Diluar ruangan kini diperlihatkan abikara yang kini terduduk dikursi sambil menyalahkan dirinya
Abikara: Bodoh! Dasar bodoh! Aku benar benar bodoh! /terisak/ k-kenapa.. Kenapa diriku egois sekali! Dia sudah meminta maaf kepadaku kenapa aku begitu sulit memaafkannya?!! /abikara berteriak sambil memukul tembok/ ck bodoh kau benar benar bodoh abikara!
Abikara terus terusan menyalahkan dirinya bahkan ia melukai dirinya sendiri dengan melampiaskan amarahnya ke tembok
Author:btw tu tembok gak salah ape ape kok malah di tonjok cuy?
Kian: weh thor kok lu malah disini sih? Ini kapan lanjut ceritanya bego!
Author: eh tadi ngomong apa yah? /memegang sendal/
Kian:e-em g-gak gak ada kok heheh author yang baik yang cantik lanjutin yah ceritanya e-err k-kian ada urusan hehe dadah assalamualaikum! /kabur pontang panting/
Author: Wa'alaikumussalam. cih gitu aja penakut oke mari lanjut kecerita nyaAuthor:abaikan adegan gajelas tadi ye hehe oke sok atuh dilanjut yak!
Abikara terus terusan melukai dirinya dengan cara melampiaskan amarahnya ke tembok bahkan ia tak sadar kini tangannya sudah dilumuri darahnya sendiri.
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan kian, abikara yang melihat nya langsung menanyakan kondisi kian
Abikara: D-dok! B-bagaimana keadaan adek saya dok! (abikara bertanya dengan gemetar)
Dokter: kondisi nya baik baik saja dan keadaannya sekarang alhamdulillah baik, adek kamu kok bisa jatuh dari ranjangnya?Dokter itu bertanya kepada abikara, abikara terdiam, dokter itu bingung dan berkata
Dokter: yasudah kalau gak mau cerita gapapa oh ya adek nya dijaga yah dengan baik jangan sampai pasien mengalami tekanan batin dan banyak fikiran itu bisa saja menganggu pemulihannya, kalau begitu saya permisi dulu ya
Skip kini abikara telah duduk disamping kian, kini abikara sedang memandang wajah pucat pasi kembarannya itu lalu ia menggenggam tangan kian yang diinfus dan mengelus nya dengan lembut
Abikara: Maafkan aku kian.. Aku.. Hahh.. Maaf..
Abikara masih merasa bersalah karena ego nya itu kembarannya harus tertidur pulas di ranjang yang sama lagi
Abikara: Kumohon bangun lah.. Aku benar benar takut kehilanganmu, melihatmu begini itu membuatku sakit.. Hahh.. Maaf.. Aku terlalu egois maaf.. Tidak seharusnya aku begitu kepadamu.. Aku sungguh menyayangimu adik kecilku..
Abikara mengelus kepala kian dan mengecup dahinya, abikara tersenyum dan berkata
Abikara: Semoga cepat sembuh adik kecilku.. Jangan lama lama tidurnya.. Aku akan menunggumu...
Inne hendak masuk kedalam ruangan kian dengan membawakan pakaian dan kebutuhan untuk kian nanti, saat masuk inne dikejutkan oleh pemandangan yang manis yaitu abikara yang duduk tertidur sambil memegang tangan kian, dan kian yang masih tertidur pulas, inne yang melihat itu tersenyum dan tidak ingin melupakan moment termanis inne mengambil hp dan memotret mereka yang sedang tertidur pulas. Inne melihat foto itu dan berkata:
Inne(ibunda): /terkekeh/ Hh anak anakku yang tampan dan manis bahkan saat tertidur mereka terlihat lucu sekali hhh benar benar menggemaskan (girang inne)
Karena suara inne yang sedikit keras dan membuat abikara terganggu dan terbangun dari tidurnya
Abikara: /mengucek matanya dan menoleh kearah inne sang ibunda/ hm? Ibunda? Sejak kapan ibunda disini? (tanya abikara dengan suara khas bangun tidurnya)
Inne(ibunda): /tersenyum/ dari kamu tidur berdua dengan adik kamu itu kalian benar benar menggemaskan saat tidur berdua (goda sang ibunda kepada anaknya)
Abikara: /memalingkan wajahnya/ u-ugh.. Bunda jangan berkata seperti itu.
Inne(ibunda): hoh? Apakah anakku yang tampan dingin cuek ke semua orang ini kini sedang menahan salting hm?~ (goda sang ibunda lagi)
Abikara: c-cih l-lupakan huh.Kini terdengar suara erangan seorang remaja tampan memiliki pipi chubby yaitu kian, remaja itu kini terbangun karena keributan yang mengusik dirinya
Kian: U-ughh.. (kian membuka matanya dan mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya lampu)
Abikara yang mendengar suara kian lantas langsung menoleh
Abikara: k-kian?! Apakah kau baik baik saja! Ada yang sakit?! Katakan kepadaku!
Kian yang terkejut dengan pertanyaan kakak nya itu hanya terdiam, inne yang merasa heran dengan anaknya pun menanyakannya
Inne(ibunda): kian sayang? Kamu gapapa kan nak? Ada yang luka atau sakit? (sambil mengelus kepala kian)
Kian hanya menggelengkan kepalanya,abikara lantas bersuara
Abikara: maaf.. Maafkan aku.. Karena diriku kau jadi seperti ini.. Maaf (abikara meminta maaf sambil menundukkan kepalanya)
Abikara bersuara lagi
Abikara: seharusnya aku tidak egois.. Aku adalah kakak yang bodoh tidak becus menjaga adik nya sendiri..
Kian yang melihat kakaknya meminta maaf kepadanya pun tersenyum dan berkata:
Kian: Kakak.. Aku memaafkan mu.. Ya aku juga meminta maaf kepadamu karena masalah kecil tadi.. Maaf yah.. (kian memegang tangan abikara)
Abikara pun mendesis, kian pun terheran heran ada apa dengan kakaknya, kian pun merasa tangan nya seperti basah dan sedikit lengket, kian melepas tangannya dan melihat kearah tangannya.
Kian: D-darah? A-apa ini?
Kian pun menoleh ke arah abikara dan melihat tangan abikara, kian dibuat terkejut dia tidak sadar tangan kakaknya terluka, inne yang melihatnya juga dibuat terkejut akan tangan abikara yang terluka dan darah yang banyak di kedua tangannya
Inne(ibunda): Abikara! Tangan mu kenapa nak?! Apa yang terjadi!
Abikara hanya terdiam dan menunduk memerhatikan tangannya yang kini mengalir darah
Kian: kakak kau kenapa.. Kenapa tangan mu bisa berdarah begini.. (tanya kian panik)
Abikara mulai menjawab
Abikara: Hm tidak apa apa tadi aku hanya terjatuh jadinya tergores.. (bohong abikara kepada inne dan kian)
Kian: mana mungkin karena terjatuh jadi begini kak! Kakak yang jujur jawab ini kenapa kalau kakak gak mau jawab jujur. Kian selamanya benci kakak!
Abikara terdiam bingung ingin berkata jujur atau tidak, kalau tidak jujur abikara juga tidak ingin kian dan ibundanya khawatir dengannya, akhirnya abikara memilih jujur dan berkata
Abikara: hmn.. Aku memukul tembok tadi.. Maaf /menunduk/ aku melampiaskan amarah ku ketembok.. A-aku.. Aku benar benar kesal dengan diriku sendiri karena tidak becus menjaga adik ku sendiri.. Maafkan aku kian.. Dan ibunda maaf kan aku..
Kian dan inne menghela nafas berat
Kian: Kakak kau tidak perlu menyalahkan dirimu.. Jangan seperti ini kak aku tidak suka melihat kakak terluka seperti ini.. Aku sudah memaafkan mu dan mulai dari hari ini kau harus berjanji kepadaku apapun masalah kita atau kau sedang ada masalah kau harus berjanji untuk tidk melukai dirimu. Ayo berjanji. (kian memberi jari kelingkingnya kepada abikara)
Abikara: huft.. Baiklah aku berjanji (abikara menautkan jari kelingking nya pada jari kelingking kian)
Inne tersenyum melihat kedua anaknya yang akur dan saling menjaga satu sama lain
Kian: nah gitu! Harus janji kalau kakak melanggarnya aku akan marah kepadamu hmph!! (kian menggembungkan pipinya tanda ia marah dan bibirnya ia kerucutkan) itu menambah kesan manis dan lucunya.
Abikara yang tak tahan melihat tingkah lucu kembarannya itu lantas mencubit pipi chubbynya
Kian: Huh! Kwakak! Swakitt!!
Abikara: /terkekeh/ salah kan dirimu kenapa kau begitu menggemaskan yakan bu? (tanya abikara)
Inne(ibunda): /tersenyum/ kalian berdua menggemaskan kok!Inne berkata dalam hati( ibunda berharap kalian berdua tetap akur dan saling menjaga satu sama lain.. Tetaplah seperti ini..)
Oke sampai jumpa di chapter selanjutnya yaww:3
KAMU SEDANG MEMBACA
"Menutupi Luka dengan Senyuman" (END)
Diversos"Senyuman itu seperti perban, Menutupi luka, Tapi sakitnya masih terasa" *Menebar senyuman dan keceriaan semata hanya ingin menutupi kesedihan yang amat dalam* Moga pada suka ya ^^