan serius, melupakan dering smartphone sudah berbunyi seolah memanggil Jihoon untuk membukannya.

Pada dering ke-empat, tangan Jihoon pun akhirnya tergerak untuk mengambil smartphone miliknya di sofa kecil yang ada di studionya itu. Matanya bergulir membaca sederet pesan dari pemuda manis di seberang sana yang sudah mengomel karena menunggu kehadiran dirinya.

Dengan senyum tertahan, Jihoon membalas pesan tersebut dengan cepat. Sebagai penutup, ia memberi pesan penenang untuk tidak tertidur terlebih dahulu karena ia ingin berbicara.

Karena tak ingin membuat pemuda manis itu menunggu terlalu lama, Jihoon segera membereskan barang-barangnya, menelpon sang manager untuk memberi informasi bahwa ia akan pulang sekarang. Setelah itu, ia tak lupa mematikan lampu studio sebelum keluar, tak sengaja Jihoon bertemu Asahi dan Haruto yang baru juga keluar dari studio.

“Kalian masih lama?” tanya Jihoon.

Asahi mengangguk, “Kami punya lagu baru, dan ternyata ada sedikit revisi. Sepertinya kami akan pulang larut,” jelasnya yang di angguki Haruto.

Jihoon mengangguk mengerti, ia menepuk pundak kedua adiknya itu seolah menguatkan, “Jangan lupa beristirahat ya. Aku duluan,” balasnya.











— #






Jihoon memasukkan pin dorm 1 sebelum pintu itu terbuka menandakan password yang dimasukkan itu benar. Penampakan dorm 1 saat ini cukup sepi karena Hyunsuk tidak ada di dorm, begitu juga dengan Yoshi. Hanya ada pemuda koala yang menghuni dorm 1 saat ini.

Langkah kakinya tertuju pada kamar yang paling ujung, ia mengetuk pelan pintu kamar tersebut. Takut menganggu sang pemilik yang mungkin sedang sibuk. Pandangan matanya bergulir pada area dapur dan menemukan makanan yang belum tersentuh sama sekali.

Sudah pasti itu milik Junkyu.

Jihoon kembali mengetuk pintu kamar Junkyu, namun kali ini cukup keras. Alhasil Jihoon mendapat balasan dari dalam kamar, “Masuk saja!” teriaknya.

Setelah mendapat izin, Jihoon pun membuka pintu kamar dan melangkahkan tungkainya masuk ke kamar Junkyu. Ia menaruh kotak yang sedari tadi dirinya pegang di meja, dan mendudukan bokongnya di kursi game milik Junkyu, merebahkan tubuhnya sejenak.

Tak lama kemudian, pemuda koala yang Jihoon tunggu-tunggu sudah keluar dari kamar mandi. Sepertinya pemuda itu habis mencuci wajahnya, terlihat dari rambutnya yang basah terkena air.

“Kamu ganti baju dulu sana, cuci tangan, cuci muka, baru balik kesini,” suruh Junkyu yang sekarang sedang membereskan miniaturnya ke tempat semula.

“Tadi kan kamu yang minta aku kesini,” balas Jihoon dengan alisnya terangkat satu. Matanya asik memandang Junkyu yang bolak-balik menaruh miniatur yang ada di genggaman tangannya.

Junkyu mengangguk membenarkan, “Iya emang. Baju kamu itu kan masih ada disini, pembersih muka kamu juga masih ada di kamar mandi aku, sisa sedikit sih,” jelasnya lagi.

Jihoon tersenyum mendengarnya, ia suka ketika Junkyu sudah bawel seperti ini. Tak ingin menunggu lama takut Junkyu semakin mengomel karena dirinya lambat, ia pun segera berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi Junkyu.













— #







“Jadi kenapa? Aku tadi lagi eval lagu di studio,” jelas Jihoon tanpa diminta. Ia sekarang sudah merebahkan tubuhnya di kasur nyaman Junkyu sembari memeluk Bonbon. Tubuhnya menghadap ke kanan, pandangan matanya fokus pada Junkyu yang sekarang duduk di kursi milik pemuda itu.

Pipi Junkyu mengembung sedikit, ia tidak memandang Jihoon yang sekarang sedang menatap fokus kearahnya. Junkyu lebih memilih mendongak sembari memejamkan kedua bola mata bulatnya. “Aku bingung, capek,” adunya.

Jihoon tidak membalas, sorot matanya masih fokus memandang Junkyu. Tidak berniat untuk memotong pembicaraan pemuda koala itu. Junkyu nampak menghela napas dalam-dalam, hembusan napasnya terlihat berat dan itu membuat Jihoon khawatir.

“Padahal konser sebentar lagi bakal selesai, tapi aku bingung. Selesai konser aku bingung harus ngapain, mau lanjut nulis lagu tapi aku masih belum mampu. Pasti setelah konser kita bakal sibuk prepare comeback, jujur aku capek,”

Sederet rentetan yang keluar dari mulut pemuda koala itu Jihoon dengarkan dengan seksama. Tidak berminat untuk menghakimi, ia membiarkan Junkyu meluapkan segala keresahan yang selama ini mungkin di pendam sendiri.

“Emang sih capek, tapi aku yakin itu pasti bakal terbayar nantinya. Aku cuma stress aja, kepala aku tuh kayaknya butuh istirahat. Rasanya tidur tuh udah bukan solusi terbaik, aku juga bingung gimana atasinnya,”

Lagi. Junkyu meluapkan segala keresahan yang selama ini dirinya pendam di hadapan pemuda itu, di hadapan sang pacar. Sorot matanya menatap kosong ke arah Jihoon, membiarkan bulir air mata menumpahi pipi gembilnya.

Jihoon tidak lagi berbaring di kasur nyaman milik Junkyu, pemuda itu sekarang sudah duduk, sorot matanya tetap betah memandang Junkyu. Membiarkan bulir air mata itu terus membasahi pipi Junkyu.

Tanpa berucap apapun, Jihoon merentangkan kedua tangannya memberi kode kepada Junkyu agar pemuda itu segera memeluknya sekarang. Junkyu yang melihat itu pun langsung berhambur masuk ke dalam dekapan Jihoon. Menyembunyikan wajahnya ke dalam ceruk leher Jihoon, ia mencari kenyamanan dalam pelukan itu.

Jihoon pun ikut membalas pelukan Junkyu, ia memposisikan kaki jenjang pemuda itu dengan melingkarkannya di pinggang miliknya. Tangannya pun tak kalah untuk memeluk erat pinggang ramping Junkyu.

Pada posisi ini, Jihoon bisa mencium dengan jelas wangi rambut Junkyu yang khas. Ia menaruh kepalanya di pundak Junkyu, tangannya sesekali mengelus punggung pemuda itu penuh kasih sayang.

“Ternyata aku cuma butuh kamu ya,” gumam Junkyu.

Kurva Jihoon naik mendengar celetukan Junkyu, ia juga bisa semakin merasakan pelukan pemuda itu mengerat. “Kepalanya masih berisik?” tanya Jihoon pelan.

Jihoon bisa merasakan gelengan di ceruk lehernya, ia bernapas lega ternyata dengan tindakan kecil yang dirinya lakukan bisa membuat Junkyu tenang. “Kotaknya kenapa dibalikkin?” tanyanya setelah sekian lama hening melanda.

Junkyu mengangkat kepalanya dari ceruk leher Jihoon dengan ogah-ogahan, bibirnya cemberut membuat Jihoon harus menahan tawa. “Maaf, kemarin tuh aku lagi badmood kan, terus liat kamu keluar dari gym sama Yoshi. Padahal kamu bilang ke aku mau ada urusan, kirain aku soal kerjaan taunya malah ngegym bareng Yoshi. Makanya barang dari kamu langsung aku taro di studio,” jelasnya.

Tak tahan dengan kegemasan pacarnya itu, Jihoon mengecup kedua pipi Junkyu dengan gemas. “Kamu tuh ya, pantesan aku chat balesnya baru tadi pagi. Lagi cemburu ya ternyata,”

Tidak terima dirinya disalahkan secara tak langsung, Junkyu berniat untuk menarik diri dari pelukan Jihoon namun ditahan oleh pemuda berotot itu. “Gak ada yang nyuruh kamu lepas pelukan loh,” peringat Jihoon.

“Ya kamunya stop jadi nyebelin dong,” balas Junkyu sedikit sebal, ia ingin kembali masuk ke dalam ceruk leher Jihoon tetapi sayangnya tertahan.

“Kamu selalu punya aku, jangan di pendem sendirian terus ya. Nangis lagi aja di depanku, jangan nangis sendiri lagi,”

Kalimat dari Jihoon itu pun mutlak sebagai penutup percakapan singkat mereka malam itu. Selajutnya, Jihoon merebahkan tubuhnya sehingga mereka berdua sekarang sudah tertidur sambil berpelukan.














a.n jikyu enthusiast where are you at?! iyh ini nanti isinya bakal soal jikyu/kyuhoon sesuai mood yang nulis aja. jikyu ini side ship aku selain hajeongwoo, hehe tmi.

jadi nanti jangan kaget atau bingung gitu ya kalau ga sesuai sama ship mu itu, love peace and gawl ol 🫶🏻

jangan lupa feedbacknya !! ^____________^

two of us ★ jikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang