09♡

19.1K 1.5K 22
                                    

Yok bacaa...

Didepanmu, aku bersikap layaknya kita tak saling kenal, akan tetapi ketahuilah bahwa aku selalu menceritakan tentangmu pada Tuhanku di sepertiga malamku.

(Alif Muhammad Naufal Azhar)

***

Hari demi hari berlalu, tak terasa seminggu lagi Alin harus melepas masa gadisnya. Hari ini ia masih masuk sekolah. Teman-temannya belum ada yang tahu perihal pernikahannya. Niat hati hari ini Alin akan memberi tahu mereka.

Jam istirahat baru saja dimulai. Alin, Amil, Amel, dan Dinda nampak bergurau di meja paling pojok.

"Eh guys, gue mau ngasih tahu sesuatu," celetuk Alin. Kini pusat perhatian Amel, Amil, dan Dinda tertuju pada Alin.

"Mau ngasih tau apaan lin?" tanya Amil.

"Em... Hari Jum'at ke rumah gue ya?" pinta Alin. Teman-temannya mengerutkan keningnya masing-masing.

"Kenawhy?" tanya Dinda.

"Em temenin malem terakhir-" ucapan Alin terpotong oleh pekikan Amil.

"HAH!? LO MAU NGAPAIN OGEB SEGALA BILANG MALEM TERAKHIR." Seketika kantin yang tadinya riuh mendadak hening. Alin memberi isyarat kepada Amil untuk diam dengan melototkan matanya.

Alin sudah kepalang malu begitu pula dengan Amel dan Dinda.

"Eh maaf-maaf yaa... bukan apa-apa kok. Silahkan dilanjut makannya ya semua..." lerai Amel.

"Gue belum selesai ngomong ogeb. Dengerin dulu napa!" omel Alin dengan nada tegasnya. Amil seketika cengengesan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sorry lah, gue kan kaget."

"Lu mah," desis Alin.

Ia meminta maaf pada pengunjung kantin. Lalu tiba-tiba Alin menarik ketiga sahabatnya untuk pergi ke taman belakang sekolah yang lumayan sepi. Untung saja makanan mereka sudah habis dan sudah membayar jadi mereka langsung pergi begitu saja.

Alin mendudukan diri di bangku yang memang disediakan disana. Diikuti oleh teman-temannya.

"Disini aja deh aman. Huh... Jangan potong omongan gue lagi!" peringat Alin sekali lagi. Para sahabatnya hanya mengangguk sedangkan Amil, dia menampilkan cengir kudanya.

"Awas loh,"

"Ck, iya iya apaan!? Gue keburu penasaran nih," decak Dinda dengan tidak sabaran.

"Huh... Gue mau kalian hari Jum'at malem dateng ke rumah gue buat nemenin malem terakhir gue sebelum hari Sabtu gue resmi jadi istri orang," pinta Alin.

"HAH!?"

Teman-teman Alin tentu syok dengan permintaan Alin. Mereka menatap Alin tak percaya.

"Lo mau married Lin? Sama siapa?" Pertanyaan beruntun dari Amel mewakili Dinda dan Amil yang masih syok.

"Sama pak CEO," jawab Alin singkat.

"SERIOUSLY?" tanya Amil.

Alin mengangguk.

"Udah gue duga lo bakal nikah sama pak CEO lo itu," timpal Dinda. Alin memutar bola matanya malas.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang