Pagi hari yang cerah, terdapat seorang remaja yang merengek dan memohon untuk pulang kerumah, padahal ia masih sakit
Gak. Pokoknya gak boleh. (Ketus abikara)
Hnn kian mohon, ibunda boleh ya Bun? (Ucap kian memohon)
Gak boleh, kan kian baru aja masuk RS semalam masa mau pulang? Kan kian juga masih sakit.. (ucap inne mengelus kepala kian)
Tapi kian bosen disini.. oiya bunda, infus nya dan juga selang oksigen nya boleh dicabut? Kian susah bergerak jadinya.. (ucap kian merengek)
Hahhh..
Helaan nafas panjang terdengar dari abikara
Mengapa sulit mengerti sih? Kau masih sakit mengapa malah meminta infusan dan selang oksigennya dicabut?! (Ucap abikara mulai kesal)
Aaa.. kian gak betah kakak.. (ucap kian merengek)
Hahh..
Titt*
Abikara menekan tombol disamping brankar kian, tak lama kemudian dokter beserta suster datang
Dokter, bisa kah selang oksigen dan infusannya dicabut? Anak ini merengek meminta semua benda itu dicabut, katanya gak betah. (Ucap abikara ketus)
Iya dokter.. kian gak suka pakai ini semua.. (ucap kian memanyunkan bibirnya)
Dokter, suster beserta keluarga kian kecuali abikara tertawa melihat tingkah kian
Boleh, suster tolong lepaskan selang oksigen nya yah (ucap dokter)
Baik dok
Suster tersebut melepaskan selang oksigen tersebut, ahhh akhirnya kian bisa bernafas dengan lega
Sudah kan? Baik sebelum itu dokter mau memeriksa keadaan kian terlebih dahulu (ucap dokter)
Skip setelah diperiksa
Baik semua nya stabil, oiya suster infusannya tolong dikurangin sedikit (ucap dokter)
Baik dok
Oke semua nya sudah, mungkin besok kian sudah diperbolehkan pulang (ucap dokter sembari tersenyum)
Lah kok besok sih.. kian maunya sekarang.. ini juga infus nya kok masih dipake? Kan kian minta dilepaskan juga (ucap kian masih memanyunkan bibirnya)
Pfft hahah! (Abikara tertawa)
Ihh kakak! Kok ketawa sih! (Kesal kian)
Hhh aduh aduh kian kian, yaiyalah gak dicabut kan kamu pulangnya besok, ya besok lah dilepas (ucap abikara)
Nah benar kata kakak nya kian, besok baru bisa dilepas yah, kalau gitu bapak dan ibuk saya permisi dulu (ucap dokter)
Iya dokter (ucap inne dan ananda serentak)
Inne manatap kian yang sedang menunduk dan memainkan selimutnya
Hm? Kian sayang? Ada apa nak? (Tanya inne)
Hm gak. (Ucap kian ketus)
Loh kok gitu jawabnya.. kian kenapa.. (ucap inne)
Gak tau ah! (Kian berbaring dan menarik selimut sampai menutupi wajahnya)
Bun, palingan dia ngambek Bun (ucap abikara berbisik pada inne)
Owalah, haha ada ada saja (inne terkekeh mendengarnya)
Biar abikara yang ngurus bunda tenang aja (ucap abikara)
Inne mengangguk paham, abikara mendekati kian dan menarik selimut kian
Kian ayok, mau ikut gak? (Ucap abikara)
Hm. Kemana. (Ketus kian)
Kakak bawa kian jalan jalan ketaman mau? (Ucap abikara)
Beneran? Ntar kakak boong lagi. (Ucap kian memalingkan wajahnya)
Dih, kagak lah! Serius ini, mau gak? Bentar kakak ambilin kursi roda dulu biar kian gak capek jalan (ucap abikara)
Tak lama kemudian abikara datang dengan membawakan kursi roda
Titt! Dah sampai! Yok kakak bantu (ucap abikara)
Abikara memapah kian ke kursi roda
Pelan pelan, oke sedikit lagi nah! Oke gas keun! (Ucap abikara)
Oiya ayah, ibunda abikara pergi bawa kian jalan jalan sebentar ketaman yah (ucap abikara lagi)
Iya hati hati dijalan nak (ucap inne)
Iya hati hati kalian, abikara jaga kian baik baik (ucap ananda dan dibalas tatapan tidak suka dari abikara)Sepertinya abikara masih membenci ku.. (ucap ananda)
Inne mengelus punggung ananda
Sabar ayah.. mungkin abikara butuh waktu untuk bisa memaafkan ayah.. (ucap inne)
Dan juga perilaku ayah terhadap kian itu sudah melebihi batas.. wajar abikara benci dan marah kan ayah tau sendiri bahwa abikara sangat menyayangi kian.. (ucap inne lagi)
Hm.. benar.. aku benar benar nyesal.. aku adalah ayah yang bodoh, hah.. emosi ku tak terkendali sampai sampai anak ku kian jadi pelampiasan nya.. (ucap ananda)
Aku harus memperbaiki ini semua.. aku tidak ingin kehilangan anak anakku lagi.. (ucap ananda lagi)
Benar.. aku akan selalu mendukungmu (ucap inne tersenyum)
Terimakasih.. (ucap ananda tersenyum tipis)
__________________________________________Ditaman
Abikara sedang mengendap endap mencoba menangkap kupu kupu yang hinggap di taman bunga tersebut
Sial! Terbang lagi. (Kesal abikara yang dari tadi tidak berhasil menangkap kupu kupu itu)
Kian tertawa melihat abikara yang kesal
Kian lihat saja akan ku dapatkan lagi kupu kupu itu! (Ucap abikara)
Dapat!
Pas dibuka ternyata abikara lagi lagi gagal, abikara mendengus kesal kupu kupu itu sepertinya sedang mengerjai abikara
Arghh sialan! (Teriak abikara)
Hahaha ayolah kakak, kau kesal? Lihat aku tidak perlu berlari lari mengejar kupu kupu, mereka datang dengan sendirinya (ucap kian menatap kupu kupu berwarna coklat yang hinggap di punggung tangan kian)
Dan kemudian datanglah 2 kupu kupu lagi berwarna putih dan juga abu abu hinggap di kepala kian dan bahu kian, abikara yang melihat kupu kupu itu menempel di tubuh kian pun kesal
Cih. Mengapa mereka menempel semua padamu?! Menyebalkan! (Ucap abikara kesal)
Lalu abikara mengamati kupu kupu yang ada ditangan kian
Tapi kupu kupu yang ada di tanganmu warna sayap nya mirip sekali dengan warna bola mata mu yang indah kian.. (ucap abikara tersenyum)
Kian terkekeh
Benar, begitu juga dengan yang ada di bahu ku ini warna sayap nya sama dengan bola matamu kakak (ucap kian tersenyum manis)
Ya mereka sangat cantik ya (ucap abikara)
Iya..
Tes. Tes. Tes
Cairan berwarna merah pekat turun dari hidung seseorang
Kian!
Ya?
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
"Menutupi Luka dengan Senyuman" (END)
Random"Senyuman itu seperti perban, Menutupi luka, Tapi sakitnya masih terasa" *Menebar senyuman dan keceriaan semata hanya ingin menutupi kesedihan yang amat dalam* Moga pada suka ya ^^