Yssc 0.27

1.4K 203 16
                                    

"Kamu dimana?"
-Shani.

Matahari sudah pergi berganti dengan bulan, begitu juga dengan panas yang berganti dengan dinginnya malam. Namun ada satu yang tidak hilang, yaitu rasa khawatir dan takut Shani karena belum bisa menemukan adiknya.

"Pah gimana ini pah? Adek belum ketemu, cici takut adek kenapa-kenapa" Kata Shani yang langsung menangis.

Bobby menenangkan anaknya itu, bohong jika Bobby tidak ikut panik dan khawatir kala mendengar anak bungsunya hilang.

"Tenang ya ci, papah ga bisa lapor ke polisi karena belum 24 jam"

"Minum dulu ci"

"Makasih tante"

Sementara itu di suatu tempat, Aderfia tengah berkumpul untuk membicarakan hilangnya sang ketua. Gita sebagai wakil memimpin pembicaraan kali ini.

"Cari ke semua musuh kita, kerahkan semua anggota, ingat jangan lengah pasti banyak jebakan yang sedang menunggu kita"

Gita mengetuk-ngetuk meja di hadapannya, "sepertinya orang itu ada disekitar kita dan dengan adanya kesempatan dia langsung eksekusi, Chika pasti lagi ga fokus makannya nggak bisa ngelawan"

"Kalau kata gua sih git, Chika dipukul deh kepalanya"

"Bener kata Zee, dan pukulan itu pastinya kenceng banget sampe ada noda darah" Lanjut Adel yang setuju dengan Zee.

Aderfia terus membicarakan tentang hilangnya Chika, tentu perasaan khawatir ada di diri mereka namun mereka tidak menunjukannya.

Sementara itu di sebuah gedung tua terbengkalai di ujung kota suara jangkrik dan angin malam saling bersahut-sahutan satu sama lain, gelak tawa juga menemani malam dingin kali ini, gelak tawa yang berasal dari tengah gedung tua tersebut.

"Tambah lagi minumannya cepet, jangan sampe tersisa"

"Bagi kacang coba!"

"Party gaes haha!"

Suara yang didominasi dengan suara laki-laki terdengar saling bersahut-sahutan, semuanya berkumpul membuat lingkaran dengan salah satu diantara mereka duduk di atas meja dengan tangan yang memegang botol minuman beralkohol.

"Udah siap samsak gua?"

"Udah boss"

Seseorang yang dipanggil boss itu berjalan dengan sedikit sempoyongan, dia berjalan menuju ujung ruangan dimana ada seseorang lainnya.

"Bangun dong, mana katanya ini ketua Aderfia, ko lemah?"

"G-gua ga selemah lu Aaron"

Ya itu adalah suara Chika, Chika yang kini diikat menggantung seperti sebuah samsak, tubuhnya sudah dipenuhi dengan luka dan bercak darah, tidak lupa seragamnya sudah sangat kotor bahkan robek.

"Kurang ajar lu ya!"

Aaron yang terpancing emosinya langsung memukuli perut Chika hingga Chika memuntahkan darah yang cukup banyak.

"Mati lu Chika!"

"Matiin aja kalau bisa"

Mata itu melotot kala mendengar ucapan yang terdengar seperti merendahkannya, emosinya semakin membara karena mengingat apa alasan ia melakukan ini semua.

"BANGSAT!" Teriak Aaron menendang tubuh Chika dengan kuat.

"AKHHHHH!"

Chika mengerang hingga memejamkan kedua matanya, namun setelahnya Chika tersenyum menampilkan giginya yang sudah berubah warna karena darah.

"Kenapa dunia selalu berpihak sama lu? Kenapa lu bikin Vivi yang gua cinta cuma mainin gua? Kenapa Chika!" Tanya Aaron sambil terus memukul Chika.

Chika diam saja, sungguh tubuhnya begitu sakit, tenggorokannya kering dan butuh air, sudah tidak sanggup rasanya untuk membalas ucapan Aaron.

"DAN SATU LAGI KENAPA WARRIOR BISA KALAH DENGAN ADERFIA?!" Teriak Aaron lalu menonjok wajah Chika hingga hidungnya mengeluarkan darah.

Setelah merasa puas menyiksa Chika, Aaron pergi untuk kembali berpesta ria, Aaron berjanji pada dirinya sendiri akan membunuh Chika dengan tangannya sendiri.

Chika menangis, bukan karena sakit dan haus yang ia rasakan, tapi Chika menangis karena mengingat orang-orang yang ia sayangi pasti mengkhawatirkan dirinya, Chika memikirkan Shani dan tentu saja Christy.

"Shhhh" Chika meringis kala merasakan luka di tubuhnya terasa perih karena terkena air.

Hujan, ternyata hujan turun untuk menemani kesedihan kali ini, dan hujan juga berbaik hati karena airnya menetes tepat di kepala Chika, air itu menetes karena atap gedung itu bocor dan hujan cukup besar. Karena merasa haus yang teramat, Chika mengadahkan kepalanya lalu membuka mulutnya agar air hujan itu bisa ia minum.

PRANG!

Suara pecahan kaca terdengar di kamar Shani, Shani yang tengah melamun pun terkejut, ia melihat apa yang terjadi dan ternyata suara pecahan kaca itu berasal dari bingkai foto yang jatuh.

"Adek" Lirih Shani setelah melihat ternyata bingkai foto itu adalah foto dirinya dan Chika bayi.

"Ci ada apa ci?" Tanya Papah Bobby karena mendengar Shani menangis.

"Cici kenapa?"

"Kitty" Shani memeluk tubuh Christy, anak itu saat ini berada di mansion Bobby karena memang di mansion Pucho sedang tidak kondusif, Pucho tengah bermain dengan wanitanya dan itu membuat Christy memilih untuk pergi dari mansion sialan tersebut.

"Cici kenapa hm?"

"Kakak kamu dek, dia dimana?"

Christy memeluk tubuh Shani, ia elus punggung kakak tirinya tersebut, "cici tenang, kak Chika itu kuat, dia pasti baik-baik aja" Katanya berusaha menenangkan diri.

"Ci minum dulu" Kata Papah Bobby membawakan segelas teh hangat.

"Pah adek udah makan belum ya?"

"Kitty kamu bawa cici ke belakang mansion dulu ya? Papah mau bersihin pecahan kacanya dulu"

Shani dibawa Christy untuk ke belakang mansion, di sana mereka berbincang mengenai Chika, Christy selalu berusaha membuat Shani tenang walau sebenarnya ia juga tidak tenang.

"Doain kakak biar cepet ketemu ya ci"

"Kitty perasaan cici ga enak banget, cici takut, cici takut ga bisa ketemu kitty kamu lagi, cici takut ga bisa kumpul bareng, cici baru ketemu sama kakak kamu dek"

"Buang ya pikiran buruk cici, kitty khawatir juga kitty takut juga tapi kitty lawan, kitty selalu berpikir bahwa kakak itu baik-baik aja, kakak akan kembali secepatnya"

"Maaf ya dek, harusnya cici yang nenangin kamu tapi malah sebaliknya" Ucap Shani yang sedikit merasa bersalah, tapi Shani tidak bisa menutupi semua itu, karena apapun yang menyangkut Chika Shani tidak bisa tenang, apalagi Shani baru menemukan Chika setelah sekian lamanya.

Keduanya berpelukan untuk menguatkan satu sama lain, mereka meyakinkan diri masing-masing bahwa Chika mereka akan baik-baik saja, mereka yakin bahwa Chika mereka akan segera kembali.

"Nak kamu dimana? Tuhan tolong jaga anak ku dimanapun dia dan bagaimanapun kondisinya" Ucap Bobby lirih setelah melihat kedua gadis yang berada di bangku belakang mansion.







Next?

Dikit dulu, karena idenya lagi diambil sama 'semua aku dirayakan'
See you yach!

YESSICA [COMEBACK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang