"Meminta maaf lah kepadanya"

102 12 2
                                    

Darah!

Astagfirullah kian!

Ada apa kak? Yah.. kupu kupu nya terbang.. (ucap kian dengan raut wajah sedih)

Abikara berlutut didepan kian dan mengusap hidung kian dengan jarinya

Apa sih kak? (Tanya kian yang heran dengan kelakuan kakaknya)

Kamu mimisan dek! (Ucap abikara)

Ha?

Abikara memperlihatkan bekas darah yang berada dijari nya tadi ke kian, sontak kian terkejut

Tess..
Darah itu jatuh mengenai baju yang kian pakai

Ya Allah gak mau berhenti (ucap abikara panik)

Abikara membuka kemeja putih nya dan mengusap hidung kian

Kepala kian sakit? Atau kian ngerasa pusing gak? (Tanya abikara yang masih membersihkan darah yang mengalir dari hidung kian)

Kian hanya menggeleng

Kak..

Ya?

Kemeja kakak..

Udah gapapa

Tapi.. kan kemeja kakak putih.. sekarang jadi kotor gara gara kian.. (ucap kian menunduk)

Sthh udah gapapa kok, lagian masih bisa kakak beli lagi (ucap abikara tersenyum)

Hahh yasudah kita masuk yuk, ini juga udah mulai panas cuacanya (ucap abikara lagi)

Abikara berdiri dan mendorong kursi roda kian masuk ke RS kembali

__________________________________________

Di kamar rawat kian

Cklekk. (Suara pintu terbuka)

Abikara? Kian? Kalian udah balik? (Ucap inne)

Yang kamu pegang apa nak? (Ucap ananda)

I-ini kemeja kakak abikara ayah.. (ucap kian menunduk)

Abikara mengunci kursi roda kian

Ayo kakak bantu, pelan pelan (ucap abikara memapah kian ke brankarnya)

Abikara mengambil kemeja nya yang sedang dipegang kian

Bunda tolong ambilkan tissue Bun (ucap abikara)

Inne mengambil sekotak tissue dan menyodorkan nya ke abikara

Ini nak (ucap inne)

Buat apa tissue nya? (Tanya inne)

Ini Bun tadi kian sempat mimisan (ucap abikara yang sedang membersihkan bekas darah yang berada di hidung kian)

Astagfirullah kamu mimisan nak?! (Tanya inne)

Kian hanya mengangguk

Tapi kian gapapa kan? Kian ada ngerasa pusing? (Tanya inne)

Gak Bun.. kian cuman mimisan aja kok.. (ucap kian dengan tersenyum)

Ohh syukurlah.. yaudah kian istirahat yah.. (ucap inne)

Kian mengangguk paham

Sebelum itu kian ganti baju dulu, kan tadi baju nya kena darah kian (ucap abikara)

Tapi ki-
Belum selesai kian berbicara, abikara sudah memotong duluan

Bentar yah kakak panggilin suster dulu buat ambilin baju yang baru, nanti kakak yang bantu pasangin (ucap abikara tersenyum)

Kian hanya mengangguk pasrah

Skip

Suster, boleh saya minta baju untuk pasien yang baru lagi? (Tanya abikara)

Loh kenapa? (Tanya suster)

Itu dok tadi adik saya sempat mimisan lalu tak sengaja darahnya menetes ke baju nya  jadi boleh saya minta yang baru? (Ucap abikara)

Oh begitu ya, baik sebentar saya ambilkan (ucap suster)

Skip lagi dah biar gak kepanjangan-_-
.
.
.
.
Sesampainya di kamar rawat kian

Abikara langsung mengganti baju kotor tadi dengan yang bersih, abikara menyelimuti kian dan mengelus kepala kian

Cupp

Sebuah ciuman mendarat di kening sang adik,abikara ya abikara mencium kening kian

Tidurlah.. (ucap abikara)

Kian mengangguk, kian memejamkan matanya, abikara pun berjalan kearah ananda dan menarik tangan sang ayah

Nak kamu mau bawa kemana ayah (tanya ananda)

Diam. Ikuti saja. (Ucap abikara sesingkatnya)

Sayang kamu mau bawa kemana ayah nak (kali ini yang bertanya adalah inne)

Abikara mengabaikan inne, ia dengan kasar menarik lengan sang ayah keluar dari kamar kian

Diluar

Bugh.

Pukulan keras mendarat ke wajah ananda, ananda tidak membalas nya, ia tau sekarang anaknya sedang dikuasai amarah

Bedebah! Ayah sialan!

Kata kata itu terucap dari mulut abikara

Bugh.

Dukk.

Takk.

Dukk.

Takk.

Bugh.

Abikara memukul wajah, perut, kaki ananda

Hahh haah hahh

Tangan abikara mengepal erat, rahangnya mengeras, matanya memerah dan berair

Mengapa ayah Setega itu kepada kian! (Ucap abikara, kali ini emosi nya meledak)

Ananda hanya diam tak menyahut

Kenapa yah?! Kenapa! (Abikara menarik kerah baju ananda)

Kian itu adikku! Ayah tau sendiri kan?! Kami kembar kami kakak adik! Dan kami anak ayah! Tapi mengapa ayah berbuat yang tidak arghh! Sial! (Abikara melepas cengkeramannya dari baju ananda)

Hiks.. ayah benar benar tega.. jadi gitu kelakuan ayah semenjak aku menghilang? Begitu kelakuan ayah terhadap adikku! Aku gak habis pikir yang ayah lakuin (ucap abikara)

Air mata abikara menetes, baru pertama kali ananda melihat abikara Semarah ini seemosi ini dan sesedih ini

Abikara menjambak rambutnya

Luka luka itu.. ia menanggung semuanya, ayah tau kan kian itu lemah.. mengapa ayah sekeji itu kepada kian! (Abikara menunduk menjambak rambutnya)

Maaf..

Abikara menatap sang ayah dengan tatapan tajam

Maaf? Jika kau ingin meminta maaf, maka minta maaf lah kepada orang yang sudah kau lukai, ananda!. (Ucap abikara dingin)

Abikara meninggalkan ananda sendirian diluar, sedangkan ananda hanya berdiam diri

Maaf kan ayah abikara..

"Menutupi Luka dengan Senyuman" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang