⋆ kiss

976 56 4
                                    

cw // kiss

Malam ini, ada suatu keajaiban. Terlebih pada Jaehyuk yang merupakan penghuni baru dorm 2 itu dibuat terheran atas pemandangan yang ia dapatkan malam ini.

“Junkyu hyung? Kau kemari?” nada bingung Jaehyuk sangat kontras. Membuat Junkyu meringis malu mendengarnya, seolah pilihannya untuk datang ke dorm 2 itu kesalahan besar.

“Kau mencariku?” Jaehyuk bersuara lagi, ia masih terheran-heran dengan pemuda di hadapannya. Mereka berdua kini ada di dapur, karena tadi Junkyu datang di saat Jaehyuk sedang makan malam. Alhasil Junkyu bergabung bersama pemuda kelahiran duaribusatu itu.

“Jihoon belum pulang?”

Pertanyaan singkat Junkyu mampu membuat Jaehyuk yang sedang menyeruput ramenya itu tersedak. Ia meraih gelas air miliknya, dan segera menegaknya cepat. Pandangan matanya kini sudah fokus pada Junkyu yang menatap serius kepadanya. Ada apa ini?

“Uh-Jihoon hyung memberi pesan bahwa sebentar lagi akan pulang, dan menyuruhku untuk makan malam duluan,” jelas Jaehyuk lugas. Memberikan informasi dari sang Ketua kepada pemuda dihadapannya itu dengan rinci.

Junkyu sontak mengangguk mengerti, “Aku masuk ke kamar Jihoon dulu ya! Habiskan makananmu,” pamitnya.

Jaehyuk dibuat melongo dengan tingkah pria dengan hoodie supreme abu-abu yang sedang dipakai itu. Tidak ingin ikut campur lebih jauh, Jaehyuk kembali menyeruput ramen miliknya yang berteriak untuk dihabiskan olehnya.















— #














Pemuda dengan kemeja hitam kotak-kotak serta rambut yang sudah lusuh itu sudah masuk ke dalam dorm 2. Ketika masuk, pemuda itu menangkap Jaehyuk yang masih berkutat dengan makanan malam miliknya.

“Oh?! Jihoon hyung?” sapa Jaehyuk.

Jihoon tersenyum sebagai balasan, raganya sudah lelah untuk sekedar bertanya. “Aku masuk duluan ya,” pamitnya.

“Di kamarmu ada Jun-”

Blam!

“Kyu hyung,” potong Jaehyuk. Setelah itu ia dengan gesit membersihkan alat makan miliknya, entah kenapa batinnya mengatakan bahwa malam ini dirinya harus pindah dari dorm 2 sekarang juga. Ah, sepertinya malam ini ia akan menginap di kamar Asahi.

“Eh? Junkyu?” bingung Jihoon. Ia memandang Junkyu yang sekarang sedang fokus bermain dengan iPad miliknya yang sengaja Jihoon tinggal.

Merasa tepanggil, Junkyu yang sedang fokus main di kasur nyaman Jihoon itu mendongak, memandang eksistensi Jihoon yang baru pulang. Junkyu bergeming dalam duduknya, tampilan Jihoon kali ini walaupun berantakan tetapi menurut Junkyu cukup, ah tidak, sangat menarik. Jihoon dengan kemeja kotak-kotak yang sengaja di keluarkan dan celana trainingnya itu, serta rambut lusuh yang berantakan mampu membuat Junkyu termangu dengan sosok Jihoon.

“Junkyu sudah lama?” tanya Jihoon, kini ia bertanya sembari membersihkan dirinya. Mengambil pakaian yang sekiranya cocok untuk tidur dengan Junkyu malam ini.

Junkyu menggeleng, “Maaf gak izin dulu, aku bosan,” ungkapnya.

Jihoon terkekeh mendengarnya, “Gak perlu minta maaf gitu ah! Kamar aku itu kamar kamu juga kok,” jelasnya. “Aku mandi dulu ya,” lanjutnya sebelum masuk ke kamar mandi tanpa menunggu balasan yang terlontar dari bibir Junkyu.

Tidak sampai dengan 15 menit, Jihoon menyelesaikan ritual mandinya. Kini, ia sudah naik ke kasur empuk miliknya. Memposisikan tubuh kekarnya di samping Junkyu yang sedang memandangi gerak-geriknya tiap detik.

Jihoon kini ikut memandang teduh wajah Junkyu, “Kamu ingin menginap?”

Junkyu mengangguk antusias. Ia kemudian menaruh kepalanya tepat di pundak Jihoon. Matanya terpejam setelah merasakan elusan lembut dari pucuk kepalanya itu. “Laguku berhasil diterima,” bisik Junkyu pelan. Namun, Jihoon bisa mendengar jelas ucapan pemuda itu.

Setelahnya, ia mengecup pipi Junkyu sebagai tanda bahwa Jihoon sangat bangga saat ini. “Pantes aja aku besok disuruh dateng ke perusahaan lagi,” balasnya.

“Kenapa?” tanya Junkyu, masih dengan posisi yang sama.

“Kerja dong sayang,” balas Jihoon. “Kita nanti makan apa kalau gak kerja, hm?” lanjutnya.

Pemuda dengan hoodie supreme abu-abu miliknya terkekeh pelan mendengar penuturan Jihoon itu. Ada benarnya juga. Tetapi bukan itu jawaban yang Junkyu cari.

“Ada rapat penting besok, dan aku diminta untuk datang,” jelas Jihoon lagi. Junkyu yang mendengarnya itu mengangguk mengerti. Ah, sepertinya esok ia akan mencari kesibukan sembari menunggu Jihoon yang kerja.


















— #


















Sejujurnya, sinar matahari tidak tembus ke dalam kamar Jihoon, akan tetapi Junkyu sudah terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia mengerang pelan, melemaskan otot tubuhnya di dalam dekapan Jihoon dengan mata yang masih terpejam. Kelopak mata bulatnya terbuka perlahan, ia menoleh ke arah tirai kamar Jihoon yang setia tertutup. Setelah itu, pandangannya beralih pada pemuda di depannya.

Junkyu mengamati wajah indah Jihoon, bola mata bulatnya masih setia terpejam dan itu membuat Junkyu betah memandangi wajah Jihoon-nya itu. Posisi mereka bertahan sampai 15 menit kedepan, setelahnya Jihoon mulai terbangun dengan tangan kekarnya yang masih setia memeluk pinggang Junkyu.

Tepukan halus Junkyu mampu menyadarkan Jihoon yang masih di ambang kesadaran. Junkyu yang melihat itu pun tersenyum kecil pada Jihoon, tepukan halusnya berganti dengan elusan lembut pada pipi Jihoon. “Bangun Ji, kamu kerja hari ini,” peringat Junkyu.

Jihoon yang mendengar itu pun sudah sadar total, ia melirik tirai jendela yang setia tertutup lalu berganti memandang Junkyu dalam kegelapan. Walaupun begitu, Jihoon masih bisa melihat pemuda koala di depannya ini. “Jam berapa sekarang?” tanyanya dengan suara serak khas bangun tidurnya itu.

“Sepertinya pukul tujuh?” balas Junkyu ragu.

Jihoon mengangguk, ia semakin mengunci tubuh Junkyu di pelukannya. Bukannya bangun, Jihoon semakin malas untuk beranjak dari tidurnya. “Lima menit,” celetuk Jihoon sebelum mendengar celotehan Junkyu.

Junkyu pun mengalah, membiarkan tubuhnya di peluk.  Ia kini berhadapan dengan dada bidang Jihoon, ia menjadi tersadar sedari tadi pemuda itu tidak memakai bajunya. Tidak ingin berpikiran lebih jauh, lebih baik Junkyu terpaku pada wajah Jihoon saja. Setidaknya mengurangi debaran jantungnya yang menggila.

Asik dalam lamunannya, Junkyu tidak menyadari bahwa sekarang Jihoon sudah membuka kedua kelopak matanya, memandang dirinya lekat. Jihoon memajukan kepalanya mendekat, dan berhenti tepat di depan wajah Junkyu yang menunjukkan raut terkejutnya.

Arah pandang mata Jihoon sudah terkunci pada labium milik Junkyu yang mengundang sesuatu dalam dirinya untuk melumatnya. Jarak keduanya semakin menipis, membuat Junkyu tak sadar menahan napasnya ketika hidung mereka bersentuhan. Detik itu juga, ia pasrahkan apapun yang terjadi nanti pada Tuhan.

Labium keduanya menyatu, Jihoon tersenyum dalam ciuman mereka setelah menyadari bahwa Junkyu ikut menikmati dengan mata terpejam. Tak ingin kalah, Junkyu melumat benda kenyal tak bertulang Jihoon dengan lembut. Mengikuti hasrat dalam dirinya.

Mereka bercumbu cukup lama, seolah-olah sekarang mereka sedang berkompetisi untuk menentukan siapa yang menang dan kalah dalam permainan lidah hari ini.

Pukulan halus pada dada bidang Jihoon membuat sang empu menghentikan kegiatan mereka. Ciuman mereka sudah terlepas, akan tetapi keduanya enggan untuk menjauhkan jarak mereka. Junkyu mengais udara sebanyak yang dirinya bisa guna menormalkan napasnya yang habis akibat permainan Jihoon.

Jihoon yang melihat itu terkekeh, “Aku kerja dulu ya,” pamitnya.

Junkyu mendengus, “Kamu masih di kasur ya, nanti aja pamitnya,” balasnya.











a.n oke ga sih? first time nulis kayak gini jadi kagok sendiri. hope you guys like it, see u next chapter kkay?

anw, jangan lupa jam 4 mv MOVE bakal release. prepare yourself !!

two of us ★ jikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang