⋆ first meet

517 36 6
                                    

Rama as jihoon.
Janu as junkyu.











— #

Jika bukan karena suruhan Yoga, Janu sangat enggan untuk menginjakkan kaki miliknya ke salah satu cafe yang terkenal untuk tempat kumpul para mahasiswa seperti dirinya. Alasan utama Yoga menyuruhnya yaitu karena mereka tidak tau harus kerja kelompok di rumah siapa, tidak ada yang mengalah alhasil Yoga menyarankan untuk di sini saja.

Punya kuasa apa Janu untuk menolak, yang ada nilai miliknya akan menjadi akibatnya jika tidak setuju. Akan tetapi, pelaku utama yang ditunggu oleh Janu belum ada tanda-tanda akan muncul. Ia berkali-kali mengecek aplikasi hijau, berharap mendapat pesan baru dari Yoga.

“Mba, saya mau pesen dong!” sahut Janu tiba-tiba kepada salah satu pelayan yang sedang membereskan meja di sebelahnya.

Pelayan itu menatap Janu dengan senyum ramah, “Bisa langsung ke kasir ya mas,” balasnya sembari menunjuk arah kasir yang di depan sana. Janu menghela napasnya, setelah itu mengucapkan terima kasih kepada pelayan tersebut.

Setelah dirasa yakin barang miliknya aman, ia pun melangkahkan kaki jenjangnya ke arah kasir, netra hitamnya meneliti menu yang tertera. Setelah itu pandangannya bersitubruk dengan kasir yang sedari tadi menunggu, “Saya pesen Ice Americano satu ya,” pinta Janu.

“Ada tambahan lain?”

Janu nampak menimang, kemudian ia menggeleng, “Nanti aja kak. Saya pesen itu aja dulu,” jelasnya yang diangguki sang kasir.

“Atas nama siapa kalau boleh tau?”

“Janu”

Kasir dengan nametag bernama Rama itu mengangguk, setelah itu menulis nama tersebut di kertas dan menaruhnya di list orderan.

Setelah selesai bertransaksi, Janu berjalan kembali ke tempat duduknya. Disana sudah ada Yoga dan yang lain baru saja datang.

“Ini pesanan Ice Americano nya ya kak”

Diskusi mereka terhenti sejenak, Janu mengangguk lalu mengucap terima kasih sebelum pelayan itu pergi. Sebelum meminumnya, netranya menangkap sesuatu yang salah. Namanya. Alisnya menyatu ketika namanya kini berubah menjadi JEBI?!

Aneh, perasaan dirinya sudah menyebutkan namanya lantang? Apakah tidak terdengar dengan jelas?

Janu langsung menoleh ke arah kasir yang tadi melayaninya, tatapan sengit itu tertuju pada sosok kasir yang kini sedang fokus melayani pembeli. Gua inget-inget ya perawakan lo!


















— #
















Setelah selesai dengan segala tugas perkuliahan, Janu tidak perlu lagi harus keluar nongkrong untuk mengerjakan tugasnya. Ia kembali menjadi mahasiswa kupu-kupu, yang enggan berinteraksi jika tidak diperlukan. Hanya secukupnya.

Janu dengan hoodie supreme abu miliknya berjalan keluar dari parkiran FIK sendiri, bersiap untuk pulang. Proporsi tubuhnya yang jenjang, berserta bahu lebarnya yang tidak dapat dirinya sembunyikan dari hoodie miliknya tentu menjadi perhatian beberapa mahasiwa. Mereka dengan terang-terangan memandang lekat Janu yang tetap berjalan cuek, dan sesekali memuji paras indahnya walaupun hanya memakai hoodie saja.

Belum sampai di parkiran, handphone miliknya berbunyi menandakan ada pesan baru. Janu segera membukanya, dahinya menyatu ketika tertulis disana bahwa Yoga ingin bertemu dengannya—di cafe waktu itu. Raut wajahnya kini berubah menjadi kesal, kembali mengingat insiden salah nama miliknya itu. Masa dirinya harus bertemu dengan kasir menyebalkan itu sih?

two of us ★ jikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang