Ugh..
Nak, Alhamdulillah kamu sudah sadar..
Hahh! Kian! A-arghh!
Jangan bangun dulu nak! Luka mu masih belum sembuh! (Ucap ananda)
T-tidak! Ibunda! Ayah dimana kian! Aku ingin bertemu dengannya (Ucap abikara)
Abikara pun hendak turun dari brankar namun di tahan oleh ananda
Hngh l-lepas! Bunda hiks abikara mau ketemu kian bunda! Ayah lepasin abikara! (Racau abikara)
Shhh tenang lah nak, adek mu sudah meninggal nak! Sadarlah! (Ucap ananda memeluk abikara)
T-tidak! Tidak mungkin, ayah bohong! Kian! Arghh lepasin! Ha ah! Hikss kian! Adikku mana ayah! (Racau abikara)
Abikara bergerak terlalu berlebihan, sehingga jarum infusnya hampir lepas, inne yang panik sekaligus menangis pun memencet tombol disamping brankar abikara
B-bunda kian dimana bunda! Hikss dimana adikku katakan!
Sayang adikmu sudah lama meninggal, kian telah meninggalkan kita semenjak kejadian itu! Apakah kamu tidak ingat?! (Ucap inne yang mencoba menyadarkan abikara)
Hah..
Flashback.
Kian bertahanlah!
Kian tersenyum dipangkuan abikara, darah dari kepala dan perut nya terus menerus mengalir
Kakak.. k-kian seneng banget punya kakak kayak kakak abikara
Bertahanlah! Hiks tolong lebih cepat pak!
Kakak..
Hiks kian diam kumohon diam lah, lihat kau terlalu banyak mengeluarkan darah! (Ucap abikara yang menangis)
Kian tersenyum, tangannya meraih wajah abikara ia hapus air mata sang kakak
K-kakak.. k-kian udah gak bisa nemenin kakak lagi.. kian udah gak bisa main bareng kakak lagi.. k-kian mohon tolong jangan benci kian jika kian pergi nanti, dan t-tolong jaga ayah ibunda dan kakak kita.. (ucap kian tersenyum)
Hiks diam bodoh aku menyayangimu! Jangan tinggalkan aku! (Ucap abikara memeluk kian dengan erat)
Sret* boom!*
Suara letusan dari ban mobil tersebut membuat mobil itu kehilangan kendali dan menabrak truk besar, kian dan abikara terlempar dari mobil
K-kakak..
H-ha ah! K-kian kau dimana!
Mata abikara mencari cari keberadaan kian dan sampai lah ia menemukan kian yang tergeletak tak jauh darinya, abikara berusaha untuk bangun akan tetapi karena benturan keras membuat kepala abikara berdarah dan seluruh tubuhnya melemas, tapi itu tidak membuat abikara menyerah, ia berusaha untuk bangkit dan menggapai sang adik
K-kakak..
Hah kian! Akhirnya!
*Bruk
Abikara tumbang begitu saja, kepala nya begitu sakit, darah terus terusan mengalir, dan lebih parah nya lagi kesadarannya mulai menipis terakhir yang ia lihat, kian tersenyum manis kearahnya dengan kondisi yang buruk, tubuh kian yang penuh dengan darah, ia pun berkata
"S-semoga kita bisa jumpa lagi kakak.. kian s-sayang k-kalian.. "
Flashback off.
K-kian..
Hiks.. bagaimana ini ayah.. anak kita abikara.. hikss (tangis inne melihat keadaan abikara)
Kian..
Abikara tidak berontak lagi, tangan nya perlahan mulai lepas dari cengkraman ananda
Jangan p-pergi..
Abikara pingsan dipelukan ananda
Tak lama kemudian pun dokter datang beserta suster, mereka memeriksa abikara
Skip setelahnya
Dok bagaimana keadaan abikara dok! (Ucap ananda)
Bapak dan ibuk mohon tenang dulu, pasien abikara diharapkan jangan banyak bergerak dulu, pasien masih saja menyebut nama kian, mungkin kepergian kian membuat luka dihati abikara, ia masih tidak terima dengan kepergian kian, saya harap bapak dan ibuk terus memantau kondisi abikara takut jika abikara melakukan hal yang tidak tidak, sementara ini ia harus dipindahkan diruang rawat inap agar kami juga bisa memantau dan mengechek keadaa abikara (jelas panjang dokter tersebut)
Ah iya dok, terimakasih dok (ucap ananda)
Iya sama sama, kalau begitu saya permisi dulu bapak dan ibuk sekalian (ucap dokter)
Ceklek*
Pintu terbuka, menampilkan seorang remaja terbaring dengan perban dikepala plester diwajah dan ditangan, dan jangan lupakan selang oksigen yang terpasang dihidungnya yang mancungK-kian..
Lagi lagi remaja itu menyebut nama adiknya yang sudah lama meninggal, kejadian mereka beberapa bulan yang lalu, setelah kejadian itu abikara dilarikan ke RS dan dinyatakan koma, hari inilah ia sudah sadarkan diri namun harus tertidur lagi dikarenakan efek obat penenang.
Tangan abikara digenggam
Abikara sayang.. ibunda tau kamu terluka karena kehilangan kian.. kamu sedih karena ditinggalkan kian namun asal kamu tau nak.. kian sayang banget sama kamu.. (ucap inne lalu mengecup dahi abikara)
Air mata abikara menetes
J-jangan pergi..
Abikara menggegam tangan inne dengan erat
Kian..
Inne yang melihat reaksi abikara lantas ia mengecup tangan abikara, tak sesekali inne menghapus air mata abikara yang sedari tadi menetes tak ada hentinya, sesedih itukah ia ketika ditinggal oleh sang adik tercinta?
Ananda mengelus punggung inne
Bersabarlah.. ia juga butuh waktu untuk menerima semuanya (ucap ananda)
Hmn.. benar..
Sudah 6 bulan sejak tragedi terjadi yang membuat abikara harus dirawat di RS, dan sudah seminggu juga abikara sudah mulai menerima kenyataan pahit bahwasannya adik yang ia sayangi itu telah meninggalkannya untuk selama lama nya, awalnya ia tidak percaya, karena ia bertemu dengan kian menghabiskan waktu bersama sama, tetapi itu semua hanyalah sebatas mimpi, kini abikara sedang duduk dikursi taman memandang foto dirinya dan juga adiknya yaitu kian
Kian.. bagaimana dirimu sekarang.. apakah kau senang disana?.. kau tau aku sangat merindukanmu.. hhh kau melanggar janji kita.. (ucap abikara mengusap foto yang terdapat foto kian dan dirinya)
TAMAT.
Gimana? Sad gak? Ini beneran udah tamat yah! Gimana kaget gak? Ternyata selama ini abikara dia........ Ytta dah, oiya gimana ini mau dibikinin season 2 ato gak? Tolong komen ygy sekalian beri vote nya yang banyak! Agar author semangat bikin cerita cerita lainnya, oke bye bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
"Menutupi Luka dengan Senyuman" (END)
Random"Senyuman itu seperti perban, Menutupi luka, Tapi sakitnya masih terasa" *Menebar senyuman dan keceriaan semata hanya ingin menutupi kesedihan yang amat dalam* Moga pada suka ya ^^