⋆ quality time

769 49 13
                                    

“JUNKYUU! Muka lu sepet banget sumpah gua liatnya miris bener,” komentar Yoshi setelah melihat kondisi sang sahabat yang baru datang.

Junkyu tidak mengubris perkataan Yoshi, ia memilih duduk tepat di seberang pemuda Jepang itu. Bibirnya mengerucut, kedua tangannya kini menumpu di atas meja.

Sebagai mahasiswa akhir, tentu hanya ada satu tujuan utama mereka untuk tetap hidup. Skripsi. Junkyu merupakan mahasiswa akhir jurusan Desain Interior di salah satu kampus swasta di Indonesia. Ia diam-diam memikirkan biaya yang kedua orang tuanya itu keluarkan untuk kuliahnya.

Junkyu hanya tidak ingin dirinya lulus tanpa nilai memuaskan, sehingga pada semester sekarang Junkyu menekan dirinya untuk lebih rajin. Dirinya tidak ingin pengeluaran fantastis untuk biaya kuliahnya akan berakhir sia-sia begitu saja. Sudah masuk swasta ternama, eh belajarnya tidak maksimal, itu sama saja Junkyu tidak tau di untung.

“Pusing banget gua, kapan lulus dah ini,” keluh Junkyu.

Yoshi terkikik mendengarnya, “Kenapa lagi? Banyak merah?” tebaknya yang di angguki oleh Junkyu. Yoshi berusaha menahan tawanya yang ingin keluar, ia juga turut prihatin dengan sobatnya itu.

“Hidup emang kadang begini kadang begitu,” balas Yoshi jenaka, tidak ingin menambah beban pikiran Junkyu.

Mereka berdua duduk di kantin kampus nyambi menunggu pesanan makanan Yoshi. Junkyu tidak ikut memesan, melainkan ia membuka smartphone untuk melihat pesan terbaru dari aplikasi hijau miliknya. Takut jika salah satu dosen mencarinya.

“Yosh, gua ke perpustakaan dulu yak,” pamit Junkyu yang dihadiahi tatapan menilai dari Yoshi. Ada apa gerangan seorang Kim Junkyu menginjakkan kakinya ke perpustakaan kampusnya itu?

Hanya Tuhan dan Junkyu yang tau.

“Nanti kalau Jihoon nyari, bilang aja lagi pergi,” lanjut Junkyu sebelum beranjak dari duduknya.

Yoshi yang mendapat pesan itu pun menganggu patuh. Memilih untuk tidak ikut campur dalam masalah keduanya, setelah ini sepertinya ia harus ke ruang Auditorium sebelum menjadi tumbal.


















— #


















Jihoon mengusak surainya frustasi. Pada di umur 21 tahun ini, baru pertama kalinya dirinya merasakan frustasi yang luar biasa. Kuliah di jurusan Akuntansi Internasional tentu membuat beban di pikirannya bertambah tiap tahunnya. Segala kemungkinan yang akan terjadi di masa depan terus Jihoon terpikirkan, mempertanyakan nasib dirinya.

Sudah terdiam cukup lama pada salah satu kursi taman, Jihoon teringat oleh seseorang. Lekas ia segera mengecek notifikasi handphonenya yang di silent sejak kelas terakhir tadi. Matanya membelalak ketika nama Junkyu berada di posisi paling atas.

Junkyu <3

| Ji
| Hari ini capek banget kenapa ya?
| Aku pusing deh, ada saran gak?
| Ji?
| Tumben gak di bales

Missed voice calls at 14.05

Sial.

Jihoon kelabakan setelah mengetahui pesan balasannya itu hanya ceklis satu. Junkyu memblokir kontaknya. Tanpa ragu, Jihoon segera bangkit dan mencari sosok pacarnya itu ke ruangan yang memungkinkan di datangi oleh Junkyu.

Mulai dari lapangan, kafe, bahkan kantin pun Jihoon tetap tidak menemukan sosok yang dirinya cari. Jika Junkyu senang bermain petak umpet bersamanya, maka Jihoon punya 1001 cara untuk menemukan Junkyu. Ia kembali mengambil handphonenya dan mengetik nama Yoshi. Tak lama balasan dari pemuda Jepang itu muncul, Lagi pergi katanya.

two of us ★ jikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang