17.

3.2K 680 96
                                    












Liam memasuki area sekolah dengan tenang. Kedua kakak tirinya tak masuk hari ini. Atau mungkin beberapa hari kedepan?

Karena mama mereka mengalami kecelakaan dan masuk jurang yang membuat Isabella kehilangan nyawanya bersama anak yang di kandungannya. Eljiah dan Oliver yang menerima kabar buruk itu pun sedih.

Keduanya tak keluar dari kamar mereka bahkan untuk sekedar makan. Mengingat itu Liam terkekeh. Ucapan Lucas kemarin benar-benar terjadi. Apalagi, keduanya tak di perbolehkan kemana-mana.

Untuk tawaran Lucas, Liam menerima untuk memanggilnya paman. Namun untuk tinggal di Mansion Lucas, Liam masih butuh pertimbangan.

Langkah Liam terhenti, dia menatap ke atas dimana hari ini hari yang cerah. Dia tau, betapa frustasinya kakak William itu. Tidak ada yang lebih sedih dari di tinggal orang tua.

Karena sebusuk apapun seorang ibu, dia tetaplah ibu bagi seorang anak.

Azure tak membenarkan maupun menyalahkan. Tetapi, kesalahan yang di buat oleh Isabella ataupun keluarga Christopher sangat fatal. Mereka membiarkan anak yang tak tau apapun harus berakhir tragis karena sikap egois mereka.

Liam tak salah, anak itu hanyalah korban. Noah sebagai ayah pun hanya diam dan membisu ketika tau bahwa Oliver menantang William yang sudah frustasi untuk bunuh diri.

Kisah kehidupan Liam begitu menyedihkan.

Azure mengerti jika dia menjadi Eljiah maupun Oliver akan melakukan hal yang sama. Tetapi, sikap keduanya sangat keterlaluan. Menyisihkan hati nuraini mereka dan membiarkan William jatuh ke terhampaan dan kegelapan yang tak mendasar.

Dia pun sama. Azure kehilangan separuh jiwanya, seseorang yang tak pernah menuntutnya lebih. Seseorang yang begitu lembut, seseorang yang sangat menyayanginya, dan seseorang yang tak pernah melukai batin maupun fisiknya. 

Seorang wanita yang telah melahirkannya kedunia.

Kehilangannya merupakan hal terberat di dalam hidup Azure. Tetapi dia tak menyalahkan siapapun, yang dia lakukan adalah bertahan hidup dan membalas dendam kepada siapa yang telah membuat sosok itu hilang.

Tetapi disini, kenapa William yang harus di salahkan. Isabella pun pergi dengan lelaki lain dan bahagia. Tapi kenapa William yang harus tersiksa. Kenapa pula William yang disalahkan atas kepergian Isabella. Kenapa William yang harus menanggung dosa atas perlakukan ibunya?

Tidakkah mereka tau, jika William jauh lebih tersakiti dari pada mereka?

Manusia memang munafik dan egois. Menyeruakkan pendapat jika dirinya adalah makhluk yang lemah dan tersakiti, padahal tanpa mereka sadari, di bawah kaki mereka. Terdapat seseorang yang menangis dan putus asa akan sikap mereka..

Mengapa manusia menyakiti jika mereka tau kalau disakiti se menyakitkan itu?

Liam bukanlah orang suci. Banyak kematian seseorang yang di sebabkan olehnya secara tak langsung. Tetapi, jika di hadapkan dengan sesuatu yang seperti ini dia 'Azure' tak akan mampu bertahan.

Azure kuat karena Jon, Azure bisa bertahan karena Jon. Tanpa Jon, Azure hanyalah anak kecil yang lemah.

Di raga milik Liam, emosi Azure terkumpul. Terkadang, dia tak bisa menahan tangis karena merasa tak adil dengan kehidupan yang William jalani.

Bruk!

Liam yang sedang berdiri itu harus terjatuh akibat dorongan dari belakang. Ia menoleh untuk melihat siapa yang telah mendorongnya, kemudian menghela nafas lelah saat tau jika terjadi drama.

"Lo apa-apa sih anjing!" berang Ethan ketika Ava dengan sengaja mendorong Shopia hingga terjatuh. Pemuda itu menolong Shopia tanpa menyadari jika kakinya menginjak kaki Liam.

"Anak pungut macam lo ga pantas ikut campur!" berang Ava menunjuk wajah Ethan.

Ethan melindungi Shopia dengan menyembunyikan tubuh garis kecil itu di belakangannya.

"Gadis busuk macam lo emang ga tau diri!"

"Sudah Ethan, tak apa. Mungkin karena Ava sangat menyukai Oliver hingga dia fitnah aku," cicit Shopia di belakang Ethan. Dia mengelus lengan Ethan supaya amarah lelaki itu mereda.

"Gabisa Shopie, Ava sudah keterlaluan." Ethan berbalik. Dia memegang bahu Shopia lembut. Dia tersenyum memandang gadis yang di sukainya. Betapa baik hati Shopia hingga memaklumi dan membiarkan gadis seperti Ava seenak hati memperlakukannya buruk.

Shopia memegang lengan Ethan, "Aku baik-baik saja."

"Drama." Ava berdecak melihat drama picisan di depannya.  Niatnya ingin menanyakan keberadaan Oliver pada Shopia. Karena menurut Ava, gadis benalu seperti Shopia akan tau dimana keberadaan lelaki yang di sukainya itu.

Liam? Pemuda tersebut menatap kakinya yang baru saja di injak. Apakah kehadirannya ini fatamorgana? Gaib? Tak terlihat? Atau orang-orang itu yang buta?

Terjadi cekcok di depan Liam. Mereka mengabaikan sekitar yang sudah banyak murid berkumpul untuk menyaksikan perdebatan mereka. Bahkan banyak dari mereka yang menvideokan kejadian tersebut.

Seperti seutas tali benang di ulur yang kapan saja bisa putus. Kesabaran Liam, sudah sampai di puncaknya. Giginya bergemelatuk hingga berbunyi. Tangannya mengepal hingga kukunya memutih.

Mengambil sebuah batu kecil di dekatnya, Liam melemparkan batu itu tepat di mata kanan Ava.

Arghh!!

Ava yang terkena serangan tersebut berteriak histeris. Dia terduduk dan memegangi mata kananya yang mengeluarkan darah. Kedua teman Ava pun panik, mereka segera melihat keadaan mata Ava.

Ethan dan Shopia memandang Liam shock. Semua yang ada di sana juga terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Liam, "Tutup mulut busuk kalian atau perlu ku buat bungkam selamanya!"

"Jika aku mendapatkan satu kejadian yang sama. Aku bersumpah akan meledakkan sekolah ini beserta isinya!" ancam Liam dengan suara yang  nyaring. Lalu, Liam pergi setelah mengatakan ancaman miliknya.

Para siswa dan siswi yang tanpa sengaja menvideokan ancaman Liam pun dengan cepat mengunggahnya. Video itu berhasil masuk ke forum sekolah dan tersebar begitu luas. Semua yang melihat itu hanya menganggap remeh dan menganggap jika Liam telah gila karena mengatakan sesuatu lelucon.

Video tersebut ramai menjadi perbincangan hingga bel istirahat telah berbunyi.

Diposisi Liam, bukannya mendapatkan ketenangan setelah mengancam, dirinya malah semakin di bully. Dari dia berjalan menuju arah perpustakaan, dia di cemooh. Dia tubruk bahkan di dorong hingga jatuh.

Liam memegang punggungnya yang terantuk. Dia menatap kepergian siswa yang tertawa setelah mendorongnya.

Dia menatap tangan kecil tubuh yang di tempati, "William berhak bahagia dari pada mereka semua."

Liam berdiri. Dengan wajah datar, dia pergi keluar. Mengabaikan tujuan awalnya, langkahnya terus menuju kesuatu tempat yang di lacak beberapa hari lalu.

Tempat yang terletak di bawah jembatan. Di sebuah terowongan yang tertimbun rumput.

Liam masuk dan memesan sebuah bahan. Bahan bahan yang akan dia jadikan sebuah karya seni yang indah. Seni yang tak akan pernah orang orang duga. Seni yang akan membuat mereka yang merendahkan 'William' ingat. Jika tak ada yang lebih sakit dari dendam seorang yang telah di aniaya.


















Tbc.

Ga tau, makin nyeleneh..










About Azure. [ Pindah ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang