12.

3.8K 818 95
                                    






Liam saat ini tengah menulis sesuatu di meja belajarnya. Tentang nasib William asli yang seharusnya sudah mati karena bunuh diri.  Di jelaskan bahwa sikap keluarga Christopher sangatlah tak peduli tentang keadaan William.

Memang, Christopher sama sekali tak bermain tangan pada Liam. Namun mereka menggunakan tangan orang lain sebagai gantinya. Mereka berpikir, tak perlu melalukan hal yang tak berguna untuk kotoran seperti Liam.

Christopher hanya menggunakan mulut mereka untuk mencaci dan menghina Liam hingga anak itu terkena tekanan mental dan bunuh diri. Bukannya merasa iba, mereka semua malah menertawakan tingkah konyol Liam yang bunuh diri.

Di sekolah pun Liam selalu di bully, dimanapun dia berada.. Liam akan selalu mendapatkan cacian dan pukulan dari siswa lainnya.

Mereka dengan senang hati membully William atas suruhan Oliver. Oliver selalu ada di tempat dimana Liam di bully dan tak berniat menolong, justru dia senang.

Bahkan di titik terakhir sebelum Liam binuh diri, Oliver ada. Bukannya mencoba menghentikan, Oliver malah menantang Liam untuk segera melompat dari atas gedung sekolahnya.

Oliver buta akan rasa peduli, dia seakan kehilangan hati nurani ketika mamanya pergi di sebabkan oleh William.






Memikirkan nasib William, dia berdecak. Apalagi, dirinyalah yang menjadi karakter selingan seperti William. Kisah tragis yang menimpa Liam pun tak mendapatkan respon arti dari pembaca.

Termasuk dirinya.

Karena menurutnya, karakter seperti William ini memang ada hanya untuk pemanis cerita. Namun, sekarang sudah berbeda. William adalah dirinya, dia harus ekstra menjaga dirinya dan mentalnya entah apapun yang terjadi.

Beruntung Azure masuk kedalam tubuh William di bagian prolog perkenalan. Jadi, ia bisa mentolerir apa yang akan terjadi pada Liam di bab pertama.

"Ck, memikirkannya saja membuat kepalaku pusing!' gerutu nya. Dia menggigit jari kelingkingnya hingga beradarah. Tak lupa, ia akan menghisap habis hingga tak ada lagi darah yang keluar.

"Kenapa aku harus jadi William!" ia pusing memikirkan teori teori bagaimana bisa dia menempati tubuh Liam. Dan kemana perginya jiwa William yang asli.

Apa anak itu sudah mati?

"Huh, sikap keluarga ini pun membuatku muak! Haruskah aku mulai memberontak?" ujarnya pada diri sendiri.

Padahal, ini merupakan perubahan yang melenceng jauh dari alur cerita. Tidak di ceritakan jika Noah dan James menerima dengan tangan lebar.

Pasti ada sesuatu yang tak ia ketahui. Tentang efek butterfly dan plot twist saat dia memasuki jalan cerita ini.

"Aku merindukan Jon." ia memijat pangkal hidungnya. Dia benar benar merindukan kehidupannya yang dulu.

"Ingin sekali aku memerintahkan dia untuk membunuh saja keluarga ini!" ujarnya menggebu gebu. Liam mengepalkan tangannya ke atas.

"Tapi, keluarga ini masih berguna untuk kehidupanku yang sekarang."

Dengan penuh pertimbangan, dia memikirkan segala hal dengan teliti. Liam memastikan segala sesuatu yang dapat menguntungkannya.

Dia juga berpikir, jika dia harus mulai berontak. Sudah cukup dia menahan diri. Liam muak saat melihat tatapan rendah yang di layangkan oleh pelayan padanya. Padahal posisi mereka sebagai pekerja, beraninya mereka memperlakukan anak majikan mereka layaknya gelandangan.

Lihat apa yang akan di lakukan oleh Liam.

Dirinya tak tau, jika semua pelayan yang mencemoohnya sudah habis tak tersisa. James menyiapkan algojo untuk mereka semua. Selama 3 jam, mereka semua di cambuk dengan cambukan bergerigi tajam.

Mereka melewati penyiksaan hingga akhir hayat mereka. Para pekerja lain pun melihat dengan seksama, bagaimana tubuh rekan kerja mereka hancur perlahan-lahan.

Mereka menanamkan dalam hati mereka, untuk tidak bermain-main dengan keturunan Christopher.




***




Liam bersekolah dengan tenang. Dia duduk di mejanya yang sudah kotor coretan yang tak bermutu. Ia fokus pada guru yang menjelaskan di depan, mengabaikan tatapan cemooh dari yang lain.

Liam sudah tau akan terjadi seperti ini, apalagi kemarin Oliver terang terangan mengatakan dia anak haram. Pastinya, dia akan menjadi bukan bulanan anak nakal.

"Baik anak-anak. Sampai disini pembelajaran ibu. Pastikan untuk mengumpulkan tugas minggu depan," ujar guru di depan menyelesaikan pelajaran karena bel sudah berbunyi.

Kemudian beliau keluar yang di ikuti oleh para murid yang kelaparan.

Liam membereskan buku bukunya. Dia menjadi anak penurut di sekolah, karena ini merupakan impiannya. Hidup normal sebagai mana anak seusianya.

"Hee.. Lihat girls, anak haram ini begitu santai," ujar Ava kepada teman-temannya.

Kedua teman Ava tertawa remeh, salah satunya duduk di meja dan menahan Liam memasukkan alat tulisnya, "Hey, gimana ibu lo ngerayu papanya si Oliver? Pasti dengan tubuhnya yah?" ujar Luna.

"Pastinya lah, ibunya kan jalang penggoda. Selain dengan tubuhnya, memang apa lagi?" Sahut satunya, seorang gadis yang merangkul Liam, Camila. 

Ava dan Luna tertawa terbahak-bahak, mereka menertawakan ucapan Camila. Padahal menurut Liam, tidak ada yang lucu.

"Kalian memang selalu berbicara omong kosong?" tawa ketiga gadis itu pun berhenti ketika mendengar suara Liam.

"Orang tua kalian tak mengajari kalian dengan benar?"

"Oh ataukah mereka membiarkan anaknya yang sudah seperti penggoda di sekolah?" ujar Liam menatap remeh ketiganya.

Ava dan teman-temannya berwajah masam, "Kau-"

Tak!

Liam mematahkan jari gadis itu sebelum mengatakan hal tak jelas yang membuat telinganya berdengung.

"Arghhhh!!!" Ava mengeram kesakitan. Dia berteriak histeris kala merasakan telunjuknya yang patah dan bengkok.

Teman-teman Ava pun mendekati Ava yang kesakitan. Luna membantu Ava berdiri dan pergi membawa gadis itu ke UKS.

"Awas aja lo!" ancam Camila terhadap Liam dan pergi menyusul kedua temannya.




















Nah kan semangat kalo komenannya gitu...

Kalian senang? Akupun senang.








Tbc.






About Azure. [ Pindah ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang