13.

3.7K 770 35
                                    




Karena kejadian itu, Liam di panggil ke ruang kepala sekolah untuk di tindak lanjuti. Orang tua Ava juga tak memberi respon lebih terhadap apa yang terjadi pada putri mereka.

Mereka juga tak menuntut Liam ini itu. Liam hanya di suruh minta maaf dan tak lebih. Ava tak terima akan hal itu, namun dia terpaksa bungkam karena posisinya sama sekali tak bisa membantah.

Awalnya Liam heran, tetapi memilih acuh. Asalkan dia aman, maka semuanya beres. Tetapi, kepala sekolah tetap menetapkan hukumannya. Dia di skors selama satu minggu.

"Aneh sekali," gumamnya memegang dagu berpikir.

"Kau yang anak anak haram. Kau membuat keluarga kami malu!" sentak Eljiah.

"Memalukan," timpal Oliver yang turut kesal. Dia harus menerima malu karena tingkah yang di lakukan oleh Liam

Dalam hati Liam bertanya, ada apa dengan dua pemuda labil itu. Padahal di sekolah, tak ada yang tau jika dirinya sebagian Christopher. Pertemuan tadi pun tak ada yang hadir karena dia mengatakan jika kedua orang tuanya sudah meninggal.

Memilih acuh, Liam mengingat-ngingat tentang Ava. Dia berpikir serius tentang gadis itu, dan yah.. Dia berhasil ingat.

Ava Naomi gadis antagonis yang tidak di sukai seluruh keluarganya. Marga Ava sendiri adalah, Paisley. Gadis itu sudah tak menyandang marga keluarganya sejak awal cerita tersebut.

Di katakan jika Ava adalah gadis yang egois bersikap dan tak kenal kata puas. Ava juga memiliki tempramen yag buruk dan semena mena.

Sikap itulah yang membuat Ava tak di sukai bahkan tak di anggap. Kepala keluarga Paisley pun membuang Marga Ava karena merasa malu. Meski begitu, gadis tersebut tak pernah di usir dari kediaman karena mereka tak mungkin membiarkan keturunan Paisley berada di luar jangkauan

Mereka takut, Ava akan terus membuat nama keluarga mereka tercemar.

Sikap Ava pun tak pernah berubah. Malah semakin mrnjadi jadi ketika apa yang dia inginkan sama sekali tak bisa dia dapat.

Seperti halnya dia yang menginginkan Oliver, Ava selalu membully Shopia di manapun gadis itu berada. Karena Ava merasa kehadiran Shopia sangat berbahaya baginya.

Plak!

"Kau dengar tidak bangsat," marah Eljiah memukul kepala Liam dengan keras.

Laim yang tersadar langsung menoleh ke samping dimana Eljiah menatap dirinya tajam penuh emosi, dia menghela nafas. "Saya tidak gila untuk menanggapi gonggongan anjing tuan muda."

"Jadi yang kau maksud kita berdua anjing!?" geram Oliver tak terima ketika sadar akan makna dari ucapan Liam.

Liam tersenyum manis, "Wah, tuan muda begitu hebat dalam memahami makna ucapan saya."

"Ka- uhuk!"

Eljiah yang duduk di samping Liam berniat menghajarnya. Namun Liam dengan gesit mencekik Eljiah hingga pemuda itu kesusahan.

"Eljiah!"

Liam memberi gestur diam dengan telunjuk di bibirnya, "Sedikit saja anda bergerak, maka katakan selamat tinggal pada kakak anda," ujar Liam rendah.

"Ugh!"

Oliver berhenti bergerak, dia menelah ludah gugup mendengar kata Liam. Sungguh, tak terpikirkan olehnya jika adik tirinya itu semenakutkan ini.

Di sisi Eljiah, dia yang kesusahan bernafas pun tak sadarkan diri, dia tersenyum remeh. "Jangan berbicara. Tenang saja, dia hanya tak sadarkan diri."

"Katakan pada kakak anda untuk tidak mengusik saya tuan muda. Atau dengan tangan inilah saya akan mengantarkan anda sekalian menghilang dari dunia," ancam Liam santai.

Oliver, dan Sopir yang sejak tadi menyetir pun bergidik ngeri.

Ya, di dalam mobil itu hanya berempat.

Oliver duduk di depan bersama sang sopir, lalu Eljiah duduk bersama Liam di belakang.

"Tutup mulut anda sekalian dengan rapat. Jika seseorang tau, maka bersiap kalian tak akan lagi bisa menggunakan mulut."

Ancaman demi ancaman Liam katakan pada mereka. Di seperpanjang jalan, terjadi keheningan yang melanda. Tubuh Oliver bergetar hebat. Dia bahkan tak tau, apakah ancaman itu benar-benar akan di lakukan.

***

Setelah makan malam usai, semuanya kembali ke kegiatan masing-masing.

Oliver dan Eljiah tak mengatakan apapun tentang yang terjadi tadi siang. Jika Oliver takut akan ancaman Liam, berbeda dengan Eljiah yang merasa trauma karena sudah mengalami kejadian dimana nyawanya di ambang batas.

Eljiah memegang lehernya yang tadi siang dicekik. Perasaan sesak karena tak bisa bernafas pun masing terngiang-ngiang. Seluruh tubuhnya bergetar takut.

El bahkan memilih bungkam dan menjauh dari Liam. Kenapa dia tak mengadu pada keluarganya? Entahlah, Eljiah mengikuti firasatnya.

El lebih banyak diam hari ini, bahkan dia yang biasa selalu menghina Liam kini bingkam. Anak itu tak berbicara satu kata pun.

Oliver mengerti jika kakak keduanya itu pasti merasa takut. Dia memilih tak bertanya lebih lanjut. Karena dia sendiri pun juga takut. Entah bagaimana, adik tirinya menjadi semenakutkan itu.

Sedangkan James acuh. Pria itu lebih kesal karena papanya akhir akhir ini pulang malam dan tak pernah ikut makan malam.

Moodnya selalu buruk memikirkan jika papanya itu sedang memadu kasih bersama seorang wanita. Dia bahkan tak memikirkan wajah pucat kedua adiknya yang di landa ketakutan.

Lain halnya Liam yang merasa tentram karena tak ada yang mengganggunya. Kalau seperti ini, kenapa tak dari dulu dia mencekik salah satu keturunan Christoper, pikirnya.

"Melamun?" ujar seseorang yang ternyata Levi.

Liam memutar mata malas, "Terima kasih pada seseorang yang sudah membuat saya sadar," ujar Liam menyindir.

Dia yang sedang menikmati waktu santainya di depan TV di buat geram karena kedatangan teman teman Oliver. Lagi pula, apa orang orang di depannya itu tak tau kapan waktu bertamu? Ini sudah malam.

"Langsung ke kamar gw!" teriak Oliver dari atas. Teman teman Oliver pun heran dengan temannya itu.

Tak biasanya Oliver berteriak dan bahkan menyuruh mereka langsung ke kamar miliknya. Biasanya, Oliver paling anti membawa teman-temannya ke dalam kamar.

Memilih tak peduli, mereka berjalan ke atas menuju dimana kamar Oliver berada.

"Lain kali, biarkan aku merasakan darah yang sangat kau suka itu," bisik Levi dan langsung pergi menyusul ketiga temannya.

Deg!















Tbc.


About Azure. [ Pindah ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang