Assalamualaikum kian pulang.. (ucap tak lain dan tak bukan yaitu kian)
Hening.
Kenapa sepi sekali.. bi! Bibi! (Teriak kian)
Wa'alaikumussalam den! Iya den ada apa? Maaf den tadi bibi habis dari kamar mandi (ucap bibi inem)
Bi yang lain pada kemana bi? Kenapa sepi sekali rumah ini (tanya kian kepada bibi inem)
Oh itu den tuan, nyonya dan juga kakaknya Aden lagi pergi den (kata bibi inem)
Ohh gitu ya bi.. (ucap kian dengan nada pelan)
Lagi lagi mereka meninggalkan ku.. apakah mereka tidak mengingat bahwa hari ini adalah ulang tahun ku?.. (ucap kian dalam hati)
Bibi inem yang melihat wajah murung tuan muda nya langsung bertanya
Aden teh kenapa? Kok wajahnya murung begitu? Aden teh sedih? (Tanya Bibi inem)
Ah? Tidak bi.. kian cuman kelelahan aja, kian kekamar dulu ya bi.. (ucap kian tersenyum tipis dan berjalan menuju kamarnya)
Aden kian kenapa yah kira kira? Apa Aden kian lagi ada masalah yah? (Ucap bibi inem dalam hati)
__________________________________________Disisi kian
Kian sedang menulis sesuatu di buku diary nya itu
Kakak.. kakak tau kian kangen banget sama kakak.. kian pengen banget bisa main sama kakak, bercanda sama kakak, berkelahi sama kakak.. kakak tau sekarang kian sendirian.. ibunda, ayah, kak ridho dan Kak tammy udah gak peduliin kian lagi.. coba aja kakak ada disini mungkin semuanya gak bakal begini..
Setelah itu kian menaruh pulpen dan menutup buku diarynya menyimpannya kembali di laci meja belajarnya, kian bersandar pada kursi menutup wajahnya dengan lengannya sambil berkata
Kak.. ibunda, ayah, Kak ridho, kak tammy.. kian kangen kalian.. (ucap kian tak sadar air mata nya turun setetes demi setetes)
Rapuh kian benar benar rapuh ia membutuhkan tempat untuk bersandar, ia butuh teman untuk berbagi keluh kesahnya, ia lelah dengan semuanya jika diperbolehkan ia ingin sekali cepat cepat mati, ia benar benar tersiksa dengan ini semua ia menginginkan keluarganya kembali seperti dahulu akan tetapi itu semua mustahil, karena mereka telah terselimuti oleh rasa benci
Arghh! Astaghfirullah! (Ucap kian sambil memegang kepalanya)
Arghh ya allah sakit sekali! (Ucap kian sambil meringis lagi lagi ia harus merasakan sakit dibagian kepalanya)
Kian pun membuka lacinya mengambil obat dan meminumnya
Shh Alhamdulillah setidaknya ini bisa mengurangi sakitnya.. (ucap kian)
Kian pun berjalan menuju ranjang nya dan membaringkan tubuh nya itu, tak butuh waktu lama kian pun tertidur
__________________________________________Dibawah
Tuan, nyonya. Aden kian sudah pulang (kata bibi inem)
Terus? Urusannya dengan kami apa?. (Ketus ananda)
Tadi Aden kian nyariin tuan dan nyonya beserta Aden ridho dan juga non tammy (ucap bibi inem)
Buat apa anak sialan itu mencari kami?. (Ucap ridho)
Udah udah, bibi cepat siapkan makan siang untuk kami. (Ucap inne)
B-baik nyonya (ucap bibi inem dengan gugup)
Di kamar kian
Mata berwarna coklat itu mulai menampakkan keindahannya, terdengar suara lenguhan dari sosok remaja tampan berkulit putih bersihHmn.. jam berapa sekarang.. (ucap kian dengan suara khas bangun tidurnya itu)
Kian bangkit dari tidurnya dan melihat jam
Jam 2, apakah ayah, ibunda dan kakak sudah pulang? Sebaiknya aku mengeceknya (ucap kian sembari turun dari ranjangnya)
Disisi lain
Ayah,ibunda kian tidak diajak? (Tanya tammy)
Ananda yang mendengarnya pun memberhentikan aktivitas makan nya
Tammy. Buat apa kamu menyebut nama anak sialan itu. (Ucap ananda)
Iya tammy tau kok, tapi apa salahnya mengajak kian untuk makan bersama (ucap tammy)
Ananda pun bangkit dari tempat duduknya
Dengar ya tammy. Tidak usah kamu sebut sebut nama anak sialan itu. Gara gara dia adik kamu yaitu abikara meninggal! (Teriak ananda)
Tidak lagi kamu sebut nama anak pembawa sial itu didepan ayah kamu mengerti?! (Teriak ananda)
Tammy terdiam dan menunduk
M-maaf ayah.. (ucap tammy)
Sudah, kalian lanjutkan saja makan nya, ayah sudah tidak berselera untuk makan. (Ucap ananda dan pergi begitu saja meninggalkan inne, ridho dan tammy)
Dibalik itu semua ada remaja yang kini mengigit bibirnya ya itu adalah kian, kian mendengar semua apa yang diucapkan oleh sang ayah tadi
A-apa benar bahwa kian anak pembawa sial?.. (ucap kian dengan gemetar)
A-apa benar gara gara kian kakak abikara meninggal? (Tanyanya lagi)
Kian pun berlari tapi ia tak sengaja menyenggol vas bunga
Prangg*
Kian menatap vas bunga yang kini telah pecah dan berlari kearah kamarnya sembari membanting pintu kamar nya dan menguncinya
Inne, ridho dan tammy terkejut mendengar suara jatuh dan suara bantingan pintu, lantas hendak pergi kearah suara tadi
Suara apa itu? (Ucap ridho)
Entahlah, ibunda rasa seperti suara benda jatuh dan suara pintu? (Ucap inne)
Tammy pun berdiri dari tempat duduknya dan hendak menyusul mengecek apa yang terjadi tadi, namun dicegah oleh inne
Biarkan saja, tammy duduk lah, habiskan makanan mu. (Ucap inne)
Baiklah.. (ucap tammy)
KAMU SEDANG MEMBACA
"Menutupi Luka dengan Senyuman" (END)
Acak"Senyuman itu seperti perban, Menutupi luka, Tapi sakitnya masih terasa" *Menebar senyuman dan keceriaan semata hanya ingin menutupi kesedihan yang amat dalam* Moga pada suka ya ^^