⋆ memories

523 30 6
                                    

“Gimana kalau kalian buat dokumenter?”















— #










“WOI JENDRA! JANGAN KABUR LO!” teriak Javas ketika melihat sang tersangka berusaha kabur darinya, karena hari ini merupakan razia dan Jendra tidak memakai atribut dengan lengkap.

Javas, sebagai ketua osis itu pun tak segan-segan untuk meneriaki dan mengejar Jendra yang semakin cepat berlari. Kedua insan itu terus berlari tanpa memperdulikan keadaan sekitar yang ikut terheran dengan tingkah laku mereka berdua.

Jendra dengan kaki jenjangnya terus berlari, sesekali melirik ke belakang untuk melihat jaraknya dengan Javas. Matanya membola ketika dengan mudahnya pemuda itu menyusul, ia pun kembali menambah kecepatan larinya dan memikirkan tempat bersembunyi sementara yang aman.

Javas yang melihat Jendra berlari semakin cepat itu pun ikut menambah kecepatan larinya. Ia tidak peduli lagi dengan seragamnya yang sudah basah berkeringat akibat mengejar Jendra, tujuannya kini hanya satu yaitu mengejar pemuda itu sampai dapat.

Mereka berdua berlari sampai di gudang belakang sekolah. Jendra pun bersembunyi di antara kursi meja rusak yang di tumpuk tinggi menjulang, tubuh rampingnya itu dengan mudah masuk di antara tumpukkan tinggi tersebut. Napasnya tersengal-sengal, Javas itu gila pikirnya. Selama 14 tahun hidup, baru kali ini dirinya lari marathon, di sekolahan pula. Dan itu karena Javas, sang ketua osis yang menemukan dirinya tidak memakai atribut lengkap.

Derap langkah lain kini datang, Jendra bisa pastikan itu adalah Javas yang baru saja sampai. Sekarang ini, Jendra hanya bisa berdoa bahwa Jihoon tidak bisa menemukannya di sini. Ia tidak ingin diomeli lagi oleh ketua osis itu, telinganya menjadi pengang saking cerewetnya Javas.

“Ah anjing! Jendra lari kemana sih?! Nyusahin gua aja”

Geraman kesal Javas terdengar jelas, membuat Jendra menahan napasnya supaya tidak terdengar. Sebab, napasnya masih berisik akibat lari tadi.

Jendra masih setia menutup rapat bibir ranumnya, netranya mengintip dari kolong untuk melihat kaki Javas yang masih diam disana dan setelah itu pergi. Javas telah pergi, pikirnya.

Dengan yakin, Jendra keluar dari persembunyiannya. Akhirnya ia bisa bernapas lega, untuk saat ini. Soal nanti bisa dipikirkan belakangan. Menurutnya, yang terpenting saat ini ia bisa kabur dari amukan Javas.

“Oh disini rupanya”

Ah sial. Jendra lengah. Terlambat untuk kabur, Javas sudah mengunci pergerakan Jendra supaya tidak kabur lagi. Dengan gemas, Javas menjewer telinga Jendra sebelum menarik pemuda itu pergi dari gudang belakang sekolah.



tbc.

let me present

let me present

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




a.n hehe pendek yaa? aku sengaja gais, mau buat dua chapter atau lebih mungkin. see u next chapter ! kita ketemu dengan javas jendra lagi :D

two of us ★ jikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang