02♡

25.7K 1.8K 26
                                    

Yuk bisa yuk vote komen jangan lupaa!!!

***

'Kringggg... Kringggg....'

Bel pulang sekolah berbunyi. Pintu-pintu kelas mulai dibuka. "Baik anak-anak tugas minggu depan jangan lupa dikerjakan, saya akhiri wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh." Bu Nia, guru matematika senior melangkahkan kakinya keluar dari kelas 12 BDP 1, kelas Alin.


Akhirnya pelajaran paling sulit, matematika selesai sudah. Bagi mereka matematika adalah mata pelajaran yang paling sulit diantara mata pelajaran lain. Tapi tidak bagi Alin, ia sering mewakili sekolahnya untuk olimpiade, sebelum masuk SMK. Bahkan tak jarang ia mendapatkan juara pada olimpiade yang ia ikuti.

"Eh Din, gue boleh nebeng ga? Gue ga bawa mobil tadi." Dinda melirik ke arah Alin. Tampang Alin yang begitu polos dipadukan ekspresi memohon membuatnya menahan tawa. Ia menutup mulutnya menggunakan tangan. Alin yang melihat itu mengerutkan keningnya.

"Kenawhy lo?"

"Ekspresi lo maemunah bikin gue ngakak. Coba lo ulangi lagi, please gue rasanya pengen nabok HAHAHA..."

Alin menatap datar ke arah Dinda. Sungguh kawan lucknutnya ini sangat dianjurkan untuk dibuang ke jurang.

"Gue becanda ogeb. Yaudah yok bareng gue naik si modi, motor gue." (Modi = motor matic Dinda). Agak nyentrik ya namanya.

"Hm." Alin berdehem pelan. Lalu memasukkan buku-buku yang berserakan di meja ke dalam tasnya.

"ALIIIIN... DINDAAA... Hallo my bestie ngopi kuy." Suara nyaring terdengar hingga ada teman Alin yang menutup telinganya karena suaranya sama seperti Alin.

"Astaghfirullah Mil, suara lo udah kayak suara Alin aja." Dinda mengelus dadanya sabar.

"Sadar diri ogeb suara lo kadang-kadang bikin orang jantungan." Sarkas Amilia Meisya Nindiatama, Sahabat Alin. Mereka berbeda kelas namun masih satu jurusan.

"Elu ye, contoh nih bestie gue, alias kembaran lo. Amelia Neisyila Nindiatama. Keep kalem, ya ga bestie." Dinda merangkul pundak Amel. Amel hanya diam dan tersenyum tipis.

"Banding-bandingin orang mulu kerjaan lo. Udah ah ayo aja kalo jadi kita ngopi-ngopi." Alin memainkan kukunya yang tak pernah terpoles kutek namun selalu bersih.

"Iya nih, jadi ga?" timpal Amil.

"Ya." Amel bersuara. Memang ia tak suka bertele-tele. Langsung to the point aja.

"Yaudah yok gas!" seru Dinda.

Tapi tunggu Alin merasa melupakan sesuatu. Tapi apa?

Ia berusaha mengingat. Matanya melotot lalu menepuk dahinya denga keras.

"EH, ASTAGHFIRULLAH GUE LUPA KALO GUE HARUS NEMENIN SI REYHAN LATIHAN BASKET." Alin berteriak tepat di kuping kiri Dinda. Hingga si empu terkejut dengan suara toa Alin. Amil dan Amel saling pandang, lalu menampilkan senyum menggoda.

"HEH JULEHAH ANAKNYA PAK DAVID KALO NGOMONG JANGAN PAS KE KUPING GUE DONG, ASTAGHFIRULLAH PUNYA TEMEN SUARANYA MELEBIHI TOA MASJID." Alin mendelik tajam. Pikirannya tertuju pada Reyhan. Dimanakah cowok itu?

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang