"Jadi seperti ini rasanya sakit?" gumam Azure sembari memakan buah apel yang ia kupas sendiri. Dia memegang kepalanya yang di perban. Ada rasa nyut-nyut an yang membuat dia kagum. Jika boleh jujur, Sebelumnya.. dia tak pernah sakit.
Lebih tepatnya, tidak merasakan sakit. Entah karena tubuhnya yang spesial atau karena hal lain, Azure tak mengerti. Setiap kali dia terluka, dia tak pernah merasakan sakit.
Ia melipat satu kakinya dan lanjut memakan jeruk, apelnya dia taruh.
Pengalaman yang tak pernah Azure alami. Bersekolah , Terluka, masuk rumah sakit, dan merasakan sakit. Semua itu terasa baru baginya. Dulu, ketika dia terluka, bukannya ke Rumah Sakit, Jon malah membawanya ke salah satu Anggota dokter ahli bedah. Karena Jon berkata, jika musuh mengintai dimanapun dan kapanpun dia berada.
Ketika ada luka yang perlu di jahit, Azure akan dijahit tanpa bius. Toh, dia tak kesakitan.
Sebelumnya pun dia tak pernah bersekolah umum, Dia homeschooling yang mendatangkan guru dari manca negara.
Berada di tubuh William, Azure benar benar menjadi manusia seutuhnya. Dia mendapatkan pengalaman baru akan lingkungan di sekililing.
Meski tak bisa di bantah jika Azure, merindukan Jonquil. Entah sekejam apapun Jon memperlakukannya, dia adalah wanita yang menggantikan sosok sang mommy, sekaligus ayah untuknya.
Ah, apakah Azure tidak memberitahukan jika Jonquil merupakan seorang wanita.
"Kau melamun sedangkan mulutmu terus mengunyah."
Azure tersadar, dia menoleh melihat kesamping dimana Eljiah duduk bersedekap dada. Wajah pria itu begitu datar. Anak itu mengernyitkan alis saat melihat El terlihat marah.
"Kau baru sampai kemarin. Dan hari ini kau masuk Rumah Sakit. Dasar menyusahkan," ujar El pedas.
Azure memiringkan kepalanya, dia mengangkat bahu tanpa menghiraukan Eljiah. Bocah itu memakan jeruk yang terasa manis di lidahnya. Dia tidak peduli pada Eljiah yang sekarang menahan emosi karena di abaikan.
"Kau tidak mendadak tuli bukan!" geram El. Dia berdiri dan menarik wajah Azure untuk melihat wajahnya. Tangannya mencengkram kuat rahang Azure.
"Dengar anak haram. Meski yang lain menerima, aku tak akan pernah!" lantangnya memperingati Azure. alisnya menukik tajam.
"Kau harus tau diri, kau hanyalah anak haram. Kau orang asing dan bukan bagian keluarga kami!" menghempaskan wajah Azure lalu El pergi keluar. Dia marah ketika anak haram itu mengacuhkannya.
Azure sama sekali tidak peduli tentang perkataan Eljiah. Dia memikirkan sesuatu yang lain.
"Jon apa kabar ya?"
"Kemana perginya jiwa William."
"Untuk apa aku disini."
Setelahnya menghela nafas berat. Dia melepas paksa infus yang menancap di punggung tangannya dan berjalan menuju jendela kaca.
Menikmati pemandangan luar, Cuaca sedang cerah. Matanya melirik kebawah dimana banyak mobil berlalu lalang di jalanan dan keluar masuk rumah sakit.
Tapi bukan itu yang menjadi fokusnya, Azure sedang menghitung, sedang berada di lantai berapa dia di rawat.
"Untuk seseorang anak haram, mereka menempatkan Liam di ruang VIP."
Azure mengangkat tangannya yang terasa kebas. Memandangi tangan mulus Liam yang mengalirkan darah. Dia menatap lamat darah itu lalu mengecapnya perlahan.
Azure melototkan matanya. Wajahnya bersemu ketika merasakan darah Liam yang begitu manis. Setelah sekian lama dia tak merasakan darah, dia kembali merasakan darah, terlebih darah yang begitu manis.
"Ah.. William." matanya sayu. Azure memegang wajahnya. Dia merasakan sensasi yang begitu segar. Azure merasa hidup ketika mengecap rasa darah William.
Dia kembali melihat punggung tangannya. Lalu, menghisap rakus darah milikny- ah darah milik William.
"Oh God."
Tap
Tap
Derap langkah kaki terdengar yang membuat Azure menghentikan hisapannya. Dia menoleh ke arah pintu dengan tajam. Dalam benaknya, siapa yang telah menganggu kegiatannya.
Pintu terbuka, Oliver datang bersama teman temannya. Mereka masuk begitu saja dan duduk dimanapun. Sementara Oliver mendekati Azure yang tengah berdiri menatap semuanya datar.
Oliver mengangkat alisnya, "Kenapa?"
Azure hanya berdecak, dia mengabaikan Oliver dan berjalan ke arah brangkarnya. Dia tidak dalam mood yang baik. Anak itu memencet sebuah tombol di atasnya untuk menanggil dokter dan memasang infusnya kembali.
Mata Oliver bergulir ke arah tangan Azure yang seharusnya terinfus. "Kau melepas infusmu?"
"Tidak."
Oliver merasa ada yang aneh, tetapi dia abaikan saja. Dia mendekati Jack yang sedang bermain game.
Azure mendengus kesal, dalam benaknya berpikir, sebenarnya.. apa yang di lakukan mereka di kamar inapnya. Haruskah, dia membunuh mereka semua.
Sampai seseorang mengelap sudut bibirnya, "Kau meninggalkan sesuatu." dengan smirk, Levi menghapus sisa darah di sudut bibir Azur- Liam.
Azure menatap Levi dengan pandangan yang sulit di artikan. Apalagi Levi kembali ke tempat duduknya setelah mengelap sudut bibirnya.
"Apa dia tau?"
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
About Azure. [ Pindah ]
Fiksi Remaja[ PINDAH TANGAN KE AKUN @CharlosPurba ] Azure Le Aither.. merupakan ketua dari Mafia terkenal, Aureum. kedudukannya begitu tinggi hingga membuat seluruh musuhnya ingin segera melenyapkannya. Namun.. semua yang dia dapat, kedudukan, kekayaan, loyali...