44♡

9K 840 113
                                    

Hayowww kembali lagi kitaaaa... Btw happy ied adha semuanya, maaf telat ngucapin hehee...

Btw, saya udah bkin GC khusus MDIY, yang mau gabung silahkan. Link di bio Instagram saya ya. IG : anisalstari

Cus di baca jangan lupa pencet bintangnya yaaa

***

Siang hari, Alin dan Alif pulang dari kediaman keluarga Azhar. Mereka langsung menuju mansion untuk persiapan berangkat ke luar kota esok hari.

Kini pasangan muda itu sudah berada di kamar mereka. Alif tengah mempersiapkan koper yang akan dibawa. Sedangkan Alin tidak dibiarkan menyentuh koper mereka. Bumil tidak boleh kecapekan, itu kata yang selalu Alif ucapkan ketika Alin hendak menyentuh barang bawaan mereka untuk besok.

"Kak Alif biarin aku bantuin kakak packing," pinta Alin. Alif menggelengkan kepalanya.

"Udah dibilangin berapa kali, hm? Bumil ga boleh kecapekan. Lagi pula dikit lagi selesai kok," ujar Alif memberi pengertian.

"Dari tadi aku cuma diem aja, ga ngapa-ngapain. Aku bosen kak Alif," rengek Alin. Alif tersenyum simpul. Ia menutup koper terakhir yang ia persiapkan lalu menyimpannya di samping sofa kamar.

Alif menghampiri Alin yang sedang cemberut. Bibirnya maju dengan pipinya yang gembul membuat Alif gemas saja. Alif yang sedang mode usil pun tak bisa menahan kegemasannya pada istri cantiknya itu. Ia mencubit pelan kedua pipi Alin.

"Mau jalan-jalan ke taman belakang?" tawar Alif. Alin mendongak menatap wajah tampan suaminya. Ia mengetuk-ngetuk dagunya setelah itu mengangguk.

"Boleh deh, aku udah jarang kesana," ujar Alin. Alif mengangguk, ia memposisikan tangannya di belakang bahu serta lutut Alin. Dengan mudahnya Alif menggendong Alin. Tentu saja Alin sudah terbiasa dengan perilaku Alif yang serba dadakan pun hanya bisa menghela nafas panjang.

"Kak Alif kebiasaan suka tiba-tiba gendong," ketus Alin. Alif malah tertawa melihat raut masam istrinya.

"Afwan habibahnya Alif, istri cantiknya Alif," balas Alif. Meskipun singkat, tapi panggilan dari Alif membuat pipi Alin bersemu kemerahan. Alin pun menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alif. Meskipun begitu tetap saja Alif tahu jika Alin sedang salting brutal.

Alif menuruni tangga, tampak Bik Jumi yang sedang membersihkan meja makan. Mendengar langkah kaki Alif, Bik Jumi menoleh kearah tuan dan nyonya muda itu.

"Eh ada Tuan Muda sama non Alin, mau kemana tuan, non?" tanya Bik Jumi. Alif tersenyum tipis setipis tisu dibagi empat.

"Kepo," jawab Alif. Mendengar jawaban Alif, bik Jumi yang awalnya tersenyum simpul malah menatap tuannya dengan tatapan datar. Mau marahpun tak akan bisa, jika hal itu ia lakukan maka bagaimana nasibnya nanti.

"Ish kak Alif yang bener jawabnya," omel Alin sembari mencubit pipi kiri Alif.

"Afwan habibahnya Alif," balas Alif dengan nada manja.

"Lain kali jangan gitu. Jawab yang bener!" peringat Alin. Alif mengerucutkan bibirnya lucu lantas ia mengangguk. Bik Jumi melihat tuannya yang sedang di omeli oleh Alin pun hanya bisa mengulum senyumnya. Lucu sekali Tuan Muda Alif jika sedang diomeli.

"Maaf ya Bik, kita mau ke taman belakang. Mau refreshing hehe," ujar Alin.

"Oh iya non silahkan, nanti kalo butuh apa-apa panggil Bik Jumi aja ya. Pasti nanti Bik Jumi langsung gerak cepat bikinin yang non mau," ujar Bik Jumi dengan semangat menggelora.

"Hahaha iya Bik, nanti saya panggil bik Jumi kalo butuh sesuatu," ujar Alin sembarj tersenyum manis.

"Yaudah Tuan sama non Alin, saya mau lanjut beres-beres lagi. Masih banyak yang harus dikerjain," pamit Bik Jumi. Baik Alin maupun Alif mengangguk untuk mempersilahkan Bik Jumi melanjutkan kegiatannya.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang