Yssc 0.20

3K 389 20
                                    

"terus sekarang harus apa?"
-Yessica.

Hari semakin sore namun di salah satu ruang rawat masih saja ramai, ruang rawat yang tak lain dan tak bukan adalah ruang rawat milik Chika. Di ruangan Chika teman-teman Chika masih berada di sana, di tambah lagi dengan adanya Ashel membuat suasana lebih terasa hidup.

"Git" panggil Chika

"Kenapa?"

"Mulut gua asem banget git, lu bawa rokok ga?"

"Gua ga bawa tapi kayaknya Zee bawa deh"

Chika mengkode ke arah Gita dan Gita pun setuju "Git gua bosen deh di sini, keluar cari angin kali enak ya?"

"Lu mau keluar? Bentar gua minta Adel ambil kursi roda dulu"

"Kalian mau kemana?" Tanya mamah Gita dan Ashel.

"Chika bosen katanya mah, dia mau nyari angin, boleh kan?" Tanya Gita membuat Devi menatap Bobby.

"Boleh tapi jangan lama-lama ya"

"Ashel ikut dong!"

"Kamu disini aja ceng temenin ci Shani" ujar Zee membuat Ashel berpikir lalu mengangguk-anggukan kepalanya.

Kursi roda yang diambil oleh Adel sudah siap sedia, dengan perlahan Bobby dan Gita membantu Chika untuk duduk di kursi roda. Dengan senyuman yang mengembang Chika didorong oleh Amanda.

"Akhhhh akhirnya gua bisa ngerokok juga!" Ucap Amanda senang

"Ck bocah bocah ga bisa bet kalau ga ngerokok" cibir Flora membuat yang lainnya tertawa.

"Git lu bolehin nih beban ngerokok?" Tanya Zee pada Gita

"Ya gimana ya? Dilarang juga ga akan mempan kan? Tunggu dia masuk ICU lagi aja baru dia bakalan nurut"

"Si anjir! Udah sini Zee rokoknya"

Zee memberikan sebatang rokok pada Chika. Sebatang rokok sudah berada di sela-sela bibir Chika. Saat Chika ingin menyalahkan api untuk membakar rokok, sebuah tangan dengan cepat menepak rokok yang berada di bibir Chika hingga terjatuh ke rumput.

"Woy anj-"

"Kalian kalau mau ngerokok silahkan, tapi jangan ajak Chika" ucap Shani dengan wajah datarnya.

"Eh ci Shani"

Chika ingin berbicara namun baru saja mulutnya terbuka, Shani sudah mendorong kursi roda miliknya, Chika meminta pertolongan pada para temannya namun hanya gelengan yang Chika dapatkan.

"Ci gua mau ngerokok ci, mulut gua asem banget"

"Diem!" Shani menaikkan suaranya membuat Chika langsung terdiam.

Chika merasakan hawa tidak enak dari Shani. Dan itu membuat Chika hanya bisa diam tanpa berkata sepatah katapun.

"Loh ko udah balik lagi?" Tanya Bobby yang bingung.

"Chika tadi mau ngerokok pah"

"Hah ko kamu tau Shan?" Tanya Devi

"Ga sengaja denger waktu mau ke toilet"

"Pah bilangin ke cici cici satu ini dong, cuma ngerokok masa ga boleh" adu Chika pada Bobby.

"Kamu bilang cuma? Sampe papah belain Chika liat aja nanti" ucap Shani menatap sang papah dengan tatapan tajam.

"Em Bob saya harus pulang sepertinya, besok Ashel sekolah" ujar Devi yang mengerti bahwa saat ini waktunya untuk keluarga Bobby bersama.

"Oh iya Dev, tolong nanti bilangin sama yang lain untuk pulang aja, sampaikan makasih saya karena udah mau temenin Chika"

Devi dan Ashel sudah pulang, kini Chika dilanda kebingungan "pah bisa tolong pindahin ke bed?"

"Boleh, kenapa emangnya dek?"

"Agak sedikit sakit"

"Tuh kan, dokter kan udah bilang kalau kamu itu jangan turun dari bed, kamu malah pergi terus kamu juga bisa-bisanya mau ngerokok, sekarang perutnya sakit lagi kan? Mau di jahit ulang? Atau mau di lobangin lagi?" Ceramah Shani panjang kali lebar membuat Chika dan Bobby meringis.

"Ci jangan marah-marah, kasian adek"

"Justru cici gini karena kasihan sama adek pah! Papah itu ya sama aja, kalian ini berdua sama aja, aku sama Christy aja lah" ucap Shani lalu pergi keruangan tunggu.

"Serem" ucap Bobby tanpa suara membuat Chika terkekeh.

Malam hari, dimana orang-orang harusnya sudah menjelajahi dunia mimpi tetapi Chika gadis itu masih terjaga dari tidurnya, ia masih terjaga karena memikirkan bagaimana kedepannya dan apa yang harus ia lakukan. Dengan perlahan Chika berusaha untuk turun dari bed dan ia berjalan menuju balkon.

"Apa yang harus gua lakuin? Gua ga mungkin tinggalin Christy" batin Chika

Bun, hidup berjalan seperti bajingan
Seperti landak yang tak punya teman

Ia menggonggong bak suara hujan
Dan kau pangeranku, mengambil peran

Bun, kalau saat hancur ku disayang
Apalagi saat ku jadi juara
Saat tak tahu arah kau di sana
Menjadi gagah saat ku tak bisa

Suara Chika menghiasi sunyinya dan dinginnya malam hari, Chika terbayang dengan wajah sang bunda yang begitu menyayangi dirinya dan sang adik Christy.

Sedikit kujelaskan tentangku dan kamu
Agar seisi dunia tahu

Keras kepalaku sama denganmu
Caraku marah, caraku tersenyum
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karena denganmu

"Kangen mamah ya?" Suara Shani membuat Chika berhenti menyanyi.

"Ci Shani kenapa belum tidur?"

"Gimana cici bisa tidur kalau adik cici sendiri belum tidur?"

"Kisah keluarga kita rumit ya ci?"

"Itulah hebatnya tuhan, tapi serumit apapun pada akhirnya kita bertemu kan" ujar Shani menggenggam tangan Chika.

"Apa bunda bahagia ci lihat kita sudah kembali bersama?"

"Pasti mamah bahagia"

"Tapi kebahagiaan mamah belum lengkap karena Christy masih sama ayah"

"Kita tunggu papah ya, papah janji sama cici untuk bawa Christy bersama kita"

"Boleh peluk?" Tanya Chika ragu karena pikiran dan hatinya tidak sinkron.

"Tentu" Shani menarik pelan Chika ke dalam pelukannya.

"Oh seperti ini rasanya pelukan seorang kakak?" Tanya Chika pada dirinya sendiri, karena sejujurnya hal seperti ini lah yang ia inginkan, pelukan Shani dan Christy terasa berbeda, saat bersama Christy ia merasa bahwa dirinya lah yang menjadi pelindung, sedangkan bersama Shani(?).

"Ci Shani udah ga marah kan sama gua?" Tanya Chika membuat wajah Shani menjadi datar.

"Marah, cepat kamu tidur!"

"I-iya ci"

"Ay lihat, anak kita" batin Bobby tersenyum melihat kedua anaknya.


Sorry for not being clear, I hope you guys still want to read this story.

YESSICA [COMEBACK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang